Gerakan Kompleks Penyesuaian Kawasan PsikomotorKonatif

5. Gerakan Kompleks

Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks, seperti gerakan lancar, luwes, supel, gesit, dan lincah. Complex Overt Response

6. Penyesuaian

Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi, seperti mengubah, mengadaptasi, membuat variasi, dan mengatur kembal. Adaptation 7. Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu, seperti merancang, menyusun, menciptakan, mendesain, mengkombinasikan, dan merencanakan. Kreativitas atau Penciptaan Origination Untuk lebih mudah memahami tentang Taksonomi Bloom, maka dapat dideskripsikan dalam dua pernyataan di bawah ini: 1. Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai konsep itu. 2. Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep tersebut, jika tanpa terlebih dahulu memahami isinya. Namun, konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata “benda” menjadi “kata kerja”. • Perubahan signifikan pada perbaikan struktur ranah kognitif yang dapat dilihat sebagai berikut: Mengingat Universitas Sumatera Utara • • Memahami • Menerapkan • Menganalisis • Menilai Menciptakan http:gurupembaharu.comindex.php?option=com_contentview=articleid=121:takso nomi-bloom-mengembangkan-strategi-berpikir-berbasis- tikcatid=57:programItemid=80 Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan katogori baru yaitu Perubahan ini disebabkan taksonomi perlu mencerminkan berbagai bentuk atau cara berpikir dalam suatu proses yang aktif. Dengan demikian penggunaan kata kerja lebih sesuai daripada kata benda. creating yang sebelumnya tidak ada. Keenam kategori diubah menjadi kata kerja, kemudian beberapa subkategori juga mengalami perbaikan dan perubahan. Pengetahuan merupakan hasil berpikir bukan cara berpikir, sehingga diperbaiki menjadi mengingat yang menunjukkan suatu proses berpikir tingkat awal. Pemahaman diperbaiki menjadi memahami, kemudian sintesis diubah menjadi menciptakan yang menunjukkan proses berpikir pada masing-masing kategori. Akibatnya urutan dari taksonomi juga berubah seperti tampak di atas. Menilai ditempatkan setelah menganalisis kemudian ditempatkan menciptakan sebagai pengganti sintesis. Hal ini dilakukan untuk menempatkan hierarki dari proses berpikir yang paling mudah ke proses penciptaan yang lebih rumit dan sulit. Pendapat ini cukup masuk akal, Universitas Sumatera Utara karena seseorang akan sulit untuk menciptakan sesuatu sebelum mampu menilai sesuatu dari berbagai pertimbangan dan pemikiran kritis. Pentahapan berpikir seperti itu bisa jadi mendapat sanggahan dari sebagian orang. Alasannya, dalam beberapa jenis kegiatan, tidak semua tahap seperti itu diperlukan. Contohnya dalam menciptakan sesuatu tidak harus melalui pentahapan itu. Hal itu kembali pada kreativitas individu. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja. Namun, model pentahapan itu sebenarnya melekat pada setiap proses pembelajaran secara terintegrasi. Sebagian orang juga menyanggah pembagian pentahapan berpikir seperti itu karena dalam kenyataannya siswa seharusnya berpikir secara holistik. Ketika kemampuan itu dipisah-pisah maka siswa dapat kehilangan kemampuannya untuk menyatukan kembali komponen-komponen yang sudah terpisah. Model penciptaaan suatu produk baru atau menyelesaian suatu proyek tertentu lebih baik dalam memberikan tantangan terpadu yang mendorong siswa untuk berpikir secara kritis. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 3.1.1 SMA Negeri 2 Binjai

a. Profil Singkat SMA Negeri 2 Binjai

SMA Negeri 2 Binjai merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di kota Binjai, provinsi Sumatera Utara, yang berdiri sejak tahun 1978, dengan areal seluas lebih kurang 2 dua hektar. Dengan areal yang cukup luas ini memungkinkan SMA Negeri 2 untuk tumbuh menjadi salah satu sekolah yang memiliki wajah yang cukup menyejukkan dipandang dari sudut Wiyata Mandala. Hal ini dibuktikan dengan terpilihnya SMA Negeri 2 Binjai sebagai pemenang Wawasan Wiyata Mandala dengan peringkat Juara II Tingkat provinsi Sumatera Utara pada tahun 1997. Hingga saat ini SMA Negeri 2 Binjai merupakan satu di antara sekolah yang mempunyai banyak peminat untuk menjadi siswa di dalamnya. Pada setiap tahun pelajaran baru ini ditandai dengan bertambahnya para pendaftar, meskipun mereka harus siap untuk kalah bersaing. Ini dikarenakan SMA Negeri 2 Binjai dipandang sebagai salah satu sekolah yang cocok untuk tempat belajar bagi para siswa. Lokasinya yang strategis, jauh dari keramaian dan kebisingan yang berjarak hanya 100 m dari jalan protokol, tetapi mudah dijangkau baik dengan kendaraan maupun berjalan kaki. Kondisi lingkungan sekolah yang cukup rindang, karena terdapat berbagai tanaman hias dan tanaman pelindung membuat semua orang yang masuk ke dalamnya menjadi betah untuk tinggal berlama-lama, itulah SMA Negeri 2 Binjai. Universitas Sumatera Utara