K. Hubungan Tenaga yang Membantu Persalinan dengan Perilaku
Pemberian ASI Eksklusif
Kunci keberhasilan menyusui terletak pada penolong persalinan karena 30 menit pertama setelah bayi lahir umumnya peran penolong
persalinan masih sangat dominan. Bila ibu difasilitasi oleh penolong persalinan untuk segaera memeluk bayinya diharapkan interaksi ibu dan bayi
akan segera terjadi. Dengan pemberian ASI segera, ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI, sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan
makanan atau minuman apapun kepada bayi karena bayi dapat nyaman menempel pada payudara ibu atau tenang dalam pelukan ibu segera setelah
lahir Fikawati, 2003 dalam Lestari, 2009. Hasil analisis tenaga yang membantu persalinan menunjukkan p-value
= 1.00 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata tenaga yang membantu persalinan dengan perilaku memberikan ASI eksklusif pada ibu yang
melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Diketahui bahwa dari 12 reponden yang bersalin dibantu oleh dokter
sebesar 8.3 memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 32 responden yang bersalin dibantu bidanperawat sebesar 3 memberikan ASI eksklusif. Dari
hasil analisa silang antara tempat bersalin dan penolong persalinan didapat ibu yang melahirkan di rumah sakit 12 orang dibantu dokter dan 1 orang dibantu
bidan perawat. Sedangkan ibu yang melahirkan di klinik dan rumah semuanya dibantu oleh bidanperawat.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Nurjanah 2007 yang memperlihatkan bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dalam proses persalinan 8,6 lebih besar dibandingkan ibu yang tidak ditolong oleh tenaga kesehatan 6,1 dan
menunjukan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara penolong persalinan dan pemberian ASI eksklusif.
Faktor kurangnya informasi terbaru tentang ASI eksklusif, kurang jelasnya informasi yang diterima responden dan masih melekatnya budaya
local tentang pemberian makanan bayi diduga menjadi alasan banyak responden yang tidak memberikan ASI eksklusif sekalipun bersalin dibantu
oleh tenaga kesehatan. Selain itu, bila data dikategorikan menjadi persalinan dibantu tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan maka status dokter dan
bidanperawat sebagai tenaga kesehatan menjadikan data homogen sehingga tidak dapat dilakukan uji statistik.
L. Hubungan Tenaga yang Melayani IMD dan Perilaku Pemberian ASI