J. Hubungan Tempat Ibu Bersalin, Rawat Gabung, dan Perilaku
Pemberian ASI Eksklusif
Hubungan antara kesuksesan menyusui dengan tempat persalinan ditemukan erat karena tidak jarang rumah sakit memberikan susu formula
kepada ibu yang baru melahirkan. Untuk itu, pemerintah sejak tahun 1985 telah mengembangkan rumah sakit sayang bayi serta ada kesepakatan
produsen dan importer makanan produk makanan bayi untuk memasarkan produknya secara langsung maupun tidak langsung ke pelayanan kesehatan
soetjiningsih, 1997. Sedangkan Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan di
tempatkan dalam sebuah ruangan kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya Maryuni, 2009; Rukiyah, 2010.
Hasil analisis tempat ibu bersalin menunjukkan p-value = 1.00 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata tempat ibu bersalin dengan perilaku
memberikan ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Diketahui bahwa dari 13
reponden yang bersalin di rumah sakit sebesar 7.7 memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 29 responden yang bersalin di klinik sebesar 3.4
memberikan ASI eksklusif dan dari 3 responden yang bersalin di rumah tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. Diketahui dari 13 responden yang
bersalin di Rumah Sakit sebesar 38,5 dirawat gabung satu ruangan dengan bayi. Sedangkan dari 29 responden yang bersalin di klinik sebesar 93,1
dirawat gabung satu ruangan dengan bayi. Dari hasil analisis rawat gabung
menunjukkan p-value = 1.00 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata rawat gabung dengan perilaku memberikan ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan
di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Josefa dkk 2011
menyatakn tidak ada hubungan signifikan antara tempat ibu bersalin dan perilaku pemberian ASI eksklusif. Namun berbeda dengan penelitian
Nurjanah 2007 yang memperlihatkan ada hubungan bermakna antara tempat persalinan dengan nilai OR 1,57 yang berarti ibu yang melahirkan bukan pada
fasilitas kesehatan memiliki peluang 1,57 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang bersalin di fasilitas kesehatan.
Faktor kurangnya informasi terbaru tentang ASI eksklusif, kurang jelasnya informasi yang diterima responden dan masih melekatnya budaya
lokal tentang pemberian makanan bayi diduga menjadi alasan banyak responden yang tidak memberikan ASI eksklusif sekalipun bersalin di fasilitas
kesehatan dan dirawat gabung bersama bayi. Sehingga pengalaman yang didapat ketika dirawat menjadi sia-sia. Hal ini terbukti dari masih banyak
responden yang salah mengenai pemberian obat dan pemberian susu formula ketika beraktivitas di luar rumah.
K. Hubungan Tenaga yang Membantu Persalinan dengan Perilaku