15 merupakan akhlak yang mulia, hal ini juga sesuai dengan misi Nabi
Muhammad SAW, beliau di utus kedunia ini untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
، ﻰ ﻘ ﻬ ﻴ ﺑ
ﻢ ﻛ ﺎ ﺣ
Artinya : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”.HR. Ahmad, Baihaqi dan Hakim.
Jika akhlak yang mulia telah dapat diterapkan dalam kehidupan seseorang niscaya bangsa ini pun akan menjadi bangsa yang bermartabat
serta mampu menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam yang telah ditetapkan oleh Allah SWT taqwa. Sebagaimana firman Allah :
....
... .
Artinya : “…Sesungguhnya sepaling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah orang-orang yang bertaqwa…” Q.S. Al-Hujurat49 :
13. Sungguh Islam telah mengatur segala-galanya, meskipun diberikan
keleluasan untuk menyalurkan hasrat seksualnya, namun bukan berarti melaksanakan
kebebasan seksual,
sebab keleluasannya
dalam menyalurkan dorongan seksual harus tetap dalam ikatan nilai yang
berdasarkan syar’i. Oleh sebab itu, sanga tlah tepat apabila Islam
dikatakan sebagai agama yang Rahmatan Lil’Alamiin, yang mencangkup dan mengatur seluruh aspek kehidupan manusia di dunia.
3. Pentingnya Pendidikan Seks bagi Remaja.
Dahulu seks dipandang keramat, rahasia dan tabu diungkapkan. Kini makin terbuka ditulis dan dibayangkan media masa atau dibicarakan
pada berbagai forum. Makin terungkap masalah seksual dalam banyak bidang kegiatan di tengah perubahan dalam kehidupan manusia modern.
Terlebih kehadiran pariwisata yang mendunia, nilai- nilai luhur yang terbukti sampai kini bermakna positif bagi kehidupan manusia, sedang
16 ditantang perubahan dalam hubungan yang makin luas, bebas dan terbuka.
Perubahan potensial menggeser nilai-nilai luhur yang dianut masyarakat. Teramati terjadinya penyimpangan seksual dengan berbagai dampak yang
merugikan terutama di kalangan remaja. Salah satu penyebab adalah ketertutupan yang mengakibatkan kekurangtahuan manusia pada
kehidupan seksual yang normal dan sehat.
20
Melihat perkembangan remaja yang meliputi aspek fisik dan psikis, yakni kematangan seks yang disertai timbulnya dorongan seks yang masih
baru dan belum banyak yang diketahuinya, dan belum mampu bertanggung jawab dan masih mengikuti kesenangan sesaat serta belum
berpikir perspektif, maka pendidikan seks perlu diberikan kepada remaja. Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan, bahwa masalah
seksualitas di kalangan remaja di kota besar timbul karena : 1.
Kurang adanya pendidikan seks pada remaja, sehingga praktis mereka buta terhadap masalah seks.
2. Banyaknya rangsangan-rangsangan pornografi, baik berupa film,
bahan bacaan maupun yang berupa obrolan sesama teman sebaya. Ditambah fasilitas semakin canggihnya dunia tekhnologi dan
informasi. 3.
Tersedianya kesempatan untuk melakukan perbuatan seks, misalnya pada waktu orang tua tidak dirumah, di dalam mobil, atau
pada kesempatan piknik atau berkemah. Masalah-masalah tersebut sangat rawan dan berbahaya sekali,
karena remaja belum mampu menyeleksi mana yang baik dan mana yang buruk. Remaja yang tidak diberi penerangan dan pengertian tentang
perubahan pada dirinya, ia bisa mencari penyaluran yang negatif.
21
Dengan persoalan-persoalan di atas maka dapat berdampak buruk pada kondisi remaja. Untuk pemuasan dorongan seksual, berbagai jalan
20
A. E. Sinolungan, S.Pd, “Psikologi Perkembangan Peserta Didik”, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1997, cet-ke-1, h. 142
21
Akhmad Azhar Abu Miqdad, “Pendidikan Seks Bagi Remaja”, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997, cet ke-1, h. 39-40
17 dapat ditempuhnya, terutama bila ia tidak memiliki imanagama yang kuat.
Maka, sulit rasanya remaja sekarang ini untuk tidak terjerumus ke dalam perbuatan seks bebas, sehingga perilaku dan cara pemuasan seksual
mengalami perubahan dan menyimpang dengan disertai perkembangan fisik, psikis dan sosial. Adapun bentuk penyimpangan seksual adalah
sebagai berikut : a.
Sodomi : yaitu hubungan kelamin dengan hewan. b.
Homoseks dan Lesbian : yaitu Tertarik pada jenis kelamin yang sama.
c. Semen Leven : yakni hidup bersama tanpa ikatan pernikahan atau
disebut juga kumpul kebo d.
Prostitusi ; yakni pelauran atau hubungan kelamin secara tidak sah. e.
Nymphomania : yaitu merasa puas bermesraan dengan mayat. f.
Phedophilia : yaitu merasa puas memperkosa atau bermain seks dengan anak di bawah umur.
g. Masochisme : yaitu merasa puas dan nikmat jika disiksa
h. Sadism : yaitu merasa puas jika menyiksa dalam hubungan seksual.
i. Voyeurism : yaitu gemar mengintip orang telanjang
j. Eksibisionisme : yaitu puas mempertontonkan tubuh atau
bagiannya tanpa atau minim sandang.
22
Semua perbuatan di atas memberikan rasa nikmat, maka disinilah letak problem remaja. Maka untuk mengembalikan kondisi remaja yang
normal dan hidup sehat pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi
masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang
berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Maka memberikan bimbingan dan penerangan seks kepada para remaja
merupakan suatu yang sangat penting dan perlu.
22
A. E. Sinolungan, “Psikologi Perkembangan Peserta Didik”, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1997, cet-ke-1, h. 151
18 H. Ahmad Azhar Basyir, mengemukakan bahwa :
Pada waktu akhir-akhir ini masyarakat merasakan perlu diperluasnya pengetahuan tentang sex education, dengan latar
belakang bermacam-macam, guna memelihara tegaknya nilai-nilai moral, guna mengatasi gangguan-gangguan psikis di kalangan
remaja, guna memberi pengetahuan orang tua dalam menghadapi perkembangan anak-anak dan lain sebagainya.
23
Sedangkan H. Ali Akbar berpendapat bahwa : Pendidikan seks ini harus diberikan dan dipahami oleh setiap
muslim dan diajarkan sejak ia lahir dan orang pertama yang bertanggung jawab atas pendidikan seks ini adalah orang tua, ibu
bapak dan tempat pendidikan seks utama adalah rumah tangga.
24
Dengan adanya pendidikan seks, maka dapat terhindar dari ekses- ekses negatif dalam kehidupan seksual khususnya para remaja, serta demi
tercapainya kepuasan dan kebahagiaan seksual dengan moralitas tinggi.
25
Kebanyakan orang memahami bahwa pendidikan seks adalah cara melakukan hubungan seks, jelas itu lain persoalan dan itu adalah salah.
Maka agar tidak adanya kesalahpahaman tentang isi dari pendidikan seks itu sendiri. yang dimaksud dengan pendidikan seks harus mengandung dua
hal : a.
Kesadaran akan perlindungan dan perawatan kesehatan organ- organ reproduksi bagi remaja.
b. Hukum-hukum syara’ seputar masalah tersebut, dan hukum syara’
mengenai hubungan sosial pria dan wanita.
26
Tentu saja pendidikan seks yang baik bagi anak-anak tidak semata menyangkut kesehatan, tapi juga norma-norma pergaulan bagi mereka.
Karena, ketika anak-anak memasuki usia pubertas, terjadi juga perubahan mental. Seperti ada ketertarikan pada lawan jenis yang jauh lebih kuat
23
Akhmad Azhar Abu Miqdad, “Pendidikan Seks Bagi Remaja”, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997, cet ke-1, h. 44
24
Akhmad Azhar Abu Miqdad, “Pendidikan Seks Bagi Remaja”, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997, cet ke-1, h. 45
25
Akhmad Azhar Abu Miqdad, “Pendidikan Seks Bagi Remaja”, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997, cet ke-1, h. 43-44
26
Iwan Januar, “Sex Before Married”, Jakarta: Gema Insani Press, 2007, cet ke-1, h.135
19 dibandingkan masa kanak-kanak. Perilaku ini tidak bisa dijawab oleh ilmu
kedokteran, tapi dibutuhkan syariat sebagai pedoman tingkah laku bagi remaja.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa pendidikan seks sangat penting bagi remaja, karena :
1. Dapat mencegah penyimpangan-penyimpangan dan kelainan-
kelainan seksual, khususnya para remaja. 2.
Dapat memelihara tegaknya nilai-nilai moral remaja. 3.
Dapat mengatasi gangguan-gangguan psikis para remaja. 4.
Dapat memberi pengetahuan dalam menghadapi perkembangan anak.
27
4. Materi dan Metode Pendidikan Seksual