Oemar Hamalik menyatakan bahwa: “Proses pengajaran dapat terselenggara secara lancar, efisien, dan efektif berkat adanya interaksi yang
positif, konstruktif, dan produktif antara berbagai komponen yang terkandung di dalam sistem pengajaran tersebut”. Lebih lanjut ia
menyatakan, “Pengajaran akan berjalan lebih efektif, apabila dosen dan
mahasiswa mempergunakan alatmedia yang memadai”.
Senada dengan pendapat Oemar Hamalik dan Azhar Arsyad menegaskan bahwa, “Dengan media tersebut terciptalah lingkungan pengajaran yang
interaktif yang memberikan respons terhadap kebutuhan belajar mahasiswa dengan jalan menyiapkan kegiatan belajar yang efektif guna menjamin
terjadinya belajar”. Sedangkan Suharsimi Arikunto mengemukakan
bahwa ”Media adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara
dalam proses belajar mengajar untuk lebih mempertinggi efektivitas serta efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan seoptimal mungkin”.
Dari pendapat para ahli di atas berarti, bahwa keefektifan suatu proses pembelajaran harus memuat sejumlah komponen yang saling berinterelasi,
sedangkan dengan keberadaan media, maka pembelajaran akan lebih interaktif dan berjalan secara efektif dalam situasi lingkungan yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
B. Pengertian Penyelenggaraan
Pengertian penyelenggaraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengurus atau mengusahakan sesuatu, melakukan atau melaksanakan.
11
Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan bijak, serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan
pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Pengelolaan pembelajaraan merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dunkin dan Biddle 1974:38, proses pembelajaran berada dalam empat
11
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta : Balai Pustaka Departemen Pendidikan Nasional, 2007, h.1019
varaibel interaksi, yaitu : 1 variabel pertanda presage variables berupa pendidik; 2 variabel konteks tanda contex variables berupa peserta didik; 3
variabel proses process variables; dan 4 variabel produk product variables berupa perkembangan peserta didik baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka keempat variabel pembelajaran tersebut harus dikelola dengan baik. Berikut uraian
pengelolaan variabel pembelajaraan.
12
Pengelolaan siswa dalam kurikulum berbasis kompetensi merupakan “produsen” artinya siswa sendirilah yang mencari tahu pengetahuan yang
dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan yang beragam: pandai, sedang, dan kurang. Karenanya, guru perlu mengatur kapan
siswa bekerja
perorangan, berpasangan,
berkelompok, berdasarkan
kemampuan sehingga ia dapat berkonsentrasi membantu yang kurang, dan kapan siswa dikelompokan secara campuran sebagai kemampuan sehingga
terjadi tutor sebaya. Belajar merupakan kegiatan yang bersifat universal dan multi dimensional.
Dikatakan universal karena belajar bisa dilakukan siapa pun, kapan pun dan di mana pun. Karena itu bisa saja siswa merasa tidak butuh dengan proses
pembelajaran yang terjadi dalam ruangan terkontrol atau lingkungan terkendali. Waktu belajar bisa saja waktu yang bukan dikehendaki siswa.
Guru dapat mengatur dan merekayasa segala sesuatunya. Guru dapat mengatur siswa berdasarkan situasi yang ada ketika proses belajar mengajar
berlangsung. Menurut Andree, ada beberapa macam pengelompokan siswa, di antaranya :
1. Task planing groups, bentuk pengelompokan berdasarkan rencana tugas yang akan diberikan oleh guru.
2. Teaching groups, kelompok ini bisa digunakan untuk groups teaching, dimana guru memerintahkan suatu hal, siswa yang ada pada tahap yang
sama mengerjakaan tugas yang sama pada saat yang sama. 3. Seating groups, pengelompokan yang bersifat umum; dimana 4-6 siswa
duduk menglilingi satu meja.
12
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaraan Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009, h.112
4. Join learning groups, pengelompokan siswa di mana satu kelompok siswa bekerja dengan kegiatan yang saling terkait dengan kelompok yang
lain. Hasilnya mungkin seperangkat yang saling terkait. 5. Collaboative-groups, kelompok kerja yang menitikberat-kan pada kerja
sama tiap individu dan hasilnya sebagai sesuatu yang teraplikasi.
13
Pengelolaan Guru pengetahuan adalah abstraksi dari apa yang dapat diketahui dalam jiwa orang yang mengetahuinya. Pada dasarnya pengetahuan
tidak bersifat spontan, melainkan pengetahuan harus diajarkan dan dipelajari. Dengan kata lain pengetahuan itu harus diusahakan. Awal pengetahuan terjadi
karena panca indera berinteraksi dengan alam nyata. Firman Allah Swt. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda seluruhnya QS. 2:31.
Menurut Ikhwan al-Shafa, sebelum terjadi interaksi terdapat pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Hal yang pertama kali yang menimbulkan kekaguman kita terhadap para ahli pendidikan muslim terdahulu adalah penghargaan mereka terhadap
persoalan pendidikan yang sangat tinggi, bahkan mereka menilainya sebagai wujud tanggung jawab moral yang sangat luhur. Mereka menganggap tugas
mengajar bukan sekadar sebagai porfesi kerja, melainkan lebih sebagai tuntunan kewajiban agama. Rasa keagamaan yang sangat kuat akan tanggung
jawab agama mengimplikasikan pada kesepakatan para ahli dan pemerhati pendidikan muslim terhadap semacam “kode etik” pengajaran. Beberapa
prinsip dasar kode etik tersebut sebagaimana dikemukakan oleh M. Jawad Ridla dalam bukunya al-Fikr al-Tarbawiyyu al-Islamiyyu Muqaddimat fi
ushulih al- Ijtima’iyyati wa al-aqlaniyyati yaitu:
1. Keharusan ilmu dibarengi dengan pengamalan ilmunya. Ia harus menyatukan antara ucapan dan perbuatannya, sebab ilmu itu diketahui
dengan mata batin, sedangkan amal perbuatan diketahui dan disaksikan dengan mata lahir. Dan sementara orang yang bertumpu pada mata
lahirnya lebih banyak, sehingga bila amal perbuatan guru itu bertentangan dengan ilmu yang dimilikinya, maka ia telah mengabaikan
misi mendakwahkan kebenaran kepada orang lain. Sabda Rasulullah
13
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaraan … h.122
Saw. Manakala manusia telah menguasai ilmu, sementara meninggalkan pengamalannya; saling mencintai dengan lisan tetapi saling membenci
dalam hati, dan saling memutuskan hubungan persaudaraan, maka ketika itu Allah Swt. melaknat mereka, lalu membuat telinga mereka tuli
dan mata mereka buta HR. Ath-Thabraniy. Al-Ghazali mengingatkan para guru berkenaan dengan pengamalan ilmu
tersebut sebagaimana ucapannya: “Waspadalah wahai para guru, jangan sampai kamu itu menjadi orang yang hanya pintar mengajar dan
mengingatkan saja, karena ini bisa menimbulkan bencana besar, kecuali kamu bersedia lebih dulu mengamalkan apa yang kamu ucapkan, baru
kemudian menasehati orang.” 2. Bersikap kasih sayang terhadap siswa, dan memperlakukan mereka
seperti putra-putrinya sendiri. Sabda Rasulullah Saw . “Sesungguhnya aku
ini bagi kamu, seperti seorang ayah bagi putra- putrinya.” HR. Abu
Daud Hal ini menunjukan bahwa menjadi kewajiban seorang murid dan guru untuk saling menyayangi dan mengasihi, sebagaimana mereka
saling mengasihi dan menyayangi dengan ayah dan ibu mereka. 3. Menghindarkan diri dari ketamakan. Seorang guru seyogianya
menghindarkan diri dari ketamakan. Dan komersialisasi ilmu; dan semestinya guru mempunyai himmah cita-cita tinggi, tidak rakus
terhadap kekayaan orang lain. Sabda Rasulullulah Saw . “Waspadalah
sikap tamak, karena ia sebenarnya adalah kemiskinan yang terselubung.” Dalam sabda lainnya: “Semua manusia berada dalam kemiskinan, karena
ketakutannya karena kemiskinan itu.” Hal ini sangat jelas menunjukan
bahwa guru seharusnya tidak menjadikan ilmunya sebagai sarana mencapai tujuan dunia semata.
4. Bersikap toleran dan pemaaf. Di antara kewajiban guru adalah bersikap lapang dada kepada murid-muridnya, menjaga jangan sampai terjadi
keributan apalagi sampai perkelahian di antara mereka, karena yang demikian tidak ada manfaatnya. Firman Allah SWT. Dalam surat an-Nisa