dukungan yang diberikan pun sedikit. Sedangkan ibuibu mertua dimungkinkan masih memiliki pemahaman yang kurang mengenai ASI
Eksklusif dan makanan bayi.
N. Hubungan Dukungan Kader dan Tenaga Kesehatan dan Perilaku
Pemberian ASI Eksklusif
Dalam rangka peningkatan dan pembinaan perilaku khususnya pemberian ASI Eksklusif tampaknya pendekatan pemberian informasi akan
lebih tepat karena hal tersebut adalah upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, rujukan, himbauan,
ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan lain sebagainya melalui kegiatan pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Memang dengan cara
ini dampak terhadap perubahan perilaku akan berlangsung lama Notoatmodjo, 2000. Oleh karenanya dukungan kader dan tenaga kesehatan
sangat penting untuk melaksanakan peran tersebut. Hasil analisis dukungan kader dan tenaga kesehatan menunjukkan p-
value = 1.00 dan 0.504 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata dukungan kader dan tenaga kesehatan dengan perilaku memberikan ASI eksklusif pada
ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Diketahui bahwa dari 26 reponden yang mendapat
dorongan dari tenaga kesehatan sebesar 7.7 memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 19 responden yang tidak mendapatkan dorongan dari tenaga
kesehatan tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. Dan dapat diketahui bahwa dari 38 reponden yang mendapat dorongan dari kader kesehatan
sebesar 5.3 memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 7 responden yang tidak mendapatkan dorongan dari kader kesehatan tidak ada yang memberikan
ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggraeni 2012 yang
menyatakn tidak ada hubungan signifikan antara Dukungan Kader dan Tenaga Kesehatan dan perilaku pemberian ASI eksklusif hal ini dimungkinkan karena
teknik dan keadaan sampel yang dimiliki relatif sama. Hal yang diduga menyebabkan hal ini adalah tidak intensif dan
ketatnya dorongan yang diberikan tenaga kesehatan dan kader. Hal ini terlihat dari menurunnya dukungan tenaga kesehatan dari ketika kunjungan kehamilan
yang menunjukan bahwa 43 ibu didorong memberikan ASI eksklusif dan setelah persalinan yang menunjukan sebanyak 36 ibu didorong memberikan
ASI eksklusif. Tidak efektifnya dukungan yang diberikan juga berdampak pada perilaku responden. Diduga kader dan tenaga kesehatan hanya
memberikan informasi saja kepada para responden tetapi tidak melakuakan ajakan ataupun control secara berkala. Sebagaimana penelitian Fika dan
Syafiq, 2009 yang meyatakan bahwa Tenaga kesehatan seharusnya tidak hanya memberikan pengetahuan tentang kesehatan, aspek gizi, dan fisiologi
menyusui, tetapi mereka juga harus menguasai dengan baik mekanisme menyusui yang dipengaruhi oleh keadaan psikososial dan cara mengatasinya.
Sehingga hal ini dapat memberikan kesadaran dan pemahaman yang baik tentang ASI eksklusif.
O. Hubungan Pengaruh Iklan Susu Formula dan Perilaku Pemberian ASI