Dari hasil analisis mengenai variable pengetahuan, sikap, dan kepercayaan didapatkan bahwa reponden rata-rata memiliki pengetahuan,
sikap, dan kepercayaan sedang dan baik. Tetapi, jika melihat perilaku pemberian ASI eksklusif maka hampir seluruh ibu 95,6 tidak memberikan
ASI eksklusif. Hal ini dimungkinkan karena persepsi responden tentang ASI eksklusif yang salah dan pengetahuan tentang jenis makanan tambahan yang
salah. Hal ini terlihat dari banyaknya ibu yang memberikan beberapa jenis makanan tambahan, seperti banyak responden yang beranggapan bahwa
memberikan air putih masih termasuk ASI eksklusif. sedangkan menurut Syahdrajat 2009, memberikan cairan sebelum 6 bulan meningkatkan risiko
kekurangan gizi. Dan konsumsi air puth atau cairan lain meskipun sedikit akan membuat bayi merasa kenyang sehingga tidak mau menyusu. Faktor
kebudayaan dan pengalaman menyusui terdahulu juga diduga menjadi faktor utama gagalnya perilaku pemberian ASI eksklusif.
C. Hubungan Umur Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif
Menurut Huclock 1998 dalam Nursalam 2001:134 dalam Handayani, dkk 2009 mengatakan semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya
dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini dilihat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Sehingga semakin dewasa umur ibu maka ibu akan
sadar dan tahu akan manfaat pentingnya ASI eksklusif, maka ibu dengan sendirinya akan termotivasi untuk memberikan ASI eksklusif. Sedangkan dari
segi produksi ASI, ibu yang berusia 19-23 tahun pada umumnya dapat menghasilkan ASI yang cukup dibandingkan ibu yang berusia lebih tua. Ibu
yang berusia lebih dari 35 tahun biasanya tidak akan dapat menyusi bayinya dengan ASI yang cukup. Lestari 2009.
Hasil analisis umur menunjukkan p-value = 0.476 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata umur ibu dengan perilaku memberikan ASI
eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Pada responden yang ASI eksklusif
memiliki rata-rata umur 31 tahun, sedangkan responden yang tidak ASI eksklusif memliki rata-rata umur 29 tahun.
Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Anggrani 2012 yang menyatakan tidak ada hubungan antara umur dengan praktik
pemberian ASI eksklusif hal ini dimungkinkan karena teknik dan keadaan sampel yang dimiliki relatif sama. Berbeda dengan hasil penelitian kualitatif
yang dilakukan Fika dan Syafiq 2009 yang menyatakan bahwa umumnya informan ASI eksklusif selama 6 bulan lebih tua daripada informan yang tidak
ASI eksklusif dengan perbedaan rata-rata umur 4 tahun. Rata-rata informan ASI eksklusif berusia 30 tahun dan rata-rata informan ASI tidak eksklusif
berusia 26 tahun. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan tentang ASI
eksklusif, dan pengalaman lama yang salah tentang pemberian ASI eksklusif. Kurangnya informasi terbaru terkait ASI eksklusif menjadi faktor yang
mungkin menyebakan hal tersebut terjadi. Pekerjaan ibu yang rata-rata
sebagai ibu rumah tangga biasanya kurang mendapat informasi yang terbaru khususnya tentang kesehatan kerena ibu tersebut hanya berinteraksi dengan
orang di lingkungan rumahnya saja. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Notoadmodjo 2007, seorang yang memiliki pekerjaan dengan informasi
yang lebih luas terdapat kecenderungan mempunyai pengetahuan yang lebih baik dan dengan berkerja seseorang dapat berbuat sesuatu yang bernilai,
bermanfaat, dan memperoleh berbagai pengalaman yang lebih luas sehingga informasi yang di peroleh lebih banyak.
D. Hubungan Paritas dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif