kebijakan, memerlukan system kontrol dan komunikasi yang terbuka, serta penyediaan sumber daya untuk melakukan pekerjaan. Sedangkan untuk dapat
mewujudkan implementasi yang efektif, Islamy menyebutnya dengan tindakan atau perbuatan manusia yang menjadi anggota masyarakat sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh pemerintah atau negara. d.
Efek atau dampak dari implementasi kebijakan. Menurut Islamy 1997:119 setiap kebijakan yang telah dibuat dan dilaksanakan akan membawa dampak
tertentu terhadap kelompok sasaran, baik yang positif intended maupun yang negatif unintended. Ini berarti bahwa konsep dampak menekankan pada apa
yang terjadi secara actual pada kelompok yang ditargetkan dalam kebijakan. Jadi, dengan melihat konsekuensi dari dampak, maka dapat dijadikan sebagai
salah satu tolok-ukur keberhasilan implementasi kebijakan dan juga dapat dijadikan sebagai masukan dalam proses perumusan kebijakan yang akan
meningkatkan kualitas kebijakan tersebut.
1.4 Model Implementasi Kebijakan Publik
Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan publik ada ragam tindakan yang dapat dilakukan yaitu: adengan mengeluarkan dan menggunakan indikator,
bmembelanjakan dana, cmemakai pinjaman, dmenghargai hibah, emenandatangani kontrak, fmengumpulkan data, gmendistribusikan informasi,
hmenganalisis berbagai masalah, imengalokasi dan merekrut personalia, jmenciptakan unit-unit organisasi, kmengusulkan berbagai alternative,
lmerencanakan atas masa depan, dan mbernegosiasi dengan warga secara pribadi, bisnis, kelompok kepentingan, unit-unit birokrasi, komite legislative, dan bahkan
negara lain. Tangkilisan, 2003B:2
Universitas Sumatera Utara
Tangkilisan 2003A:20 dalam bukunya menyatakan bahwa dalam melaksanakan implementasi dikenal beberapa model antara lain:
a. Model Gogin,
dalam model ini implementasi dilakukan dengan mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal
pada keseluruhan implementasi yakni ; 1 Bentuk dan isi kebijakan, termasuk didalamnya kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi,
2 Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif, 3 pengaruh
lingkungan dari masyarakat dapat berupa katakteristik, motivasi, kecenderungan
hubungan antara warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.
b. Model Grindle, menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan
kebijakan dan hasil-hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari; 1 kepentingan-
kepentingan yang dipengaruhi, 2 Tipe-tipe manfaat, 3 derajat perubahan yang diharapkan 4 letak pengambilan keputusan, 5 pelaksanaan program dan 6
sumber daya yang dilibatkan. isi sebuah kebijakan akan menunjukkan posisi
pengambilan keputusan oleh sejumlah besar pengambilan kebijakan, sebaliknya ada kebijakan tertentu yang lainnya hanya ditentukan oleh sejumlah kecil 1 unit
pengambil kebijakan. Pengaruh selanjutnya adalah lingkungan yang terdiri dari: 1 kekuasaan, kepentingan dan strategi actor yang terlibat, 2 karakteristik
lembaga penguasa dan, 3 kepatuhan dan daya tanggap.
c. Model Meter dan Horn, implementasi model ini dipengaruhi oleh 6 faktor yaitu :
1 standar kebijakan dan sasaran yang menjelaskan rincian tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh, 2 sumber daya kebijakan berupa dana pendukung
Universitas Sumatera Utara
implementasi, 3 komunikasi inter organisasi dan kegiatan pengukuran digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai, 4
karakteristik pelaksanaan, artinya karakteristik organisasi merupakan faktor krusial yang akan menentukan berhasil tidaknya suatu program, 5 kondisi
sosial ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil kebijakan, dan 6
sikap pelaksanaan dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan.
d. Model Deskriptif, William N. Dunn mengemukakan bahwa model kebijakan
dapat diperbandingkan dan dipertimbangkan menurut sejumlah banyak asumsi, yang paling penting diantaranya adalah; 1perbedaan menurut tujuan, 2 bentuk
penyajian dan 3 fungsi metodologis model. Dua bentuk pokok dari model kebijakan adalah 1 Model deskriptif, yaitu model yang menjelaskan dan atau
meramalkan sebab dan akibat pilihan-pilihan kebijakan, model kebijakan digunakan untuk memonitor hasil tindakan kebijakan misalnya penyampaian
laporan tahunan tentang keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan di lapangan
dan 2 Model normatif.
Adapun model implementasi yang akan digunakan oleh penulis dalam menganalisis PP No.41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah di Kota
Medan adalah Model Meter dan Horn. Model ini disebut juga sebagai model mekanisme paksa yaitu model yang mengedepankan arti penting lembaga publik
sebagai lembaga tunggal yang mempunyai monopoli atas mekanisme paksa di dalam negara dimana tidak ada mekanisme insentif bagi yang menjalani, namun
ada sanksi bagi yang menolak melaksanakannya atau yang melanggarnya.
Universitas Sumatera Utara
Secara matematis, model ini disebut dengan “Zero-minus model”, dimana yang ada hanya nilai nol dan minus saja. Sedangkan model mekanisme
pasar mengedepankan mekanisme insentif bagi yang menjalani, dan bagi yang tidak menjalankan tidak mendapat sanksi, namun tidak mendapat insentif. Secara
matematis model ini dapat disebut sebagai model “ Zero-Plus Model”, dimana yang ada hanya nilai nol dan plus saja. Diantaranya ada kebijakan yang
memberikan insentif di satu kutub, dan memberikan sanksi di kutub lain. Model “top-down” mudahnya berupa pola yang dikerjakan oleh pemerintah untuk rakyat,
dimana partisipasi lebih berbentuk mobilisasi. Sebaliknya “bottom-up” bermakna meski kebijakan dibuat pemerintah, namun pelaksanaan antara pemerintah dengan
masyarakat. Secara terperinci ada beberapa model menyoal tentang implementasi
kebijakan, yang pertama model klasik dari Van Meter dan Van Horn yang mengandaikan implementasi kebijakan berjalan secara linier dari kebijakan publik,
implementor dan kinerja kebijakan publik. Beberapa variabel yang dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi kebijakan publik adalah variabel:
a. Aktivitas implementasi dan komunikasi antarorganisasi
b. Karakteristik dari agen pelaksana implementor
c. Kondisi ekonomi, sosial dan ekonomi
d. Kecenderungan disposisi dari pelaksana implementor.
Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Winarno, 2002: 110-118, identifikasi indikator-indikator pencapaiana merupakan tahapan yang krusial dalam
analisis implementasi kebijakan. Indikator pencapaian tujuan ini, menilai sejauh
Universitas Sumatera Utara
mana ukuran dasar dan tujuan kebijakan direalisasikan. Ukuran dasar dan tujuan berguna di dalam menguraikan keputusan kebijakan secara menyeluruh. Disamping
itu, ukuran dasar dan tujuan merupakan bukti itu sendiri dan dapat diukur dengan mudah dalam beberapa kasus. Namun demikian dikatakan seringkali dalam banyak
kasus sering terjadi kesulitan dalam mengidentifikasi dan mengukur pencapaian yang disebabkan oleh dua hal, yaitu program yang terlalu luas dan sifat tujuan yang
kompleks, serta kekaburan dalam ukuran-ukuran dasar tujuan-tujuan sengaja diciptakan oleh pembuat keputusan agar dapat menjamin tanggapan positif dari
orang-orang yang diserahi tanggungjawab implementasi pada tingkat organisasi yang lain atau system penyampaian kebijakan.
1.5 Keberhasilan Implementasi Kebijaksanaan