36 pendidikan dan penanaman nilai-nilai akhlakul karimah sangat tepat
diberikan kepada anak-anak khususnya remaja agar di dalam perkembangan mentalnya tidak mengalami hambatan dan penyimpangan
ke arah negatif. Adapun media yang dapat digunakan yakni lewat contoh- contoh, latihan-latihan dan praktek-praktek nyata yang dilakukan orang tua
di dalam kehidupan keluarga, oleh para guru dilingkungan sekolah, juga juru-juru didik selain kedua orang tua dan guru di dalam kelas.
3. Macam-macam akhlak dalam Islam
Pada pokoknya akhlak itu ada 2 macam, yaitu akhlak yang terpuji dan akhlak yang tercela. Akhlak yang terpuji disebut Akhlaqul Karimah
dan akhlak yang tercela disebut Akhlqul Mazmumah.
a Akhlak Mahmudah
Akhlak Mahmudah adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik yang terpuji yang harus di anut dan dimiliki oleh tiap orang.
Salah satu dari contoh dari akhlak mahmudah adalah mengendalikan nafsu.
Nafsu adalah salah satu organ rohani manusia yang disamping akal, sangat besar pengaruhnya dan sangat banyak mengeluarkan
instruksi-instruksi kepada anggota jasmani untuk berbuat atau bertindak. Ia dapat bermanfaat, tetapi sebaliknya juga dapat berbahaya
bagi manusia, dan ini banyak bergantung kepada bagaimana sikap manusia itu sendiri menghadapi gejolak nafsunya.
Orang yang mampu mengendalikan nafsunya, bagaikan orang yang mengendarai kuda jinak yang dengan kudanya itu ia dapat menuju
ke tempat manapun yang dikehendaki. Sebaliknya orang yang tidak mampu mengendalikan nafsunya, bagaikan pengendara kuda binal yang
sangat membahayakan bagi keselamatan hidupnya. Tetapi untuk mengendalikan nafsu, bukan perkara yang
gampang. Banyak diperlukan latihan-latihan dan amalan-amalan
37 keagamaan. Islam juga mengakui, bahwa mengendalikan nafsu
memang pekerjaan yang berat sehingga pekerjaan itu dinilainya sebagai jihad akbar atau perang besar sedang perang fisik melawan
musuh, betapapun hebatnya hanya diakui sebagai jihad ash-shigar atau perang kecil saja.
Oleh karena itu, dikatakan oleh Nabi, bahwa orang kuat yang sebenarnya bukanlah orang yang selalu menang dalam perkelahian
fisik, melainkan ialah orang yang mampu menguasai nafsunya sewaktu ia marah H.R. Bukhari dan Muslim.
45
Di kalangan ahli tasawuf, kita mengenal sistem pembinaan mental, dengan istilah : Takhalli mengosongkan atau membersihkan
jiwa dari sifat-sifat tercela, tahalli mengisi jiwa yang telah kosong dari sifat-sifat tercela dengan sifat-sifat yang terpuji, tajalli.
Jadi dalam rangka pembinaan mental, pensucian jiwa hingga dapat berada dekat dengan Tuhan, maka pertama kali yang dilakukan
adalah pengosongan atau pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela, setelah itu, jiwa yang kosong diisilah dengan sifat-sifat terpuji, hingga
akhirnya sampailah pada tingkat berikutnya dengan apa yang disebut “tajalli”, yakni tersingkapnya tabir sehingga diperoleh pancaran Nur
Illahi. Adapun akhlak atau sifat-sifat mahmudah sebagaimana yang
dikemukakan oleh ahli akhlak, antara lain : 1 Al-Amanah setia, jujur, dapat dipercaya
2 Al-Sidqu benar, jujur 3 Al-Adl adil
4 Al-Afwu pemaaf 5 Al-Alifah disenangi
6 Al-Wafa menepati janji 7 Al-Haya m alu
45
Humaidi Tatapangarsa, “Akhlak Yang Mulia”, Surabaya, PT. Bina Ilmu Offset, h. 147-149
38 8 As-Syajaah berani
9 At-Tawadu’ merendahkan diri 10
Al-Qonaah merasa cukup dengan yang ada 11
Dan lain sebagainya yang menunjukkan kepada sifat-sifat yang terpuji.
46
b Akhlak Mazmumah
Ahklak Mazmumah adalah akhlak yang buruk, akhlak yang tercela. Salah satu contoh dari akhlak mazmumah ini adalah bohong
atau dusta, lawan dari benar atau jujur. Dalam pandangan agama, dusta adalah sesuatu hal yang sangat
terkutuk dan tercela. Ia merupakan pokok dan induk dari bermacam- macam akhlak yang buruk, yang tidak saja merugikan masyarakat pada
umumnya, tetapi juga merugikan orang yang berdusta itu sendiri. Aristoteles ketika ditanya orang tentang bahaya dusta, ia memberikan
jawaban : “Masyarakat tidak akan percaya terhadap perkataanmu sewaktu kamu berkata benar”. Padahal setiap orang di dunia ini sangat
memerlukan adanya kepercayaan masyarakat terhadap dirinya, baik sebagai dokter, pedagang, guru, pejabat, muballigh, dan lain
sebagainya. Barang siapa kehilangan kepercayaan masyarakat atas dirinya, berarti ia kehilangan kebaikan yang besar.
Karena itu Islam menyebut bahwa dusta sebagai “kunci” masuk neraka, sebagaimana halnya benar atau jujur merupakan “kunci” masuk
surga. Nabi bersabda :
… .
“ … peliharalah dirimu dari dusta, karena sesungguhnya dusta itu membawa kepada kecurangan dan kecurangan membawa ke neraka
…”. Riwayat Bukhari.
47
46
A. Mustofa, “Akhlak Tasawuf”, Bandung, CV. Pustaka Setia : 1997, Cet ke-1, h. 197- 198
47
Humaidi Tatapangarsa, “Akhlak Yang Mulia”, Surabaya, PT. Bina Ilmu Offset, h. 157-159
39 Sedangkan yang termasuk akhlak Mazmumah, antara lain :
1 Ananiah egois 2 Al-Bagyu lacur
3 Al-Gasysyu curang dan culas 4 Al-Guyur menipu, memperdaya
5 An-Namumah adu domba 6 As- Sum’ah ingin didengar kelebihannya.
7 At-Tabzir boros 8 Al-Israf berlebih-lebihan
9 Al-Hiqdu dendam 10
Al-Gina merasa tidak perlu pada yang lain 11
Dan lain sebagainya yang menunjukkan pada sifat-sifat yang tercela.
48
Akhlak merupakan keadaan rohaniah yang tercermin dalam tingkah laku atau dengan perkataan lain yaitu sikap lahir yang
merupakan perwujudan dari sikap batin, baik sikap itu diarahkan terhadap khaliq, terhadap manusia ataupun terhadap lingkungan.
Akhlak yang dituntun dan dipelihara adalah akhlak yang merupakan sendi agama di sisi Tuhan. Bukanlah sekedar mengerti bahwa
kebenaran itu adalah mulia dan dusta adalah hina, dan bukan pula sekedar mengetahui ikhlas itu suatu yang agung, sedang tipu daya
adalah suatu kehancuran. Akan tetapi akhlak yang dituntut yakni reaksi jiwa dan segala sesuatu yang mempengaruhinya untuk melakukan apa
yang patut dilakukan dan meninggalkan apa yang harus ditinggalkan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak