dapat memberikan keuntungan ekonomis. Oleh karena itu, dalam masyarakat kita dapat menjumpai berbagai macam kelompok yang berbeda satu dengan lainnya. Dengan tujuan
yang berbeda, mereka masuk dalam kelompok yang berbeda atau dengan minat yang berbeda, mereka masuk dalam kelompok yang berbeda pula.
2.1.6 Kelompok Mentoring sebagai Kelompok Belajar Agama Islam
Kelompok mentoring Agama Islam termasuk kelompok belajar, dalam hal ini kelompok yang mempelajari nilai-nilai ajaran agama Islam. Tujuan dari kelompok
belajar adalah meningkatkan informasi, pengetahuan, dan kemampuan diri para anggotanya.
Agama adalah wahyu yang diturunkan Tuhan untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi, dan membantu manusia untuk mengenal
dan mengahayati sesuatu yang sakral. Lewat pengalaman beragama religious experience, yaitu penghayatan menjadi memiliki kesanggupan, kemampuan dan
kepekaan rasa untuk mengenal dan memahami eksistensi sang Ilahi Ridwan, 2006:1. Agama Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin rahmat bagi seluruh
alam. dan Islam juga ya’la wa la yu’la alaihi tinggi dan tak ada yang melebihi. Sebagaimana dalam firman Allah SWT, “ Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi
Allah hanyalah Islam…” QS. Ali-Imran:19. Sehingga dalam penyampaiannya harus benar, tidak boleh ada kesalahan. Karena ilmu agama yang dipresentasikan atau
diajarkan itu untuk diikuti oleh yang lain. Proses pembelajaran tersebut, seorang pementor, yang dalam hal ini bertindak
sebagai komunikator, menyampaikan pesan atau materi yang berisikan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam kepada para peserta mentoring. Sehingga akan
menimbulkan hasil belajar terhadap peserta mentoringnya yaitu para pelajar SMA.
Universitas Sumatera Utara
Materi yang akan disampaikan dalam mengajarkan ilmu agama tidak bisa diberlakukan layaknya seperti mengajarkan ilmu-ilmu duniawi. Oleh karena itu, materi
yang akan disampaikan hendaklah telah dikuasai sebelumnya oleh pementor dan tidak hanya bermodalkan pada metode ‘text book’ alias tekstual dan tanpa persiapan, sehingga
materi yang disampaikan asal-asalan, dangkal, dan tidak menarik. Karena apa yang disampaikan haruslah sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah, dengan penjelasan yang
bisa dimengerti dan tentunya bisa dipertanggungjawabkan, bukan sekedar ra’yu pendapat dari pementor sendiri.
Sehingga menjadi pementor bukan hanya sekedar basa-basi alias gaya-gayaan, tetapi menjadi seorang pementor hendaknya senantiasa mengintropeksi dan memperbaiki
diri serta terus menperdalam dan mengamalkan ajaran yang disampaikannya dalam kehidupan mereka sendiri. Selain itu, sebelum materi diberikan sebaiknya pementor
melakukan analisis terhadap peserta mad’u. Tujuannya untuk mengetahui keadaan mad’u, baik secara psikologs, demografis, dan sosiologis sebelum penyampaian materi.
Analisis ini di antaranya melakukan prediksi terhadap hal apa yang didengar, rasakan, dan perhatikan; mampu menyampaikan materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta,
karena mereka akan menilai materi yang akan diterima berdasarkan apa yang telah mereka ketahui dan yakini sebelumnya; dan memperlakukan peserta sebagai pusat
perhatian, untuk mengetahui pandangan peserta terhadap tema pembicaraan, pembicara, dan lingkungan.
Dalam pelaksanaan program Mentoring Agama Islam, perlu adanya beberapa fasetahapan petunjuk yang harus dilaksanakan oleh pementortutor, yaitu:
1. Persiapan
Usahakan terlebih dahulu pementortutor mempraktekkan materi yang akan
disampaikan.
Buat alokasi waktu disesuaikan kebutuhankondisi
Universitas Sumatera Utara
Persiapan ruhiah mutlak dilakukan Muroja’ah dan Do’a
Diharapkan tutor dapat mengembangkan materi secara kreatif tidak hanya
berpatokan pada silabusmateri. 2.
Pelaksanaan
Memberitahukan tentang tujuan bahan tutorial.
Memberitahukan tentang pentingnya bahan tutorial yang akan disampaikan.
Tidak menuliskan semua hal pada papan tulis, artinya hanya kata-kata inti atau kata-kata emas saja.
Penjelasan yang diberikan harus benar-benar relevan, artinya berhubungan
dengan masalahnya saja.
Menghubungkan hal yang akan diterangkan dengan hal-hal yang telah diketahui oleh peserta.
Menyajikan bahan , diusahakan semenarik mungkin.
Aktif dalam memperkenalkan diri agar tidak menjadi orang asing di tengah
mereka. 3.
Evaluasi setelah penyampaian materi
Menilai Peserta
Menilai Proses
Membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya.
Kritik dan saran peserta.
Penilaian umum oleh tutor.
Kegiatan cepat-cepat untuk menilai penyerapan peserta terhadap materi mentoring.
4. Penyajian Bahan
Variasi nada suara, alat dan media, gerak, posisi, berdiri dan duduk.
Menyelingi uraian yang serius dengan beberapa kisah intermezo.
Universitas Sumatera Utara
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami sesuatu yang lain atau
sedikit menarik nafas.
Variasi sikap yang wajar meliputi variasi pandangan, tangan, langkah, senyum, dan pakaian.
Variasi kegiatan bila sekiranya peserta nampak lelahbosan dengan
mengadakan ice breaking atau games untuk menyegarkan suasana mentoring. 5.
Yang perlu diperhatikan dalam mentoring
Penguatan materi.
Cinta kepada apa yang diajarkan.
Mengetahui latar belakang siswa.
Menyajikan pengetahuan aktual dan aktif mengikuti perkembangan tren remaja.
Berani memberikan pujian pada siswa.
Memberikan semangat pada siswa.
Sikap yang harus dikembangkan dalam mentoring: tidak menggurui, tidak
menjadi ahli serba tahu, tidak berdebat, tidak diskriminatif, jangan membaca silabus pada saat dekat ketika akan memberikan materi tersebut,
gunakan kata secara jelas, sederhana, dan jangan sering mengulang kata-kata yang sama, hindari kata-kata yang tidak baiktidak bermanfaat.
6. Perhatian bagi Tutor
Hindari kebiasaan-kebiasaan reflek yang tidak disadari saat berbicara seperti
garuk-garuk, memainkan ballpoint, memainkan jari, memainkan ujung jilbab.
Usahakan ketika berbicara dapat melihat semua peserta, sehingga dapat melihat responperhatian mereka diharapkan jangan sering menunduk, hal
ini dilakukan agar peserta merasa diperhatikan dan mereka akan memperhatikan tutor Rusmiyati, 2003:ii-v.
Universitas Sumatera Utara
Hasil belajar tersebut diharapkan tidak hanya terjadi pada wilayah kognitif peserta mentoring atau hanya pada pengetahuan mereka saja, tetapi juga diharapkan
menimbulkan hasil pada wilayah afektif dan konatif. Yang pada akhirnya berdampak agar pengetahuan yang diterima oleh peserta mentoring tentang nilai-nilai ajaran Islam,
dapat diamalkan dalam perilaku atau tindakan sehari-hari. Mereka bertindak sesuai perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Sehingga dapat membentuk pribadi
yang benar aqidahnya, ibadahnya, dan berakhlak yang baik dalam pergaulan masyarakat serta merujuk kepada Al-Quran dan Al-Hadist sebagai pedoman hidupnya.
Islam yang tidak hanya bentuk normatif atau preskriptif-preskriptif, norma- norma, dan nilai-nilai yang dianggap termuat dalam petunjuk suci, tetapi juga Islam
aktual yang tercermin dalam semua bentuk gerakan, praktik dan gagasan pada kenyataannya eksis dalam masyarakat muslim dalam waktu dan tempat yang berbeda-
beda. Kelompok Mentoring Agama Islam ini sangat membantu dalam dakwah Islam
yaitu penyebarluasan ajaran Islam. Karena memang pada kenyataannya, para pelajar hanya diberi sedikit waktu dalam belajar agama di kelas yaitu hanya dua jam setiap
minggu. Padahal ilmu agama itu bukan hanya bekal ilmu di dunia, tetapi juga bekal ilmu di akhirat. Sedangkan untuk ilmu dunia, pihak sekolah sangat memberi waktu lama,
seperti Matematika, bisa diberi waktu tiga kali seminggu.
2.2 Teori Pertukaran Exchange Theory