21 4
Menetapkan syariat yang mengatur hubungan antara orang laki- laki dan orang perempuan.
30
b. Metode Pendidikan Seks
Usaha mempersiapkan remaja di masa depan agar mampu membentuk keluarga yang bahagia dan bertanggung jawab tidak cukup
dilakukan dengan mengemukakan contoh-contoh ataupun menganalisis perbuatan seks. Hal ini memang merupakan aspek dari seks, akan tetapi
seks sendiri akan dapat dipahami dengan menghubungkan masalah penyesuaian diri secara keseluruhan dalam kehidupan sosial kultural
tempat ia berada. Dengan demikian, jelaslah bahwa kehidupan seks manusia
menyangkut masalah kepribadian, sehingga apabila dijumpai suatu kelainan dalam kehidupan seks, disebabkan karena masalah-masalah
yang bersifat psikis. Oleh karena itu penyajian pendidikan seks memerlukan metode yang tepat, agar terarah dan mencapai sasaran
yang sebenarnya, serta tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif. Untuk itu perlulah dikemukakan beberapa metode pengajaran
pendidikan seks yang tepat. Ninuk Widyantoro mengemukakan beberapa metode pendidikan
seks yang disesuaikan dengan kondisi serta situasi pendidikan, terutama mengingat hal-hal sebagai berikut :
1 Usia peserta
2 Waktu yang tersedia, yang bervariasi antara 2 jam sampai 2 hari
3 Lokasi pendidikan, di sekolah, wisma pancawarga, di
gelanggang remaja atau melalui radio.
31
Sedangkan metode-metode dan alat-alat yang di pergunakan adalah :
30
Akhmad Azhar Abu Miqdad, “Pendidikan Seks bagi Remaja”, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997. Cet-1. Hal. 62-63
31
Akhmad Azhar Abu Miqdad, “Pendidikan Seks bagi Remaja”, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997. Cet-1. Hal. 15-16
22
1 Ceramah
Dalam teknik ini bersifat monolog yakni seorang pendidik berusaha menyampaikan dan menjabarkan bahan-bahan informasi
secara lisan kepada audien pendengar. Maka ada beberapa syarat penting demi tercapainya efektivitas ceramah, yaitu :
a Pembicara harus benar-benar menguasai materi.
b Pembicara mampu menyampaikan informasi yag sulit, tetapi
dengan bahasa yang mudah dipahami. c
Pembicara mampu mengendalikan suasana ruang dan audien pendengar.
d Pendengar harus memiliki konsentrasi tinggi, memiliki sikap
pendengar aktif : yakni menggunakan kemampuan pemikiran untuk mengingat, mencatat dan menanyakan hal-hal yang tak
jelas. e
Suasana ruang ceramah harus tenang dan tidak gaduh, bising, karena akan mengganggu jalannya ceramah.
2 Permainan Peran
Para peserta dalam pengajaranpendidikan seksual, dilibatkan secara aktif untuk memerankan tokoh-tokoh tertentu yang telah
diatur dalam naskah drama atau sandiwara, maka pendidik perlu menyampaikan skenario jalan cerita drama itu. sehingga hal ini
perlu persiapan yang matang dan mungkin perlu kerja-sama dengan penulispengarang verita novelis. Bila ini terwujud, maka
efektivitas pendidikan ini cukup tinggi, karena peserta didik dapat memahami, merasakan, mengalami, menghayati arti pendidikan
seks bagi hidupnya.
3 Dsikusi
Biasanya, setelah diberi topic atau tema suatu pembicaraan tertentu, para peserta diminta secara aktif untuk menyampaikan
informasi, mendebat atau mempertahankan pendapat kepada individu lain. Pendidik dapat berfungsi sebagai fasilitator demi
23 terciptanya kelancaran proses diskusi itu, atau kadang-kadang ia
perlu menjadi nara sumber untuk memberi keterangan secara akurat, ilmiah dan sistematis, tentang pokok bahasan yang
dijadikan bahan diskusi.
4 Pemutaran Film
Dalam teknik ini, peserta didik diajak untuk menyaksikan film-film yang telah disiapkan terlebih dahulu. Tentu film yang
dimaksud ialah yang mengandung unsur-unsur pedagogis atau mendidik, agar mereka memiliki pemahaman, pandangan dan sikap
yang baik dan benar terhadap masalah seksual. Kadang-kadang untuk mencapai tujuan tersebut, setelah pemutaran film selesai,
pendidik perlu memberi keterangan dan mengajak diskusi dengan peserta didik. Dengan dimikian, peserta didik dapat mengambil
informasi secara tepat dari film itu.
32
5. Metode Tanya Jawab