c. Faktor Pendekatan Belajar approach to learning, yakni jenis upaya belajar mahasiswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
untuk melakukan kegiatan pembelajaran
5
Selain dari beberapa hal di atas, faktor sistem pengolahan dan administrasi yang baik dalam suatu kampus juga dapat mempengaruhi
efektif tidaknya kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan di bawah ini:
a. Faktor Mahasiswa, merupakan potensi yang harus dikembangkan. Di dalam mendidik atau membimbingnya harus melihat potensi-potensi
yang ada pada diri anak didik tersebut, sehingga potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik pula.
b. Faktor Dosen Belajar mengajar adalah aktivitas interaksi antara dosen dan
mahasiswa. Di mana interaksi itu bukan hanya membutuhkan keterlibatan seorang dosen, sehingga terdapat feed back timbal balik
di antara keduanya. Dosen pun harus menjadi suri teladan dan dapat mengantarkan anak didiknya ke arah tujuan yang telah ditentukan,
melalui kegiatan bimbingan, pendidikan, latihan, dan pengarahan, maka sikap prilaku dan pengetahuanya dapat terbentuk dengan baik
yang kemudian menjadi pribadi yang baik dan berkualitas. c. Faktor Lingkungan
Adapun yang dimaksud dengan lingkungan adalah bagaimana menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan di lingkungan
tempat mahasiswa belajar, sehingga membantu kegiatan belajar mengajar, seperti rasa aman, suasana yang bersih, keindahan,
ketertiban, dan kekeluargaan.
4. Proses Belajar secara Efektif
Efektivitas di dalam proses belajar, meliputi:
5
Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2001, Cet. Ke-6 h.182
a. Proses Belajar adalah proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh pelajar pada saat mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang
direncanakan dan disajikan di kampus atau lembaga, baik yang terjadi di kelas maupun di luar kelas.
b. Proses Mengajar adalah proses yang dilakukan oleh seorang dosen dalam melaksanakan peranannya dalam proses kegiatan belajar yang
direncanakan. Penulis memandang bahwa yang esensial dari suatu lembaga pendidikan
Kampus adalah terjadinya proses belajar. Gedung, dosen, sarana pendidikan dan berbagai fasilitas pendidikan lainnya tidak akan berarti tanpa adanya
suatu proses belajar yang direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang dibebankan pencapaiannya oleh lembaga pendidikan Kampus.
Semua instrumental input hanya berarti sepanjang menunjang terlaksananya proses belajar yang relevan dan berkualitas. Proses belajar
yang berkualitas dan relevan tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan perlu direncanakan dan terprogram.
Dimensi pertama dari sistem kurikulum adalah tujuan pendidikan yang dibebankan pencapaiannya kepada pendidikan Kampus. Ditekankan di sini
bahwa istilah yang dibebankan pencapaiannya kepada Kampus mengingat bahwa Kampus perlu dibatasi tanggung jawabnya dan bahwa ada lembaga
pendidikan lainnya yang lebih efektif dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.
Oleh karena itu, pada tingkatan proses pemilihan tujuan pendidikan dan penetapan tujuan-tujuan pendidikan Kampus, perlu dilakukan secara
sistematis. Kalau tidak demikian dapat terjadi tujuan-tujuan pendidikan yang ditetapkan bukan tujuan yang paling tepat dicapai melalui pendidikan
Kampus, melainkan melalui lembaga pendidikan lainnya. Di dalam praktiknya, kurikulum yang merupakan unsur yang esensial
strategis dari sistem pendidikan Kampus itu dilaksanakan dalam waktu yang sangat terbatas. Kurang dari 20 dari keseluruhan waktu hidup mahasiswa
dalam satu minggunya berada dalam situasi pendidikan Kampus. Oleh