Visi ini menggambarkan fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sebagai akselerator pembangunan Kota Medan dalam berbagai sector kehidupan
masyarakat. Sebagai akselerator pembangunan kota, maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dituntut untuk meningkatkan kualitas perencanaan
pembangunan kota. 2.2
Misi Perencanaan Kota Untuk mencapai visi perencanaan kota, maka disusun misi. Misi adalah sesuatu
yang harus dilaksanakan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Dengan misi yang jelas, diharapkan seluruh perangkat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
dan pihak-pihak yang berkepentingan mengenal Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan mengetahui kedudukan, fungsi, peran serta hasil-hasil yang akan
diperoleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah di masa yang akan datang. Misi perencanaan kota adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan dokumen rencana umum pembangunan kota yang handal.
b. Mewujudkan tenaga perencanaan pembangunan kota yang bermoral dan
professional. c.
Mewujudkan prasarana dan sarana perencanaan kota yang modern.
E. Gambaran tentang DPRD Kota Medan
Anggota DPRD Kota Medan pada tahun 2008 berjumlah 45 orang yang terdiri dari 9 orang anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera PKS, 8 orang anggota Fraksi
Partai Amanat Nasional PAN, 6 orang anggota partai Golkar, 5 orang anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP, 7 orang anggota Partai Demokrat, 5 orang
Universitas Sumatera Utara
anggota Fraksi Partai Persatuan Pembangunan PPP, dan 5 orang anggota Fraksi Partai Damai Sejahtera PDS.
F. Problematika Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2003 tentang Organisasi
Perangkat Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2003 memiliki tujuan utama dalam menyelelenggarakan efisiensi dalam penyelenggaraan kewenangan oleh daerah.
Dilatarbelakangi oleh membengkaknya dan bervariasinya struktur organisasi pemerintah daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2003 mencoba
menyempurnakan ketentuan yang ada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 84
Tahun 2000 telah menyebabkan problem inefisiensi berupa pembengkakan jumlah dinas dan lembaga pelaksana teknis daerah. Problem utamanya terletak pada ketiadaan
standar kriteria yang digunakan dalam membentuk perangkat organisasi daerah. Pada sisi lainnya, struktur internal Organisasi perangkat daerah sangat variatif, sehingga
menyulitkan asas penyelenggaraan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan Didasari oleh problem tersebut, Pemerintah Pusat mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 08 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. Meskipun demikian, Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2003 juga tidak lepas dari
kekurangan dan kelemahan. Pertama, kelemahan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 berkaitan dengan struktur eselonisasi jabatan dan tidak direvisi juga dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2003. Secara horizontal, tidak tergantung dengan luas wilayah, jumlah penduduk dan kompleksitas permasalahan, semua
Universitas Sumatera Utara
pemerintah daerah pada level yang sama memiliki struktur eselon yang sama. Tidak terdapat pertimbangan yang mengkaitkan antara struktur eselon dengan fungsi dan
beban kerja sebuah dinas. Untuk menunjukkan tingkat hierarki antara Propinsi dan KabupatenKota, struktur jabatan di tingkat propinsi memiliki eselon yang lebih tinggi.
Penyeragaman jumlah Dinas dan Pembidangan dalam Dinas ini memiliki dua masalah: Pertama, tidak memperhatikan keterkaitan luas wilayah, jumlah penduduk dan
kompleksitas permasalahan. Kedua, semangat desentralisasi politik melalui otonomi organisasi internal tidak dapat diwujudkan.
Dalam prakteknya hal ini akan menimbulkan sejumlah konflik, terutama berkaitan dengan rasionalisasi struktur jabatan Dinas yang harus dihapus. Problem riil
rasionalisasi ini terjadi, jika pejabat dan pegawai yang kehilangan struktur jabatan atau pekerjaan tidak dapat ditempatkan kembali di dalam struktur yang baru. Ini dapat
menjadi sumber konflik baru dalam masyarakat. Selain kelemahan tersebut diatas, Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2003
juga tidak memuat ketentuan yang jelas tentang perbedaan antara Dinas dan LPTD Badan dan Kantor. Pasal 6 dan pasal 10 hanya menetapkan bahwa Lembaga Teknis
Daerah merupakan unsur pelaksana tugas tertentu, dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur untuk propinsi dan Bupati
untuk Kabupaten dan Walikota untuk Kota. Dengan demikian LPTD melaksanakan kewenangan sisa yang tidak dilaksanakan oleh Dinas. Perbedaan antara Dinas dan
LPTD dapat dilihat dari jumlah maksimal bidang yang dapat dimiliki. Jika Dinas terdiri dari maksimal 4 bidang, maka Badan terdiri maksimal 3 bidang.
Kriteria yang digunakan untuk menetapkan apakah sebuah dinasbadan dapat dibentuk, atau hanya cukup berbentuk kantor sangat bersifat statistik-mekanistik dan
Universitas Sumatera Utara
tidak dijelaskan secara rinci. Statistik-kekanistik dalam pengertian bahwa kriteria yang digunakan sangat bersifat kuantitatif ketimbang kualitatif, dengan formula: 1 kurang
dari, 2 rentang a sampai z dan, 3 lebih dari jumlah tertentu. Dalam beberapa hal kategori pilihan juga tidak dapat mencerminkan kondisi sesungguhnya. Indikator
pertanian misalnya, memberikan klasifikasi populasi ternak menurut jenis: Ternak besar, ternak kecil, unggas dan aneka ternak. Apa yang dapat dicerminkan dalam
klasifikasi tersebut tidak dijelaskan dalam peraturan pemerintah tersebut. Bahkan klasifikasi ternak berdasarkan jenis ini bahkan tidak dapat dijadikan sebagai indikator
untuk menetapkan perlu tidaknya sebuah dinas pertanian. Di lain pihak, dalam penetapan jumlah bidang, bagian, sub bagian dan seksi
tidak disebutkan kriteria yang dapat digunakan. Jumlah maksimal pembidangan dalam Dinas dan LPTD mengabaikan prinsip-prinsip koordinasi dan beban kerja dalam suatu
organisasi. Bagaimana mungkin beban kewenangan pendidikan atau kesehatan dapat disamakan dengan kewenangan bidang lingkungan dan kesejahteraan sosial. Karena itu,
penetapan jumlah dinas dan pembidangan dalam dinasLPTD yang seragam dapat menganggu kinerja pemerintah daerah dalam pencapaian tujuan.
Rasionalisasi jumlah Dinas dan LPTD dengan demikian menjadi tujuan terpenting Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2003. Dalam lini terdepan, proses
rasionalisasi dan restrukturisasi ini harus memiliki grand guideline yang dapat memberikan arahan bagi tercapainya tujuan otonomi organisasi.
Penyusunan organisasi perangkat pemerintah daerah yang demikian harus berorientasi pada struktur satuan kerja suatu tugas. Jumlah dan besarnya sebuah dinas
harus dibangun untuk menghindari biaya koordinasi yang tinggi. Proses kerja harus diintegrasikan dan dikoordinasikan sedemikian rupa, sehingga jumlah dan besaran unit
Universitas Sumatera Utara
organisasi dapat dapat diminimalisasi. Organisasi perangkat dengan demikian menyesuaikan beban tugas yang harus diselesaikan.
Penetapan tujuan penyelenggaran suatu tugas dalam satu kewenangan merupakan dasar yang sangat menentukan pembentukan organisasi perangkat. Sebuah
tujuan harus bersifat operasional, dalam pengertian harus diformulasikan secara jelas dan dapat memberikan dasar bagi pelaksanaan dan penilaiannya. Dengan ditetapkannya
tujuan, pemerintah daerah dapat membuat urutan dan prioritas tugas yang harus dilaksanakan, dan tugas mana yang dapat diabaikan untuk dilaksanakan.
Mengenai siapa yang akan melaksanakan tugas pelayanan dan pemerintahan, perlu koordinasi tidak saja internal dinas, tetapi juga antar dinas. Hal ini untuk
menghindari duplikasi struktur dalam dan antar dinas dan juga meningkatkan koordinasi dalam dan antar dinas. Suatu tugas pelayanan dan pemerintahan tidak harus
dilaksanakan oleh instansi pemerintah, tetapi juga dapat dilaksanakan secara lebih menguntungkan oleh sektor privat.
Parameter organisasi dalam pembentukan perangkat pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2003 lebih berorientasi pada
struktur hierarki misalnya jumlah bidang ketimbang berorientasi pada proses dan output kerja. Seharusnya pembentukan perangkat pemerintah daerah harus
dititikberatkan pada prinsip, sejauh mana seorang individu anggota masyarakat dapat dilayani secara cepat oleh seorang pegawai. Organisasi perangkat bukanlah tujuan suatu
tugas itu sendiri, melainkan hanya satu instrumen dan alat bantu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Organisasi perangkat daerah yang berbasis kepada tujuan tugas dan proses kerja harus berdasarkan pada analisis tugas yang akan dilaksanakan. Dalam hal ini tugas-
Universitas Sumatera Utara
tugas yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah dapat dibagi atas: Tugas-tugas yang berbasis lini, tugas staf, tugas yang berbasis kelompok kerja, tugas yang bersifat khusus,
dan tugas-tugas organisasi yang berbasis projek. Bidang atau Pembidangan pada dasarnya merupakan pengelompokan
tugasfungsi. Sub bidang hanya dapat dibuat, jika tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh satu bidang menuntut pembuatan sub bidang, dan jika pengelompokan tugas yang
homogen dalam satu bidang sangat dibutuhkan. Untuk tugas-tugas yang secara isi membutuhkan tingkat perencanaan, koordinasi
dan pengarahan antar bidang yang tinggi, dapat dibentuk kelompok kerja. Dengan demikian, kelompok kerja dibuat untuk melaksanakan tugas antar bidang dan antar sub
bidang. Ketua dan anggota proyek masing-masing memiliki lingkaran kerja yang harus dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan. Tugas pokok masing-masing anggota sesuai
dengan tugas pokok bidang bersangkutan. Ketua proyek melaksanakan tugas tambahan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan. Kelompok kerja ini dibentuk untuk tugas yang
terus-menerus permanen seperti halnya sebuah bidang. Berbeda dengan tugas kelompok kerja, dalam tugas organisasi yang berbasis proyek, tugas-tugas dilaksanakan
dalam waktu dan keahlian yang terbatas. Tugas ini melibatkan banyak bidang, harus diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan dan melibatkan banyak bidang dalam
sebuah organisasi dinas.
G. Gambaran Umum Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah