Teori Taksonomi Bloom Kerangka Teori

George C. Homans 1950, 1956, 1961 menyatakan bila tindakan manusia selalu mendapat imbalan atau keuntungan reward, maka manusia lebih cenderung akan melakukan tindakan tersebut secara terus-menerus. Dia menyatakan pula bahwa “reward must be greater than costs” Altman, 1973:64. Di dalam penelitian ini, terjadi proses pertukaran sosial di dalam kelompok Mentoring Agama Islam, yaitu para anggota kelompok mengharapkan imbalan yang mungkin menjadi alasan mereka ikut dalam kelompok tersebut dan salah satunya mungkin mengharapkan penambahan informasipengetahuan mengenai ajaran agama Islam. Sehingga mereka dapat lebih memperdalam kegiatan ibadahnya kepada Allah SWT, dengan mengamalkan ilmu yang sudah mereka terima dalam kehidupan nyata. Sementara imbalan yang diterima oleh pementor, di sini yang bertindak sebagai komunikator, adalah pahala dari Allah SWT, karena mereka telah melakukan tugasnya sebagai umat Islam yaitu berdakwah yang merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar lagi. Mereka telah mensukseskan dakwah Islam dengan menyebarkan ilmu agama yang telah diperoleh kepada orang lain, istilahnya mengamalkan ilmu tersebut. Sedangkan pengeluaran dari pementor dan peserta mentoring, dimungkinkan mereka harus meluangkan waktu mereka di sela-sela aktivitas mereka yang lain, untuk belajar lebih dalam mengenai agama mereka, yakni Islam.

1.5.3 Teori Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain ranah, kawasan dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya. Universitas Sumatera Utara Tujuan pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar- mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat ideal, sedang hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya Purwanto, 2005:157. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu: 1. Cognitive Domain Ranah Kognitif, yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti:

1 Pengetahuan Knowledge

2 Pemahaman Comprehension 3 Aplikasi Application

4 Analisis Analysis

5 Sintesis Synthesis

6 Evaluasi Evaluation

2. Affective Domain Ranah Afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti: 1 Penerimaan ReceivingAttending 2 Tanggapan Responding 3 Penghargaan Valuing 4 Pengorganisasian Organization 5 Karakteristik Berdasarkan Nilai-nilai Characterization by a Value or Value Complex 3. Psychomotor Domain Ranah Psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik, seperti: 1 Persepsi Perception Universitas Sumatera Utara 2 Kesiapan Set 3 Guided Response Respon Terpimpin 4 Mekanisme Mechanism 5 Respon Tampak yang Kompleks Complex Overt Response 6 Penyesuaian Adaptation 7 Penciptaan Origination http:id.wikipedia.orgwikiTaksonomi_Bloom. Sesungguhnya pengklasifikasian itu tidaklah dimaksudkan untuk memilah-milah perilaku manusia seperti halnya kita mencopoti kursi menjadi bagian-bagiannya. Karena pada dasarnya perilaku manusia itu jauh lebih kompleks dan bersifat sebagai suatu kesatuan perilaku yang utuh yang tidak mengkin dicopoti komponen-komponennya. Suatu perilaku tidak mungkin hanya melibatkan salah satu kawasan, walaupun mempunyai titik berat pada suatu kawasan tertentu. Pengklasifikasian itu hanyalah usaha para pakar untuk menganalisis perilaku manusia tersebut, agar memungkinkan kemudahan pengembangan usaha-usaha pendidikan secara lebih sistematis. Dengan mengetahui titik berat kawasan perilaku tersebut, kita dapat menyusun rencana dan program pendidikan dan lebih terarah kepada tujuan pendidikan yang dimaksud dan lebih sesuai dengan kebutuhan siswa Suparman, 2001: 92. Usaha yang dapat dilakukan untuk lebih mudah memahami dan mengukur perubahan perilaku, maka perilaku kejiwaan manusia dibagi menjadi tiga domain atau ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kalau belajar menimbulkan perubahan perilaku, maka hasil belajar merupakan hasil perubahan perilakunya. Karena perubahan perilaku menunjukkan perubahan perilaku kejiwaan dan perilaku kejiwaan meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik, maka hasil belajar yang mencerminkan perubahan perilaku meliputi hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selanjutnya Universitas Sumatera Utara untuk kepentingan pengukuran perubahan perilaku akibat belajar akan mencakup pengukuran atas domain kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil belajarnya. Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan manusia yang akan diubah dalam proses belajar mengajar atau pendidikan. Perilaku kejiwaan itu dibagi dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Potensi perilaku untuk diubah, usaha mengubah perilaku, dan hasil perubahan perilaku tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 1.1 Domain Hasil Belajar INPUT PROSES HASIL Siswa: 1. Kognitif 2. Afektif 3. Psikomotorik Proses belajar-mengajar Siswa: 1. Kognitif 2. Afektif 3. Psikomotorik Potensi perilaku yang dapat diubah Usaha mengubah perilaku Perilaku yang telah berubah: 1. Efek pengajaran 2. Efek pengiring Sumber: Adaptasi dari Purwanto, 2005: 158 Kelompok Mentoring Agama Islam termasuk kelompok belajar, dalam hal ini belajar nilai-nilai ajaran agama Islam. Dalam proses pembelajaran tersebut, seorang pementor menyampaikan materi yang berisikan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam. Sehingga akan menimbulkan hasil belajar terhadap peserta mentoringnya. Hasil belajar tersebut diharapkan tidak hanya terjadi pada area kognitif peserta mentoring, tetapi juga diharapkan menimbulkan hasil pada kawasan afektif dan konatif. Universitas Sumatera Utara Yang pada akhirnya berdampak agar pengetahuan yang diterima oleh peserta mentoring tentang ajaran Islam, dapat diamalkan dalam perilaku atau tindakan sehari-hari. Mereka bertindak sesuai perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Sehingga dapat membentuk pribadi yang benar aqidahnya, ibadahnya, dan berakhlak yang baik dalam pergaulan masyarakat serta merujuk kepada Al-Quran dan Al-Hadist sebagai pedoman hidupnya.

1.6 Kerangka Konsep