32 “Ilmu untuk menetapkan ukuran segala perbuatan manusia, yang
baik atau yang buruk, yang benar atau yang salah, yang hak atau yang bathil”.
39
Ibnu Maskawaih mendefinisikan akhlak ialah : “Sikap jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan terlebih dahulu”.
Senada dengan Maskawaih, Imam Al- Ghazali mengemukakan bahwa : “Akhlak adalah ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan
mudah tidak
memerlukan pertimbanganpikiran terlebih dahulu”.
40
Dari definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa akhlak merupakan kekuatan aktif di dalam diri yang mendorong seseorang untuk melakukan
atau tidak melakukan suatu tindakan. Seseorang dipandang memiliki akhlak yang terpuji, jika di dalam
dirinya senantiasa ada kemauan atau niat untuk melakukan sesuatu yang baik atau dasar kesadaran dan tanggung jawab, baik terhadap Allah SWT
maupun terhadap masyarakat. Sebaliknya, seseorang yang selalu cenderung untuk melakukan hal-hal yang buruk, ia dipandang sebagai
orang yang berakhlak buruk.
2. Metode Pembinaan Akhlak
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad
SAW, yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
39
Anwar Mastari, “Akhlakul Karimah”, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990, h. 3
40
Akhmad Azhar Abu Miqdad, “Pendidikan Seks Bagi Remaja”, Yogyakarta, Mitra Pustaka : 1997, cet ke-1, h. 58-59
33 Dalam salah satu hadisnya beliau menegaskan innama buitstu li utammima
makarim al-akhlaq HR. Ahmad.
41
Pembinaan akhlak menurut Ibnu Maskawaih di titik beratkan kepada pembersihan pribadi dan sifat-sifat yang berlawanan dengan tuntunan
agama, seperti : Takabur, pemarah dan penipu. Keluhuran akhlak sebagai media untuk menduduki tingkat kepribadian yang berbobot Islam dan
bertujuan untuk menyempurnakan nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan ajaran Islam yang taat beribadah dan sanggup hidup bermasyarakat yang
baik. Di dunia pendidikan, pembinaan akhlak tersebut dititik beratkan
kepada pembentukan mental anak atau remaja agar tidak mengalami penyimpangan.
42
Menurut hasil analisis Muhammad al-Ghazali terhadap rukun Islam yang lima telah menunjukkan dengan jelas, bahwa dalam rukun Islam
yang lima itu terkandung konsep pembinaan akhlak. 1.
Rukun Islam yang pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadat. Kalimat ini mengandung pernyataan bahwa selama
hidupnya manusia hanya tunduk kepada aturan dan tuntunan Allah. Orang yang tunduk dan patuh pada peraturan Allah dan Rasul-Nya
sudah dapat dipastikan akan menjadi orang baik. 2.
Rukun Islam yang kedua adalah mengerjakan shalat lima waktu. Shalat yang dikerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari
perbuatan yang keji dan munkar. Sebagaimana di dalam al-Qur’an disebutkan :
.
“Bacalah kitab al-Qur’an yang telah diwahyukan kepadamu Muhammad dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
41
Abuddin Natta, “Akhlak Tasawuf”, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003, cet ke- 5, h, 158
42
Sudarsono, “Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja”, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989, cet ke-1, h, 147-148
34 mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dan ketahuilah
mengingat Allah shalat itu lebih besar keutamaannya dari ibadah yang lain. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan
”. 3.
Rukun Islam yang ketiga, yaitu zakat juga mengandung didikan akhlak, yaitu agar orang yang melaksanakan dapat membersihkan
dirinya dari sifat kikir, mementingkan diri sendiri, dan membersihkan hartanya dari hak orang lain, yaitu hak fakir miskin
dan seterusnya. Muhammad al-Ghazali mengatakan bahwa hakikat zakat adalah untuk membersihkan jiwa dan mengangkat derajat
manusia ke jenjang yang lebih mulia. 4.
Rukun Islam yang keempat adalah mengerjakan ibadah puasa, bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam waktu
yang terbatas, tetapi lebih dari itu merupakan latihan menahan diri dari keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang.
5. Rukun Islam yang kelima adalah ibadah haji. Dalam ibadah haji ini
pun nilai akhlaknya lebih besar lagi dibandingkan dengan nilai pembinaan akhlak yang ada pada ibadah dalam rukun Islam lainnya.
Hal ini bisa dipahami karena ibadah haji dalam islam bersifat komprehensif yang menuntut persyaratan yang banyak, yaitu
disamping harus menguasai ilmunya, juga harus sehat fisiknya, ada kemauan keras, bersabar menjalankannya dan harus mengeluarkan
biaya yang tidak sedikit, serta rela meninggalkan tanah air, harta kekayaan dan lainnya. Adapun hubungan ibadah haji dengan
pembinaan akhlak dapat dipahami dari ayat yang berbunyi :
“musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan
haji, maka tidak boleh berkata kotor jorok, berbuat fasik dan
35 berbantah-bantah di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang
kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan
bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. QS. Al- Baqara, 2: 197.
43
Pembinaan akhlak dalam islam juga terintegrasi dengan pelaksanaan rukun iman. Maka berdasarkan analisis yang didukung dalil-dalil al-Quran
dan al-hadis di atas, kita dapat mengatakan bahwa Islam sangat memberi perhatian yang besar terhadap pembinaan akhlak, termasuk cara-caranya.
Hubungan antara rukun iman dan islam terhadap pembinaan akhlak sebagaimana digambarkan di atas, menunjukkan bahwa pembinaan akhlak
yang ditempuh Islam adalah menggunakan cara atau sistem yang integrated, yaitu sistem yang menggunakan berbagai sarana peribadatan
dan lainnya secara simultan untuk di arahkan pada pembinaan akhlak. Sedangkan menurut Tamyiz Burhanudin, Setidaknya ada 6 metode
yang diterapkan dalam pembinaan akhlak, yaitu : 1
Metode Keteladanan usawah al-hasanah 2
Latihan dan pembiasaan 3
Mendidik melalui Ibrah mengambil pelajaran 4
Mendidik melalui Nasehat Mauidzah 5
Mendidik dengan Pujian dan hukuman Targhib dan tahdzib 6
Mendidik melalui Kedisiplinan.
44
Secara moralistik, pembinaan akhlak merupakan salah satu cara untuk membentuk mental manusia agar memiliki pribadi yang bermoral,
berbudi pekerti yang luhur dan bersusila, berarti pula metode dan cara di atas sangat tepat untuk membina mental anak-anak kita. Dalam proses ini
tersimpul indikator bahwa pembinaan akhlak merupakan penuntun bagi umat manusia untuk memiliki sikap mental dan kepribadian sebaik yang
ditunjukkan oleh al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW, pembinaan,
43
Abuddin Natta, “Akhlak Tasawuf”, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003, cet ke- 5, h. 160-163
44
Tamyiz Burhanudin, “Akhlak Pesantren Pandangan KH. Hasyim Asy’ari”, Yogyakarta, Ittaqa Press : 2001, Cet ke-1, h. 54-61
36 pendidikan dan penanaman nilai-nilai akhlakul karimah sangat tepat
diberikan kepada anak-anak khususnya remaja agar di dalam perkembangan mentalnya tidak mengalami hambatan dan penyimpangan
ke arah negatif. Adapun media yang dapat digunakan yakni lewat contoh- contoh, latihan-latihan dan praktek-praktek nyata yang dilakukan orang tua
di dalam kehidupan keluarga, oleh para guru dilingkungan sekolah, juga juru-juru didik selain kedua orang tua dan guru di dalam kelas.
3. Macam-macam akhlak dalam Islam