Perumusan Masalah Pembatasan masalah Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang sejauhmana pengaruh komunikasi kelompok kecil terhadap pengamalan nilai-nilai ajaran Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Sejauhmanakah pengaruh komunikasi kelompok kecil terhadap pengamalan nilai-nilai ajaran Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai?”.

1.3 Pembatasan masalah

Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, selanjutnya peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksudnya agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah, dan tidak terlalu luas sehingga dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah : 1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis. 2. Penelitian ini untuk menjelaskan hubungan antara komunikasi kelompok kecil terhadap pengamalan nilai-nilai ajaran Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai. 3. Objek penelitiannya adalah seluruh anggota kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai. 4. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-September 2009. Universitas Sumatera Utara

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui motivasialasan peserta kelompok dalam mengikuti kegiatan Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai. 2. Untuk mengetahui pola interaksi yang terjadi dalam kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai. 3. Untuk mengetahui materi-materi ajaran agama Islam yang disampaikan dalam kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai. 4. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunikasi kelompok kecil terhadap pengamalan nilai-nilai ajaran Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai komunikasi kelompok kecil, khususnya berkaitan dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai ajaran Islam. 2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi. 3. Secara praktis, penelitian ini dilaksanakan dalam rangka menyelesaikan tugas akhir atau skripsi peneliti dan diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini. Universitas Sumatera Utara

1.5 Kerangka Teori

Sebelum terjun ke lapangan atau melakukan penelitian atau pengumpulan data, peneliti diharapkan mampu menjawab permasalahan melalui suatu kerangka pemikiran atau literature review. Kerangka pemikiran merupakan kajian tentang bagaimana hubungan teori dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dalam perumusan masalah. Menurut Kerlinger teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antarkonsep Singarimbun, 2006:37. Wilbur Schramm menyatakan bahwa teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar tinggi, dan daripadanya proporsi bisa dihasilkan dan diuji secara alamiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku Effendy, 2003:241. Senada dengan yang dikatakan Emory-Cooper bahwa teori merupakan suatu kumpulan konsep, defenisi, proposisi, dan variabel yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan sehingga dapat menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena fakta-fakta tertentu Umar, 2002:55. Adapun teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini adalah :

1.5.1 Komunikasi Kelompok Kecil

Baruch Spinoza 300 tahun yang lalu menyatakan bahwa manusia adalah binatang sosial. Pernyataannya ini diperkuat oleh psikologi modern yang menunjukkan bahwa orang lain mempunyai pengaruh yang sangat besar pada sikap kita, perilaku kita, dan bahkan persepsi kita Severin, 2005:219. Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkan lebih. Kelompok memiliki hubungan yang intensif di antara mereka. Kelompok memiliki tujuan dan aturan yang dibuat sendiri, dan merupakan kontribusi arus informasi Universitas Sumatera Utara antara mereka sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karakteristik yang khas dan melekat pada kelompok itu Bungin, 2006:264. Ringkasnya kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan kita, karena melalui kelompok, memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman, dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya. Menurut Carl E. Larson dan Calvin A. Goldberg, komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Kita dapat mengajukan bermacam-macam pertanyaan yang berhubungan dengan komunikasi kelompok dan jawabannya akan membantu kita memahami lebih baik batas-batas dan atribut-atribut komunikasi kelompok Lubis, 2005:118-119. Komunikasi kelompok dapat dibedakan menjadi komunikasi kelompok kecil small group communication dan komunikasi kelompok besar large group communication. Suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil apabila situasi komunikasi seperti itu dapat diubah menjadi komunikasi antarpersona dengan setiap komunikan. Dengan kata lain, antara komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog atau tanya jawab. Sedangkan suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok besar, jika antara komunikator dan komunikan sukar terjadi komunikasi antarpersona. Kecil kemungkinan untuk terjadi dialog seperti halnya pada komunikasi kelompok kecil Effendy, 2002:8-9. Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, di mana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya Cangara, 2007:33. Tujuan kelompok kecil, bagaimana pun juga tidak terbatas pada memecahkan masalah. Setiap orang merupakan anggota beberapa kelompok kecil secara bersamaan. Universitas Sumatera Utara Kelompok pertama dan yang paling nonformal adalah kelompok primer primary groups, unit sosial mendasar tempat kita bernaung. Keluarga kita merupakan kelompok primer kita yang pertama Tubbs, 2005:66. Kebanyakan kelompok kecil mengembangkan norma-norma atau aturan-aturan yang mengidentifikasikan apa yang diinginkan bagi semua anggotanya. Norma-norma tersebut yang mengatur tingkah laku dari setiap anggota kelompok. Tipe komunikasi kelompok kecil, oleh banyak kalangan dinilai sebagai pengembangan dari komunikasi antarpribadi. Untuk ukuran mengenai kelompok kecil, beberapa ahli memberikan batasan yang berbeda-beda. De Vito 1997:303 memberi batasan, bahwa kelompok kecil sebagai sekumpulan orang, kurang lebih 5-12 orang. Ukuran kelompok kecil menurut Kumar 2000:331 berkisar antara 15-25 orang. Apabila jumlah pelaku komunikasi lebih dari tiga orang, cenderung dianggap komunikasi kelompok kecil atau lazim disebut komunikasi kelompok saja. Sedangkan komunikasi kelompok besar biasa disebut sebagai komunikasi publik. Jumlah manusia pelaku komunikasi dalam komunikasi kelompok, besar atau kecilnya, tidak ditentukan secara matematis, melainkan tergantung pada ikatan emosional antaranggotanya Vardiansyah, 2004:31. Ronald B. Adler dan George Rodman membagi kelompok dalam tiga tipe, yaitu kelompok belajar learning group, kelompok pertumbuhan growth group, dan kelompok pemecahan masalah problem solving group. Bungin, 2006:270-271. Kelompok mentoring ini adalah kelompok belajar, mempelajari nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam. Sebagai anggota kelompok belajar atau kelompok pendidikan, para anggotanya bersama-sama berusaha mengajarkan atau mempelajari subjek tertentu, dalam hal ini yaitu nilai-nilai yang diajarkan dalam syariat Islam. Komunikasi kelompok kecil lebih cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan komunikasi antarpribadi, dan umumnya para pesertanya lebih sadar akan Universitas Sumatera Utara peranan dan tanggung jawab mereka masing-masing. Hal ini dikarenakan telah adanya pembagian tugas di antara para anggota kelompok. Keberhasilan komunikasi kelompok disebabkan oleh keterbukaan anggota menanggapi, anggota dengan senang hati menerima informasi, kemauan anggota merasakan apa yang dirasakan anggota lain, situasi kelompok yang mendukung komunikasi berlangsung efektif, perasaan positif terhadap diri anggota kelompok, dorongan terhadap orang lain agar lebih aktif berpartisipasi, dan kesetaraan, yakni bahwa semua anggota kelompok memiliki gagasan yang penting untuk disumbangkan kepada kelompok Wiryanto, 2005:48.

1.5.2 Teori Pertukaran Exchange Theory

Teori ini dikembangkan oleh Thibaut dan Kelley yang juga dikenal dalam pandangan-pandangan mereka yang khas, misalnya perbandingan tingkat alternatif. Intinya bahwa hubungan antarpribadi bisa diteruskan dan juga bisa dihentikan. Hal ini disebabkan kalau seseorang bisa melihat faktor-faktor pembanding dalam hubungan antarpribadi terhadap seseorang dengan hubungan antarpribadi terhadap yang lainnya Liliweri, 1991:56. Model Thibaut dan Kelley mendukung asumsi-asumsi yang dibuat oleh Homans dalam teorinya tentang proses pertukaran, khususnya bahwa interaksi manusia mencakup pertukaran barang dan jasa, serta bahwa tanggapan-tanggapan individu-individu yang muncul melalui interaksi di antara mereka, mencakup baik imbalan rewards maupun pengeluaran costs. Apabila imbalan tidak cukup, atau bila pengeluaran melebihi imbalan, interaksi akan terhenti atau individu-individu yang terlibat di dalamnya akan merubah tingkah laku mereka dengan tujuan mencapai apa yang mereka cari Goldberg, 1985:54. Universitas Sumatera Utara George C. Homans 1950, 1956, 1961 menyatakan bila tindakan manusia selalu mendapat imbalan atau keuntungan reward, maka manusia lebih cenderung akan melakukan tindakan tersebut secara terus-menerus. Dia menyatakan pula bahwa “reward must be greater than costs” Altman, 1973:64. Di dalam penelitian ini, terjadi proses pertukaran sosial di dalam kelompok Mentoring Agama Islam, yaitu para anggota kelompok mengharapkan imbalan yang mungkin menjadi alasan mereka ikut dalam kelompok tersebut dan salah satunya mungkin mengharapkan penambahan informasipengetahuan mengenai ajaran agama Islam. Sehingga mereka dapat lebih memperdalam kegiatan ibadahnya kepada Allah SWT, dengan mengamalkan ilmu yang sudah mereka terima dalam kehidupan nyata. Sementara imbalan yang diterima oleh pementor, di sini yang bertindak sebagai komunikator, adalah pahala dari Allah SWT, karena mereka telah melakukan tugasnya sebagai umat Islam yaitu berdakwah yang merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar lagi. Mereka telah mensukseskan dakwah Islam dengan menyebarkan ilmu agama yang telah diperoleh kepada orang lain, istilahnya mengamalkan ilmu tersebut. Sedangkan pengeluaran dari pementor dan peserta mentoring, dimungkinkan mereka harus meluangkan waktu mereka di sela-sela aktivitas mereka yang lain, untuk belajar lebih dalam mengenai agama mereka, yakni Islam.

1.5.3 Teori Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain ranah, kawasan dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya. Universitas Sumatera Utara Tujuan pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar- mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat ideal, sedang hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya Purwanto, 2005:157. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu: 1. Cognitive Domain Ranah Kognitif, yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti:

1 Pengetahuan Knowledge

2 Pemahaman Comprehension 3 Aplikasi Application

4 Analisis Analysis

5 Sintesis Synthesis

6 Evaluasi Evaluation

2. Affective Domain Ranah Afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti: 1 Penerimaan ReceivingAttending 2 Tanggapan Responding 3 Penghargaan Valuing 4 Pengorganisasian Organization 5 Karakteristik Berdasarkan Nilai-nilai Characterization by a Value or Value Complex 3. Psychomotor Domain Ranah Psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik, seperti: 1 Persepsi Perception Universitas Sumatera Utara 2 Kesiapan Set 3 Guided Response Respon Terpimpin 4 Mekanisme Mechanism 5 Respon Tampak yang Kompleks Complex Overt Response 6 Penyesuaian Adaptation 7 Penciptaan Origination http:id.wikipedia.orgwikiTaksonomi_Bloom. Sesungguhnya pengklasifikasian itu tidaklah dimaksudkan untuk memilah-milah perilaku manusia seperti halnya kita mencopoti kursi menjadi bagian-bagiannya. Karena pada dasarnya perilaku manusia itu jauh lebih kompleks dan bersifat sebagai suatu kesatuan perilaku yang utuh yang tidak mengkin dicopoti komponen-komponennya. Suatu perilaku tidak mungkin hanya melibatkan salah satu kawasan, walaupun mempunyai titik berat pada suatu kawasan tertentu. Pengklasifikasian itu hanyalah usaha para pakar untuk menganalisis perilaku manusia tersebut, agar memungkinkan kemudahan pengembangan usaha-usaha pendidikan secara lebih sistematis. Dengan mengetahui titik berat kawasan perilaku tersebut, kita dapat menyusun rencana dan program pendidikan dan lebih terarah kepada tujuan pendidikan yang dimaksud dan lebih sesuai dengan kebutuhan siswa Suparman, 2001: 92. Usaha yang dapat dilakukan untuk lebih mudah memahami dan mengukur perubahan perilaku, maka perilaku kejiwaan manusia dibagi menjadi tiga domain atau ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kalau belajar menimbulkan perubahan perilaku, maka hasil belajar merupakan hasil perubahan perilakunya. Karena perubahan perilaku menunjukkan perubahan perilaku kejiwaan dan perilaku kejiwaan meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik, maka hasil belajar yang mencerminkan perubahan perilaku meliputi hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selanjutnya Universitas Sumatera Utara untuk kepentingan pengukuran perubahan perilaku akibat belajar akan mencakup pengukuran atas domain kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil belajarnya. Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan manusia yang akan diubah dalam proses belajar mengajar atau pendidikan. Perilaku kejiwaan itu dibagi dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Potensi perilaku untuk diubah, usaha mengubah perilaku, dan hasil perubahan perilaku tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 1.1 Domain Hasil Belajar INPUT PROSES HASIL Siswa: 1. Kognitif 2. Afektif 3. Psikomotorik Proses belajar-mengajar Siswa: 1. Kognitif 2. Afektif 3. Psikomotorik Potensi perilaku yang dapat diubah Usaha mengubah perilaku Perilaku yang telah berubah: 1. Efek pengajaran 2. Efek pengiring Sumber: Adaptasi dari Purwanto, 2005: 158 Kelompok Mentoring Agama Islam termasuk kelompok belajar, dalam hal ini belajar nilai-nilai ajaran agama Islam. Dalam proses pembelajaran tersebut, seorang pementor menyampaikan materi yang berisikan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam. Sehingga akan menimbulkan hasil belajar terhadap peserta mentoringnya. Hasil belajar tersebut diharapkan tidak hanya terjadi pada area kognitif peserta mentoring, tetapi juga diharapkan menimbulkan hasil pada kawasan afektif dan konatif. Universitas Sumatera Utara Yang pada akhirnya berdampak agar pengetahuan yang diterima oleh peserta mentoring tentang ajaran Islam, dapat diamalkan dalam perilaku atau tindakan sehari-hari. Mereka bertindak sesuai perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Sehingga dapat membentuk pribadi yang benar aqidahnya, ibadahnya, dan berakhlak yang baik dalam pergaulan masyarakat serta merujuk kepada Al-Quran dan Al-Hadist sebagai pedoman hidupnya.

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil yang dicapai dan dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis Nawawi, 2001:33. Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama Bungin, 2001:73. Sedangkan Kerlinger menyebutkan konsep sebagai abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal yang khusus Kriyantono, 2008:17. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian events yang berkaitan satu dengan lainnya. Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesa, yang sebenarnya merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai : a. Variabel Bebas Variabel bebas merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain Rakhmat, 2004:12. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi kelompok kecil. Universitas Sumatera Utara b. Variabel Terikat Variabel terikat merupakan variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya Rakhmat, 2004:12. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengamalan nilai-nilai ajaran Islam. c. Variabel Anteseden Variabel anteseden merupakan hasil yang lebih mendalam dari penelusuran hubungan kausal antara variabel dan letaknya mendahului variabel pengaruhbebas. Untuk dapat diterima sebagai variabel anteseden harus dipenuhi tiga persyaratan, yaitu: • Ketiga variabel harus saling berhubungan: variabel anteseden dan variabel pengaruh, variabel anteseden dan variabel terpengaruh, variabel pengaruh dan variabel terpengaruh. • Apabila variabel anteseden dikontrol, hubungan antara variabel pengaruh dan variabel terpengaruh tidak lenyap. • Apabila variabel pengaruh dikontrol, hubungan antara variabel anteseden dan variabel terpengaruh harus lenyap Singarimbun, 2006:67. Variabel anteseden dalam penelitian ini adalah potensi perilaku kejiwaan responden dan karakteristik responden, dalam hal ini anggota kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai. Universitas Sumatera Utara

1.7 Model Teoretis