4.3 Analisis Tabel Tunggal
Analisis tabel tunggal dimasukkan untuk melihat distribusi jawaban responden dari setiap variabel penelitian yang berasal dari data temuan yang diperoleh berdasarkan
daftar pertanyaan di kuesioner. Data-data yang lebih terperinci akan disajikan sebagai berikut :
4.3.1 Karakteristik Responden
1. Usia responden
Tabel 4.1 Usia Responden
No. Usia
Frekuensi
1. 14-15 tahun
6 15,4
2. 16-17 tahun
32 82,1
3. 18-19 tahun
1 2,6
Total 39
100,0
Sumber: P.1 - FC. 3 Tabel 4.1 di atas menunjukkan data tentang usia responden. Dari data tersebut
bahwa mayoritas responden berusia antara 16-17 tahun yaitu terdapat 32 responden 82,1, sedangkan responden yang berusia antara 14-15 tahun hanya 6 responden
15,4 dan responden yang berusia antara 18-19 tahun hanya 1 responden 2,6. Hal ini dapat dikatakan bahwa responden berada pada usia remaja yang sedang
duduk di bangku SMA. Penelitian ini memang bertujuan untuk melihat bagaimana para remaja dapat mengontrol diri mereka. Karena di usia remaja, biasanya manusia berada
pada tahap proses pencarian identitas diri. Mereka dituntut untuk dapat mengatur diri mereka sendiri, agar tidak terbawa oleh arus yang buruk dari lingkungan di mana mereka
hidup. Mereka yang menjadi responden dalam penelitian ini hanya sebagian kecil dari remaja yang mampu mengontrol diri mereka, karena mau ikut dalam kegiatan Mentoring
Agama Islam.
Universitas Sumatera Utara
2. Jenis kelamin responden
Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden
No. Jenis Kelamin Responden
Frekuensi
1. Pria
14 35,9
2. Wanita
25 64,1
Total 39
100,0
Sumber: P.2 - FC. 4 Tabel 4.2 di atas menunjukkan data responden tentang jenis kelamin responden.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa yang menjadi responden lebih banyak wanita yaitu sebanyak 25 responden 64,1 daripada laki-laki yang hanya 14 responden
35,9 dari seluruh responden dalam penelitian ini. Hal ini dapat dikatakan bahwa lebih banyak responden wanita yang ikut dalam
kegiatan Mentoring Agama Islam daripada responden pria dalam penelitian ini. Kemungkinan wanita memang tertarik untuk lebih mengetahui dan memperdalam
tentang ilmu agama Islam. Tetapi, belum tentu dapat dikatakan bahwa wanita yang lebih dapat mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam daripada laki-laki.
4.3.2 Komunikasi Kelompok Kecil
3. Jumlah peserta kelompok mentoring
Tabel 4.3 Jumlah Peserta Kelompok Mentoring
No. Jumlah Peserta Kelompok
Frekuensi
1. 2-10 orang
39 100,0
2. 11-19 orang
3. 20-28 orang
Total 39
100,0
Sumber: P.3 – FC. 5
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 di atas menunjukkan data responden tentang jumlah peserta kelompok mentoring. Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah anggota setiap kelompok dalam
penelitian ini, berjumlah antara 2-10 orang dengan enam kelompok mentoring. Dalam penelitian ini terdapat enam kelompok Mentoring Agama Islam yaitu dua
kelompok ikhwan dan empat kelompok akhwat. Dengan jumlah peserta kelompok adalah 6 orang dan 8 orang untuk kelompok ikhwan; serta 5 orang, 5 orang, 6 orang dan 9 orang
untuk kelompok akhwat. Sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok Mentoring Agama Islam adalah termasuk kelompok kecil, karena jumlah anggotanya lebih dari 2 orang,
tetapi juga tidak lebih dari 10 orang. Dengan jumlah anggota kelompok yang tidak terlalu banyak, tentu
memungkinkan dalam kelompok mentoring tersebut dapat terjadi interaksi yang bersifat teman sebaya friendship, yakni dapat melakukan hubungan yang lebih bersifat pribadi,
tidak hanya penyampaian materi melalui proses belajar mengajar seperti biasa. Para peserta kelompok mentoran tidak hanya bisa bertanya mengenai materi agama yang
disampaikan, tetapi juga dapat bercerita atau bertanya mengenai masalah pribadi seperti masalah dengan keluarga, dengan teman, atau bertanya masalah umum.
4. Frekuensi pertemuan kelompok mentoring
Tabel 4.4 Frekuensi Pertemuan Mentoring
No. Frekuensi Pertemuan
Frekuensi
1. 3 x sebulan
2. 3 x sebulan
3 7,7
3. 4 x sebulan
36 92,3
4. 4 x sebulan
Total 39
100,0
Sumber: P.4 – FC.6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 di atas menunjukkan data responden tentang frekuensi pertemuan kelompok. Dari hasil penelitian ini, lebih banyak responden yang menjawab frekuensi
pertemuan mentoring mereka dilakukan dalam 4 x sebulan yakni sebanyak 36 responden 92,3 yang menjawab. Hanya 3 responden 7,7 yang menjawab 3 x sebulan.
Dari hasil penelitian yang didapat, sebenarnya mereka melakukan pertemuan mentoring dalam 4 x sebulan atau seminggu sekali. Ini yang dinamakan pertemuan
mentoring pekanan atau rutin. Tetapi terkadang mereka tidak mentoring dalam seminggu dan itu tidak diganti dengan hari lain. Sehingga ada responden yang menjawab frekuensi
pertemuan mentoring hanya 3 x sebulan. Hal ini tergantung kesepakatan dari masing- masing anggota kelompok, yakni antara pementor dan mentorannya. Mereka harus
meluangkan waktu untuk bisa mengganti pertemuan yang batal itu.
5. Durasi pertemuan setiap mentoring
Tabel 4.5 Durasi Pertemuan Setiap Mentoring
No. Durasi Pertemuan
Frekuensi
1. 1 jam
2. 1 jam
4 10,3
3. 1½ jam
17 43,6
4. 1½ jam
18 46,2
Total 39
100,0
Sumber: P.5 – FC.7 Tabel 4.5 di atas menunjukkan data responden tentang durasi atau lamanya waktu
yang digunakan untuk setiap pertemuan mentoring. Dari hasil penelitian ini, terdapat 18 responden 46,2 yang menjawab lamanya waktu yang digunakan untuk setiap
pertemuan adalah lebih dari 1,5 jam 1½ jam. Terdapat 17 responden 43,6 yang
Universitas Sumatera Utara
menjawab lamanya waktu pertemuan 1½ jam dan hanya 4 responden 10,3 yang menjawab 1 jam.
Dari hasil observasi yang didapat peneliti, kelompok-kelompok mentoring tersebut memang tidak mempunyai waktu yang standartetap dalam lamanya waktu yang
digunakan untuk setiap pertemuan mentoring. Kelompok-kelompok tersebut melakukan pertemuan setelah pulang sekolah. Mulai pertemuan kira-kira antara pukul 13.00 – 15.00
WIB dan selesainya tidak tentu, terkadang jika mulai pukul 15.00 WIB, mereka dapat selesai pukul 17.00 WIB, karena jika belum selesai mereka menunda pertemuan setelah
shalat Ashar. Karena dalam pertemuan tersebut tidak hanya penyampaian materi, tetapi juga bercerita curhat antara mentoran kepada kakak pementornya. Jika durasi
pertemuan lebih cepat, kemungkinan karena dari pihak pementornya sedang ada keperluan lain yang tidak bisa ditinggalkan.
6. Frekuensi kehadiran setiap bulan
Tabel 4.6 Frekuensi Kehadiran Setiap Bulan
No. Frekuensi Kehadiran
Frekuensi
1. Tidak Pernah Hadir
2. Jarang 1 x hadir
5 12,8
3. Sering 1 x tidak hadir
28 71,8
4. Selalu Hadir
6 15,4
Total 39
100,0
Sumber: P.6 – FC.8 Tabel 4.6 di atas menunjukkan data responden tentang frekuensi kehadiran
responden untuk setiap bulan pertemuan mentoring. Dari hasil penelitian ini, mayoritas responden sering datang ke pertemuan untuk setiap bulan yaitu terdapat 28 responden
71,8. Sedangkan frekuensi kehadiran yang menunjukkan responden selalu hadir ke
Universitas Sumatera Utara
setiap pertemuan setiap bulan hanya 6 responden 15,4 dan yang jarang hadir ke pertemuan juga hanya 5 responden 12,8.
Jadi, dapat dikatakan ternyata mayoritas responden sering hadir ke pertemuan untuk jangka waktu setiap bulan. Di antara responden yang sering hadir tersebut,
kemungkinan mereka tidak setiap bulannya absen. Ketidakhadiran mereka dalam sebulannya, kemungkinan karena ada keperluan lain, sehingga tidak bisa hadir.
Sedangkan mereka yang selalu hadir, ini menunjukkan bahwa mereka lebih memprioritaskan mentoring daripada keperluan lain. Mereka sudah menjadwalkan secara
khusus pertemuan mentoring ini. Hal ini menunjukkan bahwa pertemuan mentoring sangat penting bagi mereka dan kecintaan mereka terhadap agamanya, yakni Islam.
7. Pementor menguasai bahan materi yang disampaikan dalam mentoring
Tabel 4.7 Pementor Menguasai Bahan MateriTutor
No. Pementor Menguasai Bahan
MateriTutor Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
10 25,6
4. Sangat Setuju
29 74,4
Total 39
100,0
Sumber: P.7 – FC.9 Tabel 4.7 di atas menunjukkan data responden tentang penguasaan pementor
terhadap bahan materi yang disampaikannya pada setiap pertemuan mentoring. Dari hasil penelitian ini, terdapat 29 responden 74,4 yang menyatakan sangat setuju, kalau
pementor mereka memang menguasai bahan materi yang disampaikan. Dan terdapat 10 responden 25,6 yang menyatakan setuju.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, dapat dikatakan bahwa para pementor dalam kelompok mentoring tersebut memang telah menguasai bahan materi yang akan mereka sampaikan kepada mad’u
adik binaan mereka. Materi yang akan disampaikan dalam mengajarkan ilmu agama tidak bisa diberlakukan layaknya seperti mengajarkan ilmu-ilmu duniawi. Oleh karena
itu, materi yang akan disampaikan hendaklah telah dikuasai sebelumnya oleh pementor dan tidak hanya bermodalkan pada metode ‘text book’ alias tekstual dan tanpa persiapan,
sehingga materi yang disampaikan asal-asalan, dangkal, dan tidak menarik. Menjadi seorang pementor hendaknya senantiasa mengintropeksi dan memperbaiki diri serta terus
menperdalam dan mengamalkan ajaran yang disampaikannya dalam kehidupan mereka sendiri.
8. Kepercayaan terhadap pementor
Tabel 4.8 Kepercayaan terhadap Pementor
No. Kepercayaan terhadap
Pementor Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
26 66,7
4. Sangat Setuju
13 33,3
Total 39
100,0
Sumber: P.8 – FC.10 Tabel 4.8 di atas menunjukkan data responden tentang kepercayaan para peserta
mentoring terhadap materi yang disampaikan oleh pementor. Dari hasil penelitian ini, terdapat 26 responden 66,7 yang menyatakan setuju dan terdapat 13 responden
33,3 yang menyatakan sangat setuju, jika dikatakan mereka percaya terhadap materi- materi yang disampaikan oleh pementor mereka.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, dapat dikatakan bahwa para peserta mentoring mempercayai setiap materi yang disampaikan oleh pementor mereka. Karena materi yang disampaikan ini
merupakan ilmu agama yang berisikan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam. Berarti apa yang disampaikan haruslah sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah, dengan
penjelasan yang bisa dimengerti dan tentunya bisa dipertanggungjawabkan, bukan sekedar ra’yu pendapat dari pementor sendiri. Ini berarti pementor harus menyertakan
bukti-bukti yang ada, seperti dengan menyertakan firman Allah SWT atau sabda Rasulullah.
9. Kehadiran pementor tepat waktu
Tabel 4.9 Kehadiran Pementor Tepat Waktu
No. Kehadiran Pementor
Tepat Waktu Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
1 2,6
2. Tidak Setuju
12 30,8
3. Setuju
21 53,8
4. Sangat Setuju
5 12,8
Total 39
100,0
Sumber: P.9 – FC.11 Tabel 4.9 di atas menunjukkan data tentang kehadiran pementor ke pertemuan,
apakah pementor datang tepat waktu, bahkan datang beberapa menit sebelum mentoring dimulai. Dari hasil penelitian ini, terdapat 21 responden 53,8 yang menyatakan setuju
dan 5 responden 12,8 yang menyatakan sangat setuju kalau pementor mereka datang ke pertemuan tepat waktu. Sedangkan 12 responden 30,8 menyatakan tidak setuju
dan 1 responden 2,6 lagi menyatakan sangat tidak setuju, jika pementor mereka dikatakan datang tepat waktu, bahkan beberapa menit sebelum pertemuan di mulai.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, dapat dikatakan bahwa terkadang pementor datang ke pertemuan tidak tepat waktu. Hal ini dimungkinkan, pada suatu saat pementor memiliki kesibukan lain,
sehingga terlambat datang ke pertemuan. Hal ini tentu tidak baik, jika pementor terus datang terlambat pada setiap pertemuan. Karena dari definisi mentoring sendiri, yang
jelas tidak akan lepas dari unsur keteladanan. Itu sebabnya, bagi pementor, integritas menjadi sebuah kata kunci yang harus tertanam dalam karakter. Suka tidak suka, mau
tidak mau begitulah adanya. Karena mentoring itu adalah sebuah proses untuk membantu seseorang menemukan jati dirinya. Pementor harus memberi teladan yang baik bagi
adik-adik binaannya yang sedang mencari jati dirinya.
10. Pementor tidak hadir, tapi memberi tahu dengan alasan yang dapat diterima
Tabel 4.10 Pementor Tidak Hadir, tapi Memberi Alasan
No. Pementor Tidak Hadir,
tapi Memberi Alasan Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
19 48,7
4. Sangat Setuju
20 51,3
Total 39
100,0
Sumber: P.10 – FC.12 Tabel 4.10 di atas menunjukkan data responden tentang apabila pementor
berhalangan hadir, apakah dia memberi tahu dengan alasan yang dapat diterima oleh peserta mentoring. Dari hasil penelitian ini, terdapat 20 responden 51,3 yang
menyatakan sangat setuju dan 19 responden 48,7 lagi menyatakan setuju, jika dikatakan apabila suatu saat pementor mereka tidak bisa datang, maka pementor
memberi tahu dengan alasan yang dapat diterima oleh para peserta.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, dapat dikatakan bahwa jika pementor mereka tidak bisa hadir ke pertemuan, maka pementor memberi tahu dan memberi alasan yang dapat diterima oleh para peserta
mentoring. Jadi, peserta mentoring dapat tahu dan tidak menunggu lama kedatangan pementor. Alasan yang diberikan juga biasanya dapat diterima peserta, karena mereka
tahu bahwa pementor mereka mempunyai kesibukan lain yang juga penting, selain mengisi mentoring atau kemungkinan pementor sakit, sehingga tidak memungkinkan
untuk datang mengisi mentoring.
11. Pementor mengganti pertemuan yang batal
Tabel 4.11 Pementor Mengganti Pertemuan yang Batal
No. Pementor Mengganti
Pertemuan yang Batal Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
4 10,3
3. Setuju
21 53,8
4. Sangat Setuju
14 35,9
Total 39
100,0
Sumber: P.11 – FC.13 Tabel 4.11 di atas menunjukkan data responden tentang pementor mengganti
pertemuan yang batal dengan hari lain. Dari hasil penelitian ini, terdapat 21 responden 53,8 yang menyatakan setuju dan 14 responden 35,9 yang menyatakan sangat
setuju, jika dikatakan pementor mereka mengganti pertemuan yang batal dengan hari lain. Sedangkan 4 responden 10,3 lagi menyatakan tidak setuju.
Jadi, dapat dikatakan bahwa sebenarnya para pementor dalam kelompok mentoring tersebut berusaha mengganti pertemuan yang batal dengan hari yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Tentunya atas kesepakatan bersama dengan adik binaannya, sehingga bisa dicocokkan waktunya untuk mengganti dengan hari lain.
12. Pementor tidak peduli pada peserta kelompok yang absen
Tabel 4.12 Ketidakpedulian Pementor pada
Peserta Mentoring yang Absen No.
Ketidakpedulian Pementor pada Peserta Mentoring
yang Absen Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
27 69,2
2. Tidak Setuju
12 30,8
3. Setuju
4. Sangat Setuju
Total 39
100,0
Sumber: P.12 – FC.14 Tabel 4.12 di atas menunjukkan data responden tentang ketidakpedulian
pementor terhadap adik-adik binaannya, jika suatu saat ada yang absen. Dari hasil penelitian ini, terdapat 27 responden 69,2 yang menyatakan sangat tidak setuju dan
12 responden 30,8 yang menyatakan tidak setuju, jika pementor mereka dikatakan tidak peduli kepada peserta mentoring yang absen.
Jadi, dapat dikatakan bahwa para pementor mereka mempunyai sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap peserta mentoring. Para pementor itu tidak bersikap masak
bodoh atau tidak peduli, justru mereka sangat peduli kepada adik-adik binaannya, apalagi jika ada yang tidak datang, mereka bukan sekedar bertanya alasan kenapa tidak bisa
datang, mereka juga berusaha untuk menerima alasan yang diberi.
Universitas Sumatera Utara
13. Kepribadian pementor yang bersahabat
Tabel 4.13 Kepribadian Pementor yang Bersahabat
No. Kepribadian Pementor
yang Bersahabat Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
5 12,8
4. Sangat Setuju
34 87,2
Total 39
100,0
Sumber: P.13 – FC. 15 Tabel 4.13 di atas menunjukkan data responden tentang kepribadian pementor
yang bersahabat kepada adik-adik binaannya. Dari hasil penelitian ini, terdapat 34 responden 87,2 yang menyatakan sangat setuju dan 5 responden 12,8 lagi
menyatakan setuju, jika pementor mereka dikatakan memilki kepribadian yang bersahabat.
Jadi, dapat dikatakan bahwa para pementor dalam kelompok mentoring tersebut memang mempunyai kepribadian yang bersahabat. Para pementor di sini bukan hanya
bersikap sebagai pendidik, tetapi juga teman bahkan sahabat. Itulah sebabnya mentoring merupakan bentuk yang diharapkan mampu menghilangkan kendala komunikasi yang
terjadi antara guru dan pelajar dalam bentuk pengajaran di kelas. Tutorpementor diharapkan dapat menjadi teman friendship dan menjadi tempat mengeluarkan isi hati
curhat bagi para anggota mentoring. Kemudian, melalui komunikasi dua arah dan hubungan kekeluargaan inilah, diharapkan pementor dapat memasukkan nilai-nilai
keimanan dan ke-Islaman kepada anggota mentoring. Kemampuan pementor beradaptasi dan berkreasi, tentunya dalam batas-batas yang syar’i, merupakan hal yang sangat
menentukan dalam keberhasilan proses pendidikan melalui mentoring ini.
Universitas Sumatera Utara
14. Pementor tidak serius mendengarkan pertanyaan yang diajukan
Tabel 4.14 Ketidakseriusan Pementor Mendengarkan Pertanyaan
No. Ketidakseriusan Pementor
Mendengarkan Pertanyaan Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
33 84,6
2. Tidak Setuju
5 12,8
3. Setuju
1 2,6
4. Sangat Setuju
Total 39
100,0
Sumber: P.14 – FC.16 Tabel 4.14 di atas menunjukkan data responden tentang ketidakseriusan pementor
untuk mendengarkan pertanyaan atau masalah yang diajukan adik-adik binaannya. Dari hasil penelitian ini, terdapat 33 responden 84,6 yang menyatakan sangat tidak setuju
dan 5 responden 12,8 yang menyatakan tidak setuju, jika pementor mereka dikatakan tidak serius untuk mendengarkan pertanyaan yang diajukan. Ada 1 responden lagi 2,6
yang justru menyatakan setuju jika pementornya dikatakan tidak serius. Jadi, dapat dikatakan bahwa para pementor dalam kelompok mentoring tersebut
menanggapi dengan serius setiap pertanyaan yang diajukan atau masalah yang diceritakan oleh peserta mentoring. Jika ada responden yang menyatakan setuju kalau
pementornya tidak serius, kemungkinan itu pernah menjadi pengalamannya. Pementor harus menganggapi dengan serius, menganggap penting apa yang ditanyakan dan apa
yang diceritakan peserta mentoring. Karena dengan adanya pertanyaan, berarti peserta mentoring tersebut percaya kepada pementor dan mengharap mendapatkan jawaban yang
memuaskan. Serta dengan adanya peserta mentoring yang menceritakan masalahnya, berarti peserta mentoring tersebut selain percaya juga berharap mendapatkan solusi dari
masalah yang dihadapinya.
Universitas Sumatera Utara
15. Pementor suka memainkan benda-benda di hadapannya saat menyampaikan
materi
Tabel 4.15 Pementor Suka Memainkan Benda Di hadapannya
No. Pementor Suka Memainkan
Benda di Hadapannya Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
8 20,5
2. Tidak Setuju
23 59,0
3. Setuju
8 20,5
4. Sangat Setuju
Total 39
100,0
Sumber: P.15 – FC.17 Tabel 4.15 di atas menunjukkan data responden tentang bagaimana sikap
pementor pada saat menyampaikan materi, apakah suka memainkan benda-benda yang ada di hadapannya atau tetap bersikap secara wajar. Dari hasil penelitian ini, terdapat 23
responden 59,0 yang menyatakan tidak setuju dan 8 responden 20,5 yang menyatakan sangat tidak setuju, jika dikatakan pementor mereka suka memainkan
benda-benda yang ada di hadapannya saat menyampaikan materi. Dan ada 8 responden 20,5 yang menyatakan setuju.
Jadi, dapat dikatakan bahwa ada pementor yang suka memainkan benda-benda yang ada di hadapannya dan ada juga pementor yang bersikap wajar saat menyampaikan
materi. Ini yang harus diperhatikan bagi pementor yaitu menghindari kebiasaan- kebiasaan reflek yang tidak disadari saat berbicara seperti garuk-garuk, memainkan
ballpoint, memainkan jari, dan memainkan ujung jilbab; serta usahakan ketika berbicara dapat melihat semua peserta, sehingga dapat melihat responperhatian mereka
diharapkan jangan sering menunduk, hal ini dilakukan agar peserta merasa diperhatikan dan mereka akan memperhatikan tutorpementor.
Universitas Sumatera Utara
16. Pementor rapi dalam berpakaian
Tabel 4.16 Kerapian Penampilan Pakaian Pementor
No. Kerapian Penampilan Pakaian Pementor
Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
17 43,6
4. Sangat Setuju
22 56,4
Total 39
100,0
Sumber: P.16 – FC.18 Tabel 4.16 di atas menunjukkan data responden tentang kerapian pementor dalam
berpakaian. Dari hasil penelitian ini, terdapat 22 responden 56,4 yang menyatakan sangat setuju dan 17 responden 43,6 yang menyatakan setuju, jika dikatakan
pementor mereka memiliki penampilan yang rapi dalam berpakaian. Jadi, dapat dikatakan bahwa para pementor dalam kelompok mentoring tersebut
memiliki penampilan yang rapi dalam hal berpakaian. Mereka berusaha untuk menjadi teladan yang baik, berusaha menampilkan bagaimana seorang muslim dan muslimah
berpakaian sesuai yang diajarkan oleh syariat Islam. Karena dengan melihat tampilan fisik saja sudah dapat menjadi penilaian bagi
orang lain. Perlu diperhatikan oleh pementor akan variasi sikap yang wajar meliputi variasi pandangan, tangan, langkah, senyum, dan pakaian. Berusaha berpenampilan
sesuai seorang muslim dan muslimah yang seharusnya, tentu dapat membedakan mana kaum muslim dan mana kaum agama lain. Yakni berpakaian yang menutup aurat dan
rapi, tidak perlu berpakaian yang mahal.
Universitas Sumatera Utara
17. Kesukaan terhadap penampilan pementor
Tabel 4.17 Kesukaan terhadap Penampilan Pementor
No. Kesukaan Penampilan
Pementor Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
1 2,6
3. Setuju
25 64,1
4. Sangat Setuju
13 33,3
Total 39
100,0
Sumber: P.17 – FC. 19 Tabel 4.17 di atas menunjukkan data responden tentang kesukaan responden
terhadap penampilan dari pementor. Dari hasil penelitian ini, terdapat 25 responden 64,1 yang menyatakan setuju dan 13 responden 33,3 yang menyatakan sangat
setuju, jika dikatakan mereka menyukai penampilan pementor mereka. Sedangkan 1 responden 2,6 lagi justru menyatakan tidak setuju, jika dikatakan dia suka terhadap
penampilan pementor. Jadi, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh responden dalam penelitian ini
menyukai penampilan pementor mereka. Dari hasil observasi peneliti, memang para pementor dalam kelompok mentoring ini memiliki penampilan yang rapi dan
menunjukkan bagaimana seharusnya seorang muslim dan muslimah berpakaian. Pementor akhwatnya berpakaian rapi dan menutup aurat dengan pakaian muslimah
disertai jilbab panjangnya. Pementor ikhwannya juga berpakaian rapi, selayaknya seorang guru yang akan tampil di depan anak didiknya.
Universitas Sumatera Utara
18. Takut pada pementor, jika melakukan perbuatan yang dianggap salah oleh
agama, diketahui pementor
Tabel 4.18 Ketakutan pada Pementor
No. Ketakutan pada Pementor
Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
4 10,3
2. Tidak Setuju
17 43,6
3. Setuju
14 35,9
4. Sangat Setuju
4 10,3
Total 39
100,0
Sumber: P.18 – FC.20 Tabel 4.18 di atas menunjukkan data responden tentang ketakutan terhadap
pementor, jika suatu saat ada perkataanperbuatan yang dilakukan responden yang dianggap salah oleh agama, diketahui oleh pementor. Dari hasil penelitian, terdapat 14
responden 35,9 yang menyatakan setuju dan 4 responden 10,3 yang menyatakan sangat setuju, jika dikatakan mereka takut kepada pementor. Sedangkan 17 responden
43,6 menyatakan tidak setuju dan 4 responden lagi menyatakan sangat tidak setuju, jika dikatakan mereka takut pada pementor mereka, jika ada perbuatan yang tidak sesuai
menurut agama diketahui pementor. Jadi, dapat dikatakan bahwa sebagian responden ada yang tidak setuju kalau
mereka takut pada pementor, jika ada perkataanperbuatan yang mereka lakukan tidak sesuaidianggap salah oleh agama, diketahui pementor. Mereka justru takut kepada Allah
SWT, yang senantiasa selalu mendengar dan melihat apa yang manusia katakan dan kerjakan. Karena Allah SWT Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Dan sebaiknya tidak
takut pada pementor, karena mereka juga manusia yang bisa berbuat kesalahan.
Universitas Sumatera Utara
19. Materi yang disampaikan tidak mendorong untuk diterapkan
Tabel 4.19 Materi yang Disampaikan
Tidak Mendorong untuk Diterapkan No.
Materi yang Disampaikan Tidak Mendorong untuk
Diterapkan Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
15 38,5
2. Tidak Setuju
23 59,0
3. Setuju
1 2,6
4. Sangat Setuju
Total 39
100,0
Sumber: P.19 – FC.21 Tabel 4.19 di atas menunjukkan data responden tentang apakah materi yang
disampaikan pementor tidak mendorong para responden untuk menerapkannya. Dari hasil penelitian ini, terdapat 23 responden 59,0 yang menyatakan tidak setuju dan 15
responden 38,5 yang menyatakan sangat tidak setuju, jika dikatakan bahwa materi yang disampaikan pementor tidak mendorong untuk diterapkan. Justru 1 responden lagi
menyatakan setuju jika materi yang disampaikan selama ini tidak menorong dia untuk menerapkannya.
Jadi, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh responden dalam penelitian ini memang terdorong untuk menerapkan materi-materi yang disampaikan selama ini oleh
pementor dalam kehidupan sehari-hari. Mereka berharap dapat lebih mengamalkan apa yang mereka terima, apalagi dalam urusan beragama. Mereka tidak ingin, apa yang
sudah mereka dapatkan itu menjadi sia-sia.
Universitas Sumatera Utara
20. Ketidaksesuaian materi dengan kebutuhan
Tabel 4.20 Ketidaksesuain Materi dengan Kebutuhan
No. Ketidaksesuain Materi dengan Kebutuhan
Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
16 41,0
2. Tidak Setuju
22 56,4
3. Setuju
1 2,6
4. Sangat Setuju
Total 39
100,0
Sumber: P.20 – FC.22 Tabel 4.20 di atas menunjukkan data responden tentang ketidaksesuaian materi
yang diberikan dengan kebutuhan responden. Dari hasil penelitian ini, terdapat 22 responden 56,4 yang menyatakan tidak setuju dan 16 responden 41,0 yang
menyatakan sangat tidak setuju, jika dikatakan bahwa materi yang disampaikan tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Dan justru 1 responden lagi menyatakan setuju kalau
materi yang diberikan selama ini tidak sesuai dengan kebutuhannya. Jadi, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh responden dalam penelitian ini
menyatakan bahwa materi-materi yang diberikan selama ini memang telah sesuai dengan kebutuhan mereka. Karena sebelum materi diberikan, sebaiknya pementor melakukan
analisis terhadap peserta mad’u. Tujuannya untuk mengetahui keadaan mad’u, baik secara psikologs, demografis, dan sosiologis sebelum penyampaian materi. Analisis ini
di antaranya melakukan prediksi terhadap hal apa yang didengar, rasakan, dan perhatikan; mampu menyampaikan materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta, karena
mereka akan menilai materi yang akan diterima berdasarkan apa yang telah mereka ketahui dan yakini sebelumnya; dan memperlakukan peserta sebagai pusat perhatian,
Universitas Sumatera Utara
untuk mengetahui pandangan peserta terhadap tema pembicaraan, pembicara, dan lingkungan
21. Materi menarik untuk didengarkan
Tabel 4.21 Ketertarikan Terhadap Materi
No. Ketertarikan Terhadap
Materi Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
21 53,8
4. Sangat Setuju
18 46,2
Total 39
100,0
Sumber: P.21 – FC. 23 Tabel 4.21 di atas menunjukkan data responden tentang ketertarikan responden
untuk mendengarkan isi materi yang disampaikan. Dari hasil penelitian ini, terdapat 21 responden 53,8 yang menyatakan setuju dan 18 responden 46,2 yang menyatakan
sangat setuju, jika dikatakan bahwa mereka tertarik untuk mendengarkan materi yang disampaikan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa para responden memang tertarik untuk mendengarkan materi yang disampaikan oleh pementor. Karena apa yang disampaikan
oleh pementor merupakan hal yang harus didengar oleh peserta mentoring. Agar peserta mentoring dapat mengenal agamanya. Selain menyajikan pengetahuan yang aktual dan
aktif mengikuti perkembangan tren remaja, sebaiknya pementor juga dalam menyajikan bahan materi, diusahakan semenarik mungkin. Agar peserta mentoring tertarik untuk
mendengarkan dan tidak bosan.
Universitas Sumatera Utara
22. Pementor membuat cerita lucu menarik sebelum memulai materi
Tabel 4.22 Membuat Cerita Menarik
No. Membuat Cerita Menarik
Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
8 20,5
3. Setuju
22 56,4
4. Sangat Setuju
9 23,1
Total 39
100,0
Sumber: P.22 – FC.24 Tabel 4.22 di atas menunjukkan data responden tentang apakah pementor
membuat cerita lucu atau menarik sebelum mulai menjelaskan materi. Dari hasil penelitian ini, terdapat 22 responden 56,4 yang menyatakan setuju dan 9 responden
23,1 yang menyatakan sangat setuju, jika dikatakan bahwa pementor mereka membuat cerita menarik sebelum memulai penyampaian materi. Tetapi, ada 8 responden
20,5 yang menyatakan tidak setuju, jika dikatakan pementor mereka membuat cerita menarik sebelum memulai penyampaian materi.
Jadi, dapat dikatakan bahwa terkadang pementor sebelum memulai menjelaskan materi, terlebih dahulu membuat cerita yang menarik untuk menarik perhatian para
peserta mentoring. Tetapi, juga terkadang tidak. Karena tidak setiap pertemuan mentoring mereka melakukan penyampaian materi. Terkadang mereka melakukan
permainan games ice breaking ataupun khusus bercerita tentang masalah apa yang mau diceritakan. Hal ini sangat diperlukan untuk menyegarkan suasana mentoring, agar
para peserta mentoring tidak merasa jenuh dan bosan dengan aktivitas mentoring yang hanya sekedar penyampaian materi.
Universitas Sumatera Utara
23. Pementor menanyakan pendapat tentang materi
Tabel 4.23 Pementor Menanyakan Pendapat
No. Pementor Menanyakan
Pendapat Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
1 2,6
2. Tidak Setuju
8 20,5
3. Setuju
17 43,6
4. Sangat Setuju
13 33,3
Total 39
100,0
Sumber: P.23 – FC.25 Tabel 4.23 di atas menunjukkan data responden tentang apakah pementor
menanyakan pendapat peserta mentoring pada akhir penyampaian materi. Dari hasil penelitian ini, terdapat 17 responden 43,6 yang menyatakan setuju dan 13 responden
33,3 yang menyatakan sangat setuju, jika dikatakan bahwa pementor mereka menanyakan pendapat mereka tentang materi yang baru disampaikan. Sedangkan 8
responden 20,5 menyatakan tidak setuju dan 1 reponden lagi menyatakan sangat tidak setuju, jika dikatakatan pementor mereka menanyakan pendapat mereka tentang
materi yang baru disampaikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa memang terkadang pementor menanyakan pendapat
dari peserta mentoring mengenai materi yang baru disampaikannya. Tetapi terkadang juga tidak. Ini untuk melihat sejauh mana para peserta mentoring telah menerima dan
memaham materi yang baru disampaikan. Hal ini dirasa perlu sebagai ajang evaluasi setelah penyampaian materi. Sebagai bentuk penilaiannya dengan melakukan kegiatan
cepat-cepat untuk menilai sejauh mana penyerapan peserta terhadap materi mentoring.
Universitas Sumatera Utara
24. Pementor memberi kesempatan bertanya bagi yang belum mengerti tentang
materi
Tabel 4.24 Pementor Memberi Kesempatan Bertanya
No. Pementor Memberi
Kesempatan Bertanya Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
11 28,2
4. Sangat Setuju
28 71,8
Total 39
100,0
Sumber: P.24 – FC.26 Tabel 4.24 di atas menunjukkan data responden tentang pementor memberi
kesempatan bertanya kepada peserta yang belum mengerti terhadap materi yang telah dijelaskan. Dari hasil penelitian ini, terdapat 28 responden 71,8 yang menyatakan
sangat setuju dan 11 responden 28,2 lagi menyatakan setuju, jika dikatakan bahwa pementor mereka memberi kesempatan bertanya kepada peserta yang belum mengerti
terhadap materi yang baru dijelaskan. Jadi, dapat dikatakan bahwa memang para pementor dalam kelompok mentoring
tersebut memberikan waktu untuk bertanya bagi peserta mentoring yang belum mengerti tentang materi yang baru dijelaskan. Ini juga termasuk salah satu bentuk penilaian,
sejauh mana peserta mentoring dapat menyerap materi yang telah diberikan. Ini juga sebagai salah satu bentuk kepedulian pementor terhadap peserta mentoring. Karena
pementor tidak membiarkan adik-adik binaannya berada dalam ketidaktahuan. Mareka tidak ingin apa yang disampaikannya, disalahartikan oleh binaannya, karena ilmu yang
disampaikan harus bermanfaat.
Universitas Sumatera Utara
25. Materi tidak jelas dan berbelit-belit sehinga membuat peserta mentoring
bingung dan sulit mengerti.
Tabel 4.25 Ketidakjelasan Materi
No. Ketidakjelasan Materi
Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
20 51,3
2. Tidak Setuju
19 48,7
3. Setuju
4. Sangat Setuju
Total 39
100,0
Sumber: P.25 – FC.27 Tabel 4.25 di atas menunjukkan data responden tentang ketidakjelasan materi
yang disampaikan, apakah berbelit-belit dan membuat bingung responden. Dari hasil penelitian ini, terdapat 20 responden 51,3 yang menyatakan sangat tidak setuju dan
19 responden 48,7 yang menyatakan tidak setuju, jika dikatakan bahwa materi yang disampaikan tidak jelas sehingga membuat bingung.
Jadi, dapat dikatakan bahwa seluruh responden menyatakan materi yang disampaikan pementor dalam kelompok mentoring tersebut sudah jelas dan tidak
membuat bingung. Karena penjelasan yang diberikan pementor tidak berbelit-belit. Hal ini telah sesuai dengan yang sebaiknya dilakukan, yaitu penjelasan yang diberikan harus
benar-benar relevan, artinya berhubungan dengan masalahnya saja serta menghubungkan hal yang akan diterangkan dengan hal-hal yang telah diketahui oleh peserta. Sehingga
peserta dapat menggambarkan apa yang sedang disampaikan oleh pementor.
Universitas Sumatera Utara
26. Mengerti penggunaan bahasakata-kata pementor
Tabel 4.26 Mengerti Bahasa Pementor
No. Mengerti Bahasa Pementor
Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
25 64,1
4. Sangat Setuju
14 35,9
Total 39
100,0
Sumber: P.26 – FC.28 Tabel 4.26 di atas menunjukkan data responden tentang mengerti penggunaan
bahasakata-kata dari pementor. Dari hasil penelitian, terdapat 25 responden 64,1 yang menyatakan setuju dan 14 responden 35,9 yang menyatakan sangat setuju, jika
dikatakan bahwa para responden mengerti penggunaan bahasa dari pementor. Jadi, dapat dikatakan bahwa seluruh responden dalam penelitian ini yang
sekaligus sebagai peserta mentoring, dapat mengerti penggunaan bahasakata-kata dari abangkakak pementor mereka. Karena dari hasil observasi peneliti, para pementor
menggunakan bahasa yang lebih dekat dengan usia remaja SMA yakni bahasa sehari- hari. Jika para pementor menggunakan bahasa yang sebelumnya tidak pernah didengar
peserta, maka mereka akan bingung. Untuk menyajikan bahan materi, pementor harus menggunakan variasi nada
suara, alat dan media, gerak, posisi berdiri dan duduk yang wajar. gunakan kata secara jelas, sederhana, dan jangan sering mengulang kata-kata yang sama, hindari kata-kata
yang tidak baiktidak bermanfaat. Menyelingi uraian yang serius atau panjang dengan beberapa kisah intermezzo, sehingga membuat peserta mentoring tidak bosan. Serta
memberi kesempatan kepada peserta untuk mengalami sesuatu yang lain atau sedikit menarik nafas.
Universitas Sumatera Utara
27. Pementor tidak pernah menyertakan contoh yang sesuai materi
Tabel 4.27 Pementor Tidak Pernah Memberi Contoh dari Materi
No. Pementor Tidak Pernah
Memberi Contoh dari Materi Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
16 41,0
2. Tidak Setuju
23 59,0
3. Setuju
4. Sangat Setuju
Total 39
100,0
Sumber: P.27 – FC.29 Tabel 4.27 di atas menunjukkan data responden tentang pementor tidak pernah
memberi contoh yang nyata dan relevansesuai dari materi. Dari hasil penelitian ini, terdapat 23 responden 59,0 yang menyatakan tidak setuju dan 16 responden 41,0
yang menyatakan sangat tidak setuju, jika dikatakan bahwa pementor tidak pernah memberi contoh yang relevan dari materi.
Jadi, dapat dikatakan bahwa dalam penyampaian materi, para pementor pernah bahkan selalu menyertai contoh nyata yang sesuai dengan isi materi yang disampaikan.
Karena biasanya seseorang akan lebih mudah mengerti atau menyerap pelajaran yang dijelaskan, jika orang tersebut juga mendengarkan contoh nyata yang diberikan. Manusia
tidak dapat membayangkan sesuatu yang abstrak, apalagi yang sebelumnya tidak pernah dipikirkannya. Contoh yang diberikan juga harus benar-benar relevan artinya harus
benar-benar sesuai dan berhubungan dengan materi yang disampaikan.
Universitas Sumatera Utara
28. Menciptakan suasana santai dengan humor
Tabel 4.28 Suasana Santai
No. Suasana Santai
Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
1 2,6
3. Setuju
18 46,2
4. Sangat Setuju
20 51,3
Total 39
100,0
Sumber: P.28 – FC.30 Tabel 4.28 di atas menunjukkan data responden tentang suasana santa yang
diciptakan karena disertai humor dalam penyampaian materi. Dari hasil penelitian ini, terdapat 20 responden 51.3 yang menyatakan sangat setuju dan 18 responden
46,2 yang menyatakan setuju, jika dikatakan bahwa suasana yang dciptakan dalam mentoring santai, tidak kaku. Dan justru ada 1 responden yang menyatakan tidak setuju
akan pernyatan tersebut. Jadi, dapat dikatakan bahwa suasana yang diciptakan dalam mentoring tersebut
adalah suasana santai yang tidak kaku, seperti layaknya suasana belajar di dalam kelas. Karena suasana mentoring selalu disertai canda dan tawa dari anggota kelompok.
Berdasarkan hasil observasi peneliti, terkadang yang membuat humor terlebih dahulu adalah dari pihak pementor atau juga terkadang dari peserta mentoringnya. Berusaha
menciptakan suasana belajar yang nyaman, tidak kaku, tetapi tetap kondusif dan fokus terhadap materi pelajaran.
Hal ini yang membuat suasana belajar dalam mentoring tidak sama dengan suasana belajar di dalam kelas, seperti antara guru dengan siswa. Sehingga peserta
mentoring dapat lebih bebas menceritakan atau bertanya mengenai sesuatu yang bersifat lebih pribadi.
Universitas Sumatera Utara
29. Menerapkan metode ceramah dan diskusi di setiap pertemuan
Tabel 4.29 Menerapkan Metode Ceramah Disertai Diskusi
Di Setiap Pertemuan No. Menerapkan Metode Ceramah
Disertai Diskusi Di Setiap Pertemuan
Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
1 2,6
2. Tidak Setuju
16 41,0
3. Setuju
17 43,6
4. Sangat Setuju
5 12,8
Total 39
100,0
Sumber: P.29 – FC. 31 Tabel 4.29 di atas menunjukkan data responden tentang menerapkan metode
ceramah disertai diskusi di setiap pertemuan mentoring. Dari hasil penelitian ini, terdapat 17 responden 43,6 yang menyatakan setuju dan 5 responden 12,8 yang
menyatakan sangat setuju, jika di setiap pertemuan mentoring lebih baik diterapkan metode ceramah disertai dengan diskusi. Sedangkan terdapat 16 responden 41,0 yang
justru tidak setuju dan 1 responden 2,6 lagi bahkan sangat tidak setuju, jika di setiap pertemuan diterapkan metode ceramah disertai dengan diskusi.
Jadi, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan kalau lebih baik diterapkan metode ceramah disertai diskusi di setiap mentoring. Hal ini berarti tidak
hanya dari pementor yang memberikan materi, tetapi juga ada waktu bagi peserta mentoring untuk mendiskusikan materi yang telah disampaikan. Dalam proses ini, para
peserta mentoring diberikan waktu untuk dapat mengeluarkan suaranya, baik berupa pertanyaan, pendapat, jawaban, atau tanggapan. Mereka tidak hanya mendengarkan
pementor, tetapi juga bisa didengarkan suaranya oleh peserta lain.
Universitas Sumatera Utara
30. Metode ceramah dan diskusi lebih efisien
Tabel 4.30 Metode Ceramah dan Diskusi Lebih Efisien
No. Metode Ceramah dan Diskusi Lebih Efisien
Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
1 2,6
2. Tidak Setuju
11 28,2
3. Setuju
21 53,8
4. Sangat Setuju
6 15,4
Total 39
100,0
Sumber: P.30 – FC.32 Tabel 4.30 di atas menunjukkan data responden tentang pendapat responden
kalau metode ceramah disertai dengan diskusi lebih berhasil gunaefisien saat mentoring. Dari hasil penelitian ini, terdapat 21 responden 53,8 yang menyatakan setuju dan 6
responden 15,4 yang menyatakan sangat setuju, jika penerapan metode ceramah dan diskusi dapat lebih efisien dalam mentoring. Sedangkan 11 responden 28,2
menyatakan tidak setuju bahkan 1 responden 2,6 menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Jadi, dapat dikatakan bahwa mayoritas responden menyetujui kalau penerapan metode ceramah yang disertai dengan diskusi dapat lebih efisien dalam penyampaian
materi agama saat mentoring. Hal ini tentu bermanfaat karena untuk dapat menambah informasi bagi anggota kelompok. Karena terkadang pementor hanya menyampaikan
materi yang sudah ditentukan dan untuk menambah informasi bukankah lebih baik tidak hanya bersumber dari satu pihak, tetapi juga harus ada pihak lain yang dapat mengisi
kekosongan informasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
31. Penggunaan media teknisalat bantu dapat mendukung penyampaian materi
Tabel 4.31 Penggunaan Media TeknisAlat Bantu
Dapat Mendukung Penyampaian Materi No.
Penggunaan Media TeknisAlat Bantu Dapat
Mendukung Penyampaian Materi
Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
2 5,1
3. Setuju
18 46,2
4. Sangat Setuju
19 48,7
Total 39
100,0
Sumber: P.31 – FC.33 Tabel 4.31 di atas menunjukkan data responden tentang penggunaan media
teknisalat bantu dapat mendukung penyampaian materi saat mentoring. Dari hasil penelitian ini, terdapat 19 responden 48,7 yang menyatakan sangat setuju dan 18
responden 46,2 yang menyatakan setuju, jika penggunaan media teknisalat bantu dapat mendukung penyampaian materi saat mentoring. Sedangkan 2 responden 5,1
lagi menyatakan tidak setuju jika penggunaan media teknisalat bantu dapat mendukung penyampaian materi.
Jadi, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh responden dalam penelitian ini menyetujui kalau penggunaan media teknisalat bantu seperti papan tulis, buku, laptop,
rekaman kaset audiovideo, dan sebagainya memang dapat mendukung penyampaian materi saat mentoring. Jadi, mereka tidak hanya mendengarkan pementor
berbicaraceramah. Apalagi jika menggunakan rekaman audio visual, maka peserta mentoring akan lebih mudah menyerap materi dan mengingat materi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
32. Penggunaan media teknisalat bantu sangat merepotkan
Tabel 4.32 Penggunaan Media TeknisAlat Bantu Sangat Merepotkan
No. Penggunaan Media
TeknisAlat Bantu Sangat Merepotkan
Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
17 43,6
2. Tidak Setuju
20 51,3
3. Setuju
2 5,1
4. Sangat Setuju
Total 39
100,0
Sumber: P.32 – FC.34 Tabel 4.32 di atas menunjukkan data responden tentang pendapat responden
terhadap penggunaan media teknisalat bantu yang sangat merepotkan. Dari hasil penelitian ini, terdapat 20 responden 51,3 yang menyatakan tidak setuju, bahkan 17
responden 43,6 juga menyatakan sangat tidak setuju, jika penggunaan media teknisalat bantu sangat merepotkan saat mentoring. Sedangkan 2 responden 5,1 lagi
justru menyatakan setuju, jika penggunaan media teknisalat bantu tersebut dikatakan sangat merepotkan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh responden dalam penelitian ini tidak menyetujui kalau penggunaan media teknisalat bantu sangat merepotkan. Justru
penggunaan media teknisalat bantu seperti papan tulis, buku, laptop, rekaman kaset audiovideo sangat membantu dalam penyampaian materi. Sedangkan responden yang
menyatakan kalau penggunaan media teknisalat bantu sangat merepotkan dalam penyampaian materi, karena itu dianggap dapat membuang waktu. Apalagi jika
penggunaan media teknis yang berupa media elektronik, tidak ada anggota yang benar- benar ahli dalam memfungsikannya, bisa-bisa alat tersebut rusak.
Universitas Sumatera Utara
33. Alasan ikut mentoring untuk menambah ilmu agama Islam dan berharap
dapat mengamalkannya
Tabel 4.33 Menambah Ilmu Agama Islam dan
Berharap dapat Mengamalkannya No. Menambah Ilmu Agama Islam
Dan Berharap dapat Mengamalkannya
Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
13 33,3
4. Sangat Setuju
26 66,7
Total 39
100,0
Sumber: P.33 – FC.35 Tabel 4.33 di atas menunjukkan data responden tentang alasan responden ikut
mentoring untuk menambah pengetahuan dan ilmu agama Islam dan berharap dapat lebih mengamalkannya dalam kehidupan. Dari hasil penelitian ini, terdapat 26 responden
66,7 yang menyatakan sangat setuju, dan 13 responden 33,3 yang menyatakan setuju, kalau alasan mereka ikut mentoring untuk menambah ilmu agama dan berharap
dapat lebih mengamalkannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa alasan utama yang melatarbelakangi seluruh
responden dalam penelitian ini, mengikuti kegiatan mentoring agama Islam adalah untuk menambah atau memperdalam pengetahuan atau ilmu agama Islam dan berharap agar
bisa lebih mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena tujuan utama kegiatan Mentoring Agama Islam adalah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena
yang nota benenya mentoring merupakan kajian-kajian ilmu-ilmu Islam, maka dari situ dapat termotivasi untuk terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT atau
memperkuat keimanan dan ketakwaan.
Universitas Sumatera Utara
34. Alasan ikut mentoring untuk mengisi waktu luang
Tabel 4.34 Mengisi Waktu Luang
No. Mengisi Waktu Luang
Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
15 38,5
2. Tidak Setuju
17 43,6
3. Setuju
7 17,9
4. Sangat Setuju
Total 39
100,0
Sumber: P.34 – FC.36 Tabel 4.34 di atas menunjukkan data responden tentang alasan responden ikut
mentoring hanya untuk mengisi waktu luang. Dari hasil penelitian ini, terdapat 17 responden 43,6 yang menyatakan tidak setuju dan bahkan 15 responden 38,5
yang menyatakan sangat tidak setuju, jika salah satu alasan mereka ikut mentoring hanya untuk mengisi waktu luang. Tetapi ada 7 responden 17,9 yang menyatakan setuju
bahwa alasan mereka ikut mentoring salah satunya hanya untuk mengisi waktu luang karena tidak ada kegiatan lain atau tidak ada urusan lain.
35. Mempunyai alasan lain ikut mentoring
Tabel 4.35 Mempunyai Alasan Lain Ikut Mentoring
No. Mempunyai Alasan Lain
Ikut Mentoring Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
1 2,6
2. Tidak Setuju
4 10,3
3. Setuju
28 71,8
4. Sangat Setuju
6 15,4
Total 39
100,0
Sumber: P.35 – FC. 37
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.35 di atas menunjukkan data responden tentang responden mempunyai alasan lain dalam mengikuti mentoring. Dari hasil penelitian ni, terdapat 28 responden
71,8 yang setuju dan 6 responden 15,4 yang bahkan sangat setuju, kalau mereka mempunyai alasan lain dalam mengikuti kegiatan mentoring selain alasan yang telah
disebutkan sebelumnya. Tetapi ada 5 responden yang tidak mempunyai alasan lain dalam mengikuti mentoring, selain alasan utama yang sudah disebutkan sebelumnya.
Dari hasil penelitian yang diperoleh alasan-alasan lain tersebut antara lain adalah dapat memperkuat Ukhuwah Islamiyah; ada hal yang ingin ditanyakanmempunyai
kesempatan bertanya mengenai syariat Islam; agar lebih dekat dengan teman-teman, juga ingin lebih dekat dengan Allah SWT serta lebih dekat dengan Rasulullah SAW; bisa
memperbaiki diri sendiri menjadi lebih baik; ingin mengetahui sejauh mana perkembangan agama Islam, baik di dalam maupun di luar negeri; ingin menjadi seorang
aktivis dakwah; ingin mencerahkan permasalahan yang dialami dalam kehidupan; suasana mentoring yang tidak membosankan; bertemu dengan pementor dan teman
mentoring yang asyik; serta menambah pengalaman dalam bersosial atau bisa belajar berorganisasi, walaupun dalam lingkup kecil.
36. Mentoring tidak memberi manfaat
Tabel 4.36 Mentoring Tidak Bermanfaat
No. Mentoring Tidak Bermanfaat Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
33 84,6
2. Tidak Setuju
6 15,4
3. Setuju
4. Sangat Setuju
Total 39
100,0
Sumber: P.36 – FC.38
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.36 di atas menunjukkan data responden tentang kegiatan mentoring tidak bermanfaat. Dari hasil penelitian ini, terdapat 33 responden 84,6 yang menyatakan
sangat tidak setuju dan 6 responden 15,4 yang menyatakan tidak setuju, jika mentoring dikatakan tidak bermanfaat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa seluruh responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa kegiatan mentoring sangat bermanfaat bagi mereka. Dari hasil
penelitian yang diperoleh terdapat beberapa manfaat yang responden dapatkan dari mentoring, baik ikhwan maupun akhwat.
Manfaat yang didapat antara lain adalah merasa lebih dekat dengan Allah SWT, Rasulullah SAW, dan teman-teman; ilmu agama semakin bertambah serta menambah
pengetahuan dan wawasan umum; semakin hari menjadi semakin lebih baik dalam beribadah; lebih banyak tahu tentang Islam, baik ajaran maupun syariatnya kewajiban
sunnah, perintah larangan; lebih meningkatkan kualitas beribadah dengan menjaga kewajiban dalam beribadah dan meningkatkan sunnah dalam beribadah; mempererat
ukhuwah Islamiyah; lebih menjaga aurat; menjaga pandangan terhadap lawan jenis; lebih sering membaca Al-Quran daripada sebelum ikut mentoring; akhlaknya lebih terjaga;
berbicara lebih sopan; mencerahkan pikiran; dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian dalam hidup atau mempunyai jawaban dari semua permasalahan hidup; melatih
keimanan; menjadi hobi baca buku; tahu bersedekah; sabar; lebih bisa bersikap; menambah teman; banyak menasehati orang, jika orang tersebut melenceng dari syariat
Islam; serta menjadi tahu bagaimana bergaul dengan sesama muslim sebagaimana yang diajarkan dalam Islam.
Universitas Sumatera Utara
37. Perlu saling mengenal antara peserta dan pementor
Tabel 4.37 Saling Mengenal antara Peserta dan Pementor
No. Saling Mengenal antara
Peserta dan Pementor Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3 7,7
3. Setuju
29 74,4
4. Sangat Setuju
7 17,9
Total 39
100,0
Sumber: P.37 – FC. 39 Tabel 4.37 di atas menunjukkan data responden tentang perlunya saling mengenal
antara peserta mentoring dengan pementornya. Dari hasil penelitian ini, terdapat 29 responden 74,4 yang menyatakan setuju dan 7 responden 17,9 yang menyatakan
sangat setuju, jika antara peserta mentoring dengan pementornya saling mengenal. Tetapi ada 3 responden 7,7 yang menyatakan tidak setuju, jika antara peserta mentoring
dengan pementornya saling mengenal. Jadi, dapat dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh responden dalam penelitian
ini, menyatakan perlu untuk saling mengenal antara pementor dengan mad’unya adik binaannya, baik mengenal pribadi masing-masing ataupun mengenal keluarga masing-
masing. Hal ini untuk lebih mendekatkan antara pementor dengan peserta mentoring. Sehingga terwujudlah interaksi yang benar-benar seperti teman sebaya friendship.
Pementor diharapkan dapat menjadi teman friendship dan menjadi tempat mengeluarkan isi hati curhat bagi para anggota mentoring. Kemudian, melalui
komunikasi dua arah dan hubungan kekeluargaan inilah, diharapkan pementor dapat memasukkan nilai-nilai keimanan dan ke-Islaman kepada anggota mentoring.
Universitas Sumatera Utara
38. Perlu saling mengenal antara sesama peserta mentoring
Tabel 4.38 Saling Mengenal Antara Sesama Peserta Mentoring
No. Saling Mengenal Antara
Sesama Peserta Mentoring Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3 7,7
3. Setuju
29 74,4
4. Sangat Setuju
7 17,9
Total 39
100,0
Sumber: P.38 – FC.40 Tabel 4.38 di atas menunjukkan data responden tentang perlunya saling mengenal
antara sesama peserta mentoring. Dari hasil penelitian ini, terdapat 29 responden 74,4 yang menyatakan setuju dan 7 responden 17,9 yang menyatakan sangat setuju, jika
antara sesama peserta mentoring untuk saling mengenal. Tetapi ada 3 responden 7,7 yang menyatakan tidak setuju, jika antara sesama peserta mentoring untuk saling
mengenal. Ini menunjukkan bahwa perlunya saling mengenal antara teman-teman sekelompok, karena ini seperti kelompok kecil yang disebut dengan keluarga.
39. Bangga menjadi anggota kelompok mentoring
Tabel 4.39 Bangga menjadi Anggota Kelompok Mentoring
No. Bangga menjadi Anggota
Kelompok Mentoring Frekuens
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
21 53,8
4. Sangat Setuju
18 46,2
Total 39
100,0
Sumber: P.39 – FC.41
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.39 di atas menunjukkan data responden tentang rasa bangga yang dimiliki responden menjadi anggota kelompok mentoring. Dari hasil penelitian ini,
terdapat 21 responden 53,8 yang menyatakan setuju dan 18 responden 46,2 yang menyatakan sangat setuju, kalau mereka merasa bangga menjadi anggota kelompok
mentoring yang mereka masuki saat ini. Ini menunjukkan bahwa seluruh responden dalam penelitian ini memiliki kecintaan terhadap kelompok mentoringnya.
40. Senang saat pertemuan mentoring berlangsung
Tabel 4.40 Senang Saat Pertemuan Mentoring Berlangsung
No. Senang Saat Pertemuan
Mentoring Berlangsung Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
21 53,8
4. Sangat Setuju
18 46,2
Total 39
100,0
Sumber: P.40 – FC. 42 Tabel 4.40 di atas menunjukkan data responden tentang perasaan senang dari
responden pada saat menghadiri pertemuan mentoring. Dari hasil penelitian ini, terdapat 21 responden 53,8 yang menyatakan setuju dan 18 responden 46,2 yang
menyatakan sangat setuju, kalau mereka merasa senang pada saat menghadiri pertemuan mentoring.
Ini menunjukkan bahwa seluruh responden dalam penelitian ini, senang jika pertemuan mentoring berlangsung, karena mereka hanya seminggu sekali berkumpul
dengan pementor, walaupun kemungkinan mereka sudah sering berjumpa dengan teman- teman sekelompok saat di sekolah.
Universitas Sumatera Utara
41. Senang saat pertemuan mentoring berakhir
Tabel 4.41 Senang Saat Pertemuan Mentoring Berakhir
No. Senang Saat Pertemuan
Mentoring Berakhir Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
3 7,7
2. Tidak Setuju
17 43,6
3. Setuju
12 30,8
4. Sangat Setuju
7 17,9
Total 39
100,0
Sumber: P.41 – FC.43 Tabel di atas menunjukkan data responden tentang perasaan senang dari
responden setelah selesai menghadri pertemuan mentoring. Dari hasil penelitian ini, terdapat 17 responden 43,6 yang menyatakan tidak setuju dan 3 responden 7,7
yang bahkan sangat tdak setuju, kalau mereka senang jika selesai menghadiri mentoring pertemuan mentoring berakhir. Sedangkan ada 12 responden 30,8 yang menyatakan
setuju bahkan 7 responden sangat setuju, kalau mereka merasa senang setelah menghadiri pertemuan mentoring.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian responden dalam penelitian ini merasa tidak senang saat pertemuan mentoring berakhir, karena kemungkinan waktu yang
digunakan untuk mentoring dirasa kurang memadai untuk berkumpul. Sedangkan sebagian responden lagi menyatakan senang setelah menghadiri pertemuan. Alasan yang
diperoleh peneliti antara lain karena mereka mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru, yang sebelumnya belum mereka ketahui, khususnya ilmu agama Islam.
Universitas Sumatera Utara
42. Sedih saat absen mentoring
Tabel 4.42 Sedih Saat Absen Mentoring
No. Sedih Saat Absen Mentoring
Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
4 10,3
2. Tidak Setuju
4 10,3
3. Setuju
23 59,0
4. Sangat Setuju
8 20,5
Total 39
100,0
Sumber: P.42 – FC.44 Tabel 4.42 di atas menunjukkan data responden tentang perasaan sedih dari
responden, jika suatu saat mereka absen mentoring. Dari hasil penelitian ini, ada 23 responden 59,0 yang menyatakan setuju dan 8 responden 20,5 yang menyatakan
sangat setuju, kalau mereka sedih jika suatu saat mereka absen ke mentoring. Sedangkan 8 responden lagi tidak sedih, jika suatu saat mereka absen ke mentoring. Mayoritas
responden dalam penelitian ini, sedih saat mereka absen ke mentoring, karena mereka tidak bisa berjumpa dengan teman-teman, serta tidak bisa memperoleh ilmu yang baru.
43. Senang bisa menyampaikan pendapatbertanya
Tabel 4.43 Senang Bisa Menyampaikan PendapatBertanya
No. Senang Bisa Menyampaikan
PendapatBertanya Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
23 59,0
4. Sangat Setuju
16 41,0
Total 39
100,0
Sumber: P.43 – FC.45
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.43 di atas menunjukkan data responden tentang perasaan senang dari responden saat bisa menyampaikan pendapatbertanya kepada pementor. Dari hasil
penelitian, terdapat 23 responden 59,0 yang menyatakan setuju dan 16 responden 41,0 lagi bahkan sangat setuju, jika dikatakan mereka senang menyampaikan
pendapatbertanya kepada pementor. Jadi, dapat dikatakan bahwa seluruh responden dalam penelitian ini merasa senang jika bisa menyampaikan pendapat atau bisa bertanya
kepada pementor. Para responden bertanya untuk-hal-hal yang memang tidak diketahuinya.
44. Frekuensi pertemuan kurang memadai
Tabel 4.44 Frekuensi Pertemuan Kurang Memadai
No. Frekuensi Pertemuan Kurang Memadai
Frekuensi
1. Sangat Tidak Setuju
6 15,4
2. Tidak Setuju
22 56,4
3. Setuju
8 20,5
4. Sangat Setuju
3 7,7
Total 39
100,0
Sumber: P.44 – FC.46 Tabel 4.44 di atas menunjukkan data responden tentang frekuensi pertemuan
mentoring dirasa kurang memadai oleh responden. Dari hasil penelitian, terdapat 22 responden 56,4 yang menyatakan tidak setuju dan 6 responden 15,4 yang
menyatakan sangat tidak setuju, jika dikatakan frekuensi pertemuan dirasa kurang memadai. Sedangkan 8 responden 20,5 menyatakan setuju dan 3 responden lagi
menyatakan sangat setuju, jika dikatakan frekuensi pertemuan dirasa kurang memadai.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini merasa kalau frekuensi waktu yang digunakan untuk pertemuan mentoring sudah memadai atau
sudah pas. Baik dari segi frekuensi pertemuannya ataupun dari durasi waktu pertemuannya. Kalau pun ada responden yang menganggap frekuensi waktu pertemuan
kurang memadai, itu kemungkinan dia merasa waktu tersebut tidak cukup untuk mempelajari ilmu agama atau berkumpul dengan teman-teman. Ini membuat mereka
harus selalu datang ke setiap pertemuan.
4.3.3 Pengamalan Nilai-nilai Ajaran Islam