29 bersetubuh ihtilam bagi laki-laki atau setelah haid dan nifas bagi
perempuan.
- Disunnahkan berwudhu sebelum senggama, supaya kebersihan
anggota badan terjamin.
-
Dilarang melakukan hubungan seks dalam keadaan tertentu, misalnya wanita haid atau nifas.
36
Demikianlah konsep pendidikan seks dalam Islam yang perlu diteladani. Pendidikan yang berhubungan dengan seluruh aspek seksual
secara anatomi, fisiologi dan psikologis juga menyangkut masalah etika, moral dan hukum agama. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan seks perlu diberikan atau digalakkan dikalangan kaum muda remaja, dan tidak kita lupakan pula juga orang tua dan anak-anak di
bawah umur, hanya caranya berbeda. Tentunya pendidikan seks yang bertanggung jawab, atau kata Dr. H. Ali Akbar pendidikan seks yang
berlandaskan Iman. Adapun dasar-dasar syariat Islam yang dapat dipegang untuk
pendidikan seks adalah :
a. Al-Qur’an
Firman Allah Subhanahu wa ta’ala :
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam
hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang dibalik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas
”. QS. Al-Mu’minuun: 5-7
36
A. Rahmat Rosyadi, “ISLAM Problema Seks Kehamilan dan Melahirkan”, Bandung : Angkasa Press, h. 36-40
30
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati berasal dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani yang
disimpan dalam tempat yang kukuh rahim ”. QS. Al-Mu’minuun: 12-
13. Surat Al-Mu’minuun ayat 5-7 di atas merupakan dasar pendidikan
seks yang berkenaan dengan orang yang mampu memlihara kemaluannya dan orang yang tidak kuasa memeliharanya. Sedangkan ayat ke 12-13
merupakan dasar pendidikan seks berkenaan dengan penciptaan manusia yang pembentukannya di dalam rahim perempuan. Dengan demikian,
Islam merupakan agama yang mengajarkan perihal tuntunan biologis umat manusia.
b. Al-Hadis
“Dari Aisyah r.a mengatakan: Dan tangan Rasulullah SAW belum pernah menyentuh berjabat tangan dengan wanita satu kalipun kecuali istri dan
muhrimnya”. “Dan dari Abi Sa’id, sesungguhnya Nabi SAW bersabda : Laki-laki tidak
boleh melihat aurat laki-laki lain, dan perempuan tidak boleh melihat aurat perempuan lain, dan seorang laki-laki tidak boleh tidur bersama
laki-laki lain dalam satu pakaian dan seorang perempuan tidak boleh tidur dengan perempuan lain dalam satu pakaian”. HR. Ahmad, Muslim,
Abu Daud dan Tirmidzi.
37
Kedua hadis di atas mengandung dasar pendidikan akhlak, yakni etika pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Kedua hadis tersebut dapat
dijadikan dasar pendidikan seks, sebab salah satu tujuan pendidikan seks pada remaja adalah pembentukan manusia yang berakhlak mulia, memiliki
37
Akhmad Azhar Abu Miqdad, “Pendidikan Seks Bagi Remaja”, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997, cet ke-1, h. 49-50
31 kaidah dan keimanan yang kuat, serta dapat mencegah kerusakan dalam
masyarakat yang ditimbulkan oleh penyimpangan dalam masalah seks.
B. Akhlak 1. Pengertian Akhlak
Dilihat dari sudut bahasa etimologi, perkataan akhlak bahasa Arab adalah bentuk jamak dari kata Khulk. Khulk di dalam kamus munjid
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Di dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan :
.
“Akhlak ialah sifat-sifak manusia yang terdidik” Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-
sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut
akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.
Pada hakikatnya khulk budi pekerti atau akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian
hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.
Di dalam Ensiklopedi Pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan kesadaran etik dan moral yaitu kelakuan
baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Khaliknya dan terhadap sesama manusia.
38
Dr. Ahmad Amin dalam bukunya mengatakan bahwa “Akhlak” adalah :
38
Asmaran As, “Pengantar Studi Akhlak”, Jakarta, PT. Raja Grafindo : 1994, Cet ke-2, h. 1-2