Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Anggrani 2012 dan yang menyatakan tidak ada hubungan antara umur dengan praktik
pemberian ASI eksklusif hal ini dimungkinkan karena teknik dan keadaan
sampel yang dimiliki relatif sama. Berbeda dengan hasil penelitian kualitatif
yang dilakukan Fika dan Syafiq 2009 yang menyatakan bahwa umumnya informan
ASI eksklusif mempunyai paritas rata-rata lebih tinggi 3 anak daripada informan ASI tidak eksklusif 2 anak. Perbedaan
jumlah anak akan mempengaruhi terhadap pengalaman ibu dalam hal menyusui.
Hal ini dimungkinkan karena ibu yang memilki paritas lebih dari satu mengikuti pola menyusui anak sebelumnya dan sudah terbiasa memberikan
makanan dan minuman tersebut kepada anak sebelumnya. Hal ini terlihat dari banyak ibu yang memberikan makanan dan minuman tambahan seperti air
putih, madu, dan pisang. Sehingga ibu tidak merasa takut atau khawatir memberikan makanan dan minuman lain karena yakin tidak akan berdampak
negatif terhadap bayinya.
E. Hubungan pendidikan dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
Menurut Kusmiati pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan makin mudah seseorang menerima dan mendapatkan
informasi melalui berbagai media. Pada ibu yang berpendidikan tinggi ia lebih sadar akan keunggulan ASI dan dampak dari pemberian MP-ASI secara dini
dan menimbulkan motivasi yang kuat pada diri ibu Suradi,1989. Hasil analisis pendidikan menunjukkan p-value = 1.00 artinya tidak
ada hubungan antara rata-rata pendidikan dengan perilaku memberikan ASI
eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Diketahui bahwa dari 25 responden
dengan pendidikan tinggi, sebesar 4 memberikan ASI eksklusif. sedangkan dari 20 orang responden dengan pendidikan rendah, sebesar 5 memberikan
ASI eksklusif. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Anggrani
2012 yang menyatakan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan praktik pemberian ASI eksklusif hal ini dimungkinkan karena teknik dan
keadaan sampel yang dimiliki relatif sama. Begitu juga dengan penelitian kualitatif yang dilakukan Fika dan Syafiq 2009 yang menyatakan bahwa
pendidikan informan yang melakukan ASI eksklusif 6 bulan hampir tidak berbeda dengan yang ASI tidak eksklusif.
Hal ini dimungkinkan karena ibu yang berpendidkan rendah kurang mendapat informasi terbaru terkait ASI eksklusif. Sedangkan ibu yang
berpendidikan lebih tinggi biasanya banyak kesibukan di luar rumah, sehingga cenderung sering meninggalkan bayinya. Hal ini terlihat dari banyaknya ibu
yang memberikan susu formula ketika berkegiatan di luar rumah. Faktor lain yang diduga ibu tidak memberikas ASI eksklusif sekalipun berpendidikan
tinggi adalah tidak tergali informasi yang baik tentang ASI eksklusif dan MP- ASI juga adanya pengalaman memberikan MP-ASI dini sebelumnya dan
tradisi keluarga.
F. Hubungan Pekerjaan dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif