Sum ber Data Meto do lo gi Pen elitian

xlvii sehingga memunculkan keragaman hukum, dalam arti hukum tidak harus sama dalam setiap tempat, hukum tersebut mencerminkan realitas kehidupan masyarakat, dan pada akhirnya hukum itu dapat selaras dengan tuntutan perubahan, tidak kaku, namun fleksibel.

G. Meto do lo gi Pen elitian

Untuk melakukan penelitian ini, digunakan sumber data, metode yang relevan. Selain itu, agar tidak bias, sehingga fokus, dibuat definisi operasional untuk memperjelas judul dan maksud yang diangkat dalam penelitian.

1. Sum ber Data

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan library research , data-data yang digunakan berasal dari sumber data kepustakaan. Sumber data kepustakaan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua macam: sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yang digunakan adalah karya-karya: al-Ghazâlî, al-Mustasfâ m in` Ilm al-Usûl ; 64 al-Râzî, al-Mahsûl fî` Ilm al-Usûl al-Fiqh; 65 al-Qarâfî, Nafâ’is al-Usûl fî Sy arh al-Mahsûl ; 66 al-Tûfî, Sy arh al-Arba` în, dalam apendiks Mustafâ Zaid, al-Maslahah fî Tasyrî` al-Islâm î w a Najm al-Dîn 64 Dari kitab ini diperoleh konsep al-m aslahah al-Ghazâlî. al-Maslahah diartikannya sebagai perlindungan al-kullliyah al-kham sah al-m uhâfazah ` alâ m aqsûd al-syar` . Maslahah digolongkannya kepada dalil yang tidak mandiri, dan diklasifikasikan menjadi tiga: m u` tabarah, m ulghah dan m ursalah, berikut contoh-contohnya. 65 Dari kitab ini diperoleh konsep al-m aslahah al-Râzî, yang mirip dengan konsep al- m aslahah al-Ghazâlî, meskipun ada beberapa perbedaan dalam detail-detailnya. 66 Syihâb al-Dîn Ahmad ibn Idrîs al-Qarâfî, Nafâ’is al-Usûl fî Sy arh al-Mahsûl, Beirut: Dâr al-Kutub al-` Ilmiyyah, 20 0 0 , 4 J ilid. Dari karya ini diperoleh konsep al-m aslahah al-Qarâfî yang tampak adanya perbedaan dengan model al-Ghazâî al-Râzî. Ada sesuatu, yang dikategorikan oleh keduanya sebagai m aslahah m ulghah, namun menurut al-Qarâfî, bukan m ulghah. Meskipun demikian, pada umumnya, konsep ketiganya mirip, karena al-Qarâfî mengembangkan dan menggabungkan konsep m aslahah al-Ghazâlî dan al-Râzî. xlviii al-Tûfî; dan Sy arh Mukhtasar al-Raudah; 67 al-Syâtibî, al-Muw âfaqât Fî Usûl al-Syarî` ah ; 68 Khallâf, ` Ilm Usûl al-Fiqh, dan Masâdir al-Tasy rî` al-Islâm î Fî Mâ Lâ Nass Fîh ; 69 al-Bûtî, Daw âbit al-Maslahah; 70 Taha, al- Risâlah al-Tsâniy y ah m in al-Islâm ; 71 Syahrûr, Nahw a Usûl Jadîdah li al- Fiqh al-Islâm î , dan al-Kitâb w a al-Qur’ân: Qirâ’ah Mu` âsirah; 72 Mas’udi, ”Meletakkan Kembali Maslahah sebagai Acuan Sy arî` ah”, dalam ` Ulûm al-Qur’ân No. 3 Vo. VI, 1995; 73 J amâl al-Dîn ` Atiyyah, Nahw a Taf` îl Maqâsid al-Sy arî` ah ; 74 UDHR, 75 dan The Cairo Declaration on Human Rights in Islâm CDHRI. 76 Adapun sumber sekunder secondary sources yang digunakan adalah karya-karya: Opwis, Maslahah in Contem porary Islam ic Legal Theory; 77 Hallaq, A History of Islam ic Legal Theories: an Introduction to Sunnî Usûl 67 Dari kedua buku al-Tûfî ini diperoleh konsep al-m aslahahnya al-Tûfî. Dalam kitab Sy arh Mukhtasar al-Raudah , misalnya, al-Tûfî tidak mengklasifikasikan m aslahah menjadi tiga macam m u` tabarah, m ulghah dan m ursalah, tetapi ia menempatkan m aslahah itu sebagai m aslahah m ujarradah. al-Tûfî, Sy arh Mukhtasar al-Raudah, h. 314. 68 Dari kitab ini diperoleh konsep al-m aslahah menurut al-Syâtibî yang dijabarkan ke dalam teori m aqâsid al-Sy arî` ah. 69 Dari buku ini diperoleh pandangan Khallâf, bahwa ijtihâd tidak berlaku dalam wilayah yang ada teks hukumnya. 70 Dari kitab ini diperoleh model al-m aslahah al-Bûtî, yang lebih mengukuhkan model m aslahah al-Ghazâlî al-Râzî. 71 Dari kitab ini diperoleh model m aslahah Taha yang dikemas dalam teori naskhnya yang menempatkan ayat-ayat Makkiyyah, berisi prinsip-prinsip Islam seperti keadilan, kesetaraan, dan kemerdekaan, sebagai bentuk kemaslahatan yang bersifat kekal, menggantikan ayat-ayat Madaniyyah yang bersifat temporer. 72 Dari kitab ini diperoleh data tentang Teori Batas nazariy y at al-hudûd yang menghasilkan pandangan, seperti, bahwa bagian waris untuk anak perempuan bisa sebanding dengan anak laki-laki. 73 Dari sumber ini diperoleh pemikiran Masdar tentang m aslahah yang menjadi asas ijtihâd . 74 Dari kitab ini diperoleh berbagai pandangan ulama tentang m aqâsid al-Sy arî` ah, dan formulasinya oleh ` Atiyyah, menjadi empat segmen, yaitu segmen personal m ajâl al-fard, segmen keluarga m ajâl al-usrah, segmen umat m ajâl al-um m ah, dan segmen kemanusiaan m ajâl al-insân . Lihat ` Atiyyah, Nahw a Taf` îl, h. 183-184. 75 Dari sumber ini diperoleh data HAM Internasional. 76 Dari sumber ini diperoleh data tentang Deklarasi HAM dalam Islam. 77 Dari tulisan ini diperoleh konsep al-Maslahah merurut para ulama klasik, dan para pemikir kontemporer, yang dapat diklasifikasikan menjadi empat model, yaitu model al- Ghazâlî al-Râzî, model al-Qarâfî, model al-Tûfî, dan model al-Syâtibî. Bahwa di antara para pemikir kontemporer ada yang cenderung dan mendukung konsep al-m aslahah al-Ghazâli al- Râzî, dan ada yang mendukung konsep al-m aslahah al-Syâtibî. xlix al-Fiqh ; 78 Mas` ûd, Islam ic Legal Philosophy : a Study of Abû Ishâq al- Sy âtibî’s Life and Thought ; 79 J amâl al-Bannâ, Nahw a Fiqh Jadîd; 80 Ahmad al-Raisûnî dan Muhammad J amâl Bârût, al-Ijtihâd: al-Nass, al- W âqi` , al-Maslahah ; 81 Baderin, International Hum an Rights and Islam ic Law , 82 Louay Safi, The Foundation of Know ledge: a Com parative Study in Islam ic and W estern Methods of Inquiry ; 83 dan Kamâlî, Principles of Islam ic Jurisprudence . 84 2 . Meto de Pen elitian Untuk mendapatkan gambaran secara utuh konsep al-m aslahah dalam teori hukum Islam klasik maupun kontemporer digunakan m etode deskriptif , yakni memberikan gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fenomena atau hubungan antar fenomena yang diselidiki, 85 --dalam konteks ini konsep al-m aslahah tersebut. Kemudian untuk menganalisa al-m aslahah ter-sebut digunakan metode pendekatan content analy sis analisis isi. Model analisis data isi ini adalah metode perbandingan tetap constant com parative m ethod, yaitu 78 Dari sumber ini diperoleh beragam informasi mengenai metode-metode hukum Islam, juga metode atau pendekatan alternatif yang diusulkan para pemikir kontemporer, seperti Rahman, Syahrûr, Muhammad al-` Asymâwî, dan Hasan Turâbî. 79 Dari buku ini diperoleh informasi filsafat hukum al-Syâtibî. 80 Dari kitab ini diperoleh pandangan al-Bannâ yang sangat kontras dengan pandangan mayoritas ulama, misalnya ia tidak menggolongkan hifz al-dîn ke dalam klasifikasi m aqâsid al- Sy arî` ah , karena konsistensi dengan pembagian bidang Islam ke dalam bidang ` aqîdah im âniy y ah dan sy ar` iy y ah ahkâm iy y ah yang masing-masing mempunyai karakteristik dan kolaborasinya tersendiri. Lihat J amâl al-Bannâ, Nahw a Fiqh Jadîd Kairo: Dâr al-Fikr al-Islâmi, t.t., h. 78-79. 81 Dari buku ini diperoleh informasi bahwa ijtihad fiqih yang benar al-ijtihâd al-fiqh al- haqq adalah fiqh yang berinteraksi dengan realitas sosial, yakni saling take and give antara keduanya fiqh dan realitas. Ahmad al-Raisûnî, dan Muhammad J amâl Bârût, Al-Ijtihâd: al-Nass, al-W âqi` , al-Maslahah , Sûriyyah: Dâr al-Fikr, 20 0 2, h. 62. 82 Dari buku ini diperoleh kajian tentang HAM Internasional, terutama dilihat dari perspektif hukum Islam. 83 Dari buku ini diperoleh komparasi tentang metode-metode hukum Islam dan hukum Barat, dan sebuah tawaran alternatif ke arah metode yang terpadu. 84 Dari buku ini diperoleh informasi, seperti klasifikasi ijtihâd, dan bisa dijadikan bahan untuk melakukan pengkajian terhadap metodologi ijtihâd konvensional. 85 Tentang pengertian deskriptif lihat dalam Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agam a , Bandung, Remaja Rosdakarya, 20 0 1, h. 137. l memperbandingkan satu datum dengan datum yang lain, dan kemudian secara tetap membandingkan kategori dengan kategori lainnya. 86 Dalam hal ini, konsep al-m aslahah para ulama pemikir diperbandingkan dengan melihat isi dan kategorisas-nya. Pendekatan hermeneutika, yakni teori atau seni untuk memahami teks-teks, 87 dalam hal ini teks-teks terkait dengan al-m aslahah di atas, juga digunakan untuk m em pertajam analisis tersebut, untuk melihat relevansi tidaknya dengan konteks kekinian. Karena penelitian ini bersifat rekonstruktif-interpretatif, maka untuk upaya mereformulasi al-m aslahah, digunakanlah metode ilmiah, khususnya filsafat, termasuk Filsafat Hukum Islam. 88 Dalam hal ini, filsafat lebih menekankan penampilan argumentasi penalaran keilmuan yang memaparkan hasil kajian pustaka dan hasil olah pikir peneliti mengenai suatu masalah topik kajian, dalam penelitian ini tentang m aslahah , m aqasid al-Sy arî` ah, dan pemikiran hukum Islam. Pendekatan filsafat ini dipilih karena ia mampu mengemukakan agumentasi dalam menangani pertanyaan-pertanyaan secara ketat, konsepsional, metodis, koheren, sistematis, 89 mendasar radikal, 90 86 Lihat Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 287-288. 87 Hermeneutika adalah sebuah teori mengenai cara kerja pemahaman dalam kaitannya dengan penafsiran terhadap teks-teks, dalam the theory of the operations of understanding in their relation to the interpretation of texs . Paul Ricoeur, Herm eneutics the Hum an Sciencis, penerjemah dan editor, J ohn B. Thomson. Melbourne: Cambridge University Press, 1990 , h. 43. 88 Filsafat Hukum Islam adalah filsafat yang menganalisis hukum Islam secara metodis dan sistematis sehingga mendapatkan keterangan yang mendasar, atau menganalisis hukum Islam secara ilmiah dengan filsafat sebagai alatnya. Lebih lengkapnya adalah suatu pemikiran atau pengetahuan tentang hakikat, rahasia, dan tujuan hukum Islam, baik yang menyangkut materinya maupun proses penetapannya, atau filsafat yang digunakan untuk memancarkan, menguatkan, dan memelihara hukum Islam, sehingga sesuai dengan maksud dan tujuan Allah menetapkannya di bumi, yaitu untuk kesejahteraan umat manusia seluruhnya. Lihat Djamil, Filsafat Hukum Islam , h. 14. 89 Sistematis di sini artinya pertanyaan yang dicapai melalui berpikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggungjawab dan saling- hubungan yang teratur. Gazalba, Sistem atika Filsafat: Buku Pertam a Pengantar Kepada Dunia Filsafat , cet. ke-6 J akarta: Bulan Bintang, 1992, h. 27. 90 Radikal berasal dari radix bahasa Yunani, artinya akar. Maksudnya, sampai ke akar- akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai pada konsekuensi yang terakhir. Dengan demikian, mendasar di sini, berati tidak separuh-separuh, tidak berhenti di jalan, tapi terus sampai ke li universal dan komprehensif, rasional, serta obyektif atau bertanggung jawab. 91 Pendekatan sosiologi 92 hukum, yakni suatu ilmu pengetahuan yang secara teoritis analitis dan empiris menyoroti pengaruh gejala sosial lain terhadap hukum, dan sebaliknya, 93 juga digunakan untuk melengkapi implementasi reformulasi al-m aslahah dalam kasus-kasus hukum. Digunakannya pendekatan sosiologi hukum ini karena beberapa kegunaan yang memberikan kemampuan-kemampuan untuk: 1 pemahaman terhadap hukum di dalam konteks sosial, 2 mengadakan analisis terhadap efektivitas hukum dalam masyarakat, baik sebagai sarana pengendalian sosial, sarana untuk mengubah masyarakat, dan sarana untuk mengatur interaksi agar mencapai keadaan-keadaan sosial tertentu, dan 3 mengadakan evaluasi terhadap efektivitas hukum di dalam masyarakat. 94 Dalam konteks inilah, perubahan hukum yang terjadi dalam suatu masyarakat dapat dilihat secara sosiologis. 3 . Defin isi Operasio n al ”Reformulasi al-m aslahah” yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perumusan ulang terhadap konsep al-m aslahah para ulama klasik dan pemikir kontemporer, sehingga menghasilkan sebuah formulasi baru ujungnya. Tidak ada yang tabu, tidak ada yang suci, tidak ada yang terlarang bagi berpikir yang radikal ini. Gazalba, Sistem atika Filsafat, h. 4, dan 27. 91 Lihat Djamil, Filsafat, h. 14-15. 92 Sosiologi dapat didefinisikan secara luas dan secara sempit. Secara luas sosiologi didefinisikan sebagai ilmu tentang masyarakat dan gejala-gejala mengenai masyarakat. Sedangkan secara sempit sosiologi didefinisikan sebagai ilmu tentang perilaku sosial ditinjau dari kecenderungan individu dengan individu lain dengan memperhatikan simbol-simbol interaksi. Syamsuddin Abdullah, Agam a dan Masy arakat: Pendekatan Sosiologi Agam a, J akarta, Logos, 1997, h. 13. 93 Lihat Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum , edisi ke-16 J akarta: Rajawali Press, 20 0 6, h. 25. 94 Lihat Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum , h. 25-27. lii al-m aslahah . Formulasi baru al-m aslahah ini dinamakan dengan al- Maslahah al-Maqsûdah ةدﻮ ا ﺔ ا. ”al-Maslahah” yang direformulasi di atas adalah al-m aslahah sebagai sebuah tujuan Sy arî` ah dan al-m aslahah sebagai metode penarikan hukum Islam, yang dirumuskan dalam karya tulis ulama tradisional abad pertengahan Islam the ”m iddle period”, yakni dari tahun 945-150 3 M., dan karya tulis pemikir masa kontemporer, yakni abad XIV H. XX M. 95 ”Relevansi” yang dimaksud adalah kesesuaian formulasi baru al- m aslahah tersebut bagi pengembangan pemikiran hukum Islam kontemporer. Sedangkan ”implementasi” yang dimaksud adalah penerapan formulasi baru al-m aslahah itu dalam pengembangan pemikiran hukum Islam kontemporer. Adapun yang dimaksud ”pemikiran hukum Islam kontemporer” adalah pemikiran hukum Islam pada masa awal abad ke-20 M. hingga sekarang, yang dibatasi pada model ”utilitarianisme religius” religious utilitarianism dan ”liberalisme religius” religious liberalism . Sedangkan yang dimaksud hukum Islam itu sendiri adalah ketentuan Syâri` Allah s.w.t yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w., baik yang bersifat tekstual eksplisit, m ansûsah maupun substansial implisit, ghair m ansûsah , yang dihasilkan melalui jalan istinbât atau ijtihâd. H . Sistem atika Pen ulisan 95 Yang dimaksud para pemikir hukum Islam kontemporer di sini adalah para pemikir hukum Islam generasi kedua setelah para reformis awal J amâl al-Dîn al-Qâsimî [1865-1935 M.], Muhammad ` Abduh [w. 190 5 M.], dan Muhammad Râsyid Ridâ [1865-1935 M.]. Mereka antara lain: Khallâf 130 5-1375 1888-1956 asal Mesir, al-Bûtî l. 1347-1348 1929 asal Syiria, dan Taha 1327 atau 1329-140 5 H. 190 9 atau 1911-1985 M. asal Sudan, dan Masdar F. Mas’udi l. 1945-… asal Indonesia. liii Sistematika penulisan penelitian ini dikelompokkan menjadi lima bab. Bab I berisi pendahuluan, terdiri atas: latar belakang masalah; permasalahan yang memuat identifikasi, pembatasan, dan perumusan masalah; tujuan penelitian, signifikansi penelitian; kajian pustaka; metodologi penelitian; dan sistematika penulisan. Urutan penempatan demikian karena latar belakang merupakan dasar pijakan pertama dalam penelitian ini, karena memuat alasan mengapa tema penelitian ini dipilih dan dan layak dibahas. Selanjutnya permasalahan yang terdapat dalam latar belakang masalah diidentifikasi lebih lanjut, diberikan pembatasan, dan dirumuskan, agar menghasilkan penelitian yang terfokus, maksimal, dan tepat sasaran. Adapun tujuan penelitian dimaksudkan agar penelitian ini tidak melenceng dari rumusan masalah sehingga memperoleh jawaban terhadap permasalahan dimaksud. Manfaat penelitian dimaksudkan agar penelitian ini berguna baik secara teoritis dan praktis. Secara teoritis untuk pengembangan pemikiran hukum Islam kontemporer. Secara praktis dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan. Kajian pustaka dimaksudkan agar menjadi kerangka konseptual teori bagi penelitian ini. Metodologi penelitian dimaksudkan untuk mengarahkan penelitian ini berdasarkan sumber data, dan metode penelitian yang dipilih. Terakhir, sistematika penulisan dimaksudkan agar pembahasan dalam penelitian ini saling berkaitan sinergis. Bab II akan membicarakan tentang reformulasi al-m aslahah dalam konteks dinamika perkembangan pemikiran hukum Islam kontemporer. Bab ini meliputi sub bahasan perkembangan pemikiran hukum Islam kontemporer, yang meliputi model utilitarianisme religius, dan model liberalisme religius; dan al- Maslahah al-Maqsûdah : model reformulasi al-m aslahah yang meliputi bahasan konsep al-m aslahah dalam teori pemikiran hukum Islam klasik dan kontemporer, dan al-Maslahah al-Maqsûdah sebagai metode ijtihâd alternatif. Bab ini dimaksudkan untuk mendapatkan kerangka teori konseptual yang lebih jelas mengenai tema yang dimaksud bagi upaya reformulasi al-Maslahah. liv Bab III berupaya untuk memaparkan relevansi al-Maslahah al- Maqsûdah dengan m aqâsid al-Syarî` ah dan HAM. Di sini dipaparkan makna dan pengembangan m aqâsid al-Sy arî` ah, dan relevansi m aqâsid al-Sy arî` ah sebagai paradigma al-Maslahah al-Maqsûdah, serta makna HAM, dan HAM sebagai acuan al-Maslahah al-Maqsûdah. Bab ini menunjukkan bahwa al- Maslahah al-Maqsûdah perlu dijadikan sebagai metode ijtihâd alternatif kontemporer karena relevansinya dengan m aqâsid al-Syarî` ah dan HAM. Bab IV membahas implementasi metode al-Maslahah al-Maqsûdah bagi pengembangan pemikiran hukum Islam kontemporer. Implementasi al- Maslahah al-Maqsûdah ini meliputi bidang hukum ibadah, hukum perdata, dan hukum pidana. Bidang Hukum Ibadah meliputi bahasan zakat include dalam pajak, zakat perusahaan, dan zakat hasil perkebunan. Bidang Hukum Perdata meliputi perkawinan beda agama PBA, dan waris beda agama WBA. Bidang Hukum Pidana meliputi kajian eksekusi potong tangan bagi koruptor, dan eksekusi mati bagi pidana terorisme, dan narkotika. Bab ini sangat penting sebagai kelanjutan dari bab tiga sebelumnya. Dalam bab ini akan dihasilkan bentuk dan implementasi teoritis dan praksis dari al-Maslahah al-Maqsûdah, dalam konteks pengembangan pemikiran hukum Islam kontemporer, sehingga mendukung alasan perlunya al-Maslahah al-Maqsûdah dijadikan sebagai metode alternatif ijtihâd kontemporer. Bab V merupakan penutup penelitian ini, yang secara khusus berisi kesimpulan berupa jawaban-jawaban terhadap masalah yang menjadi fokus penelitian ini. Di samping juga memuat implikasi dari kajian yang dilakukan ini bagi perkembangan pemikiran hukum Islam kontemporer maupun aplikasinya dalam konteks kekinian. Selain itu juga memuat rekomendasi atau saran-saran yang dianggap penting terkait dengan penelitian ini. lv

BAB II REFORMU LASI AL-M ASLAH AH DALAM KON TEKS D IN AMIKA

PERKEMBAN GAN PEMIKIRAN H UKUM ISLAM KON TEMPORER

C. Dinam ika Perkem bangan Pem ikiran Hukum Islam Kontem porer

Pemikiran hukum Islam mengalami dinamika perkembangan yang signifikan dari masa ke masa. David J ohnston dalam penelitiannya, sebagaimana telah disebutkan dalam bab terdahulu, mengatakan bahwa kajian hukum Islam pada abad ke-20 beralih dari alur pendekatan tekstual literal kepada pendekatan m aqâsid al-Sy arî` ah 96 atau substansial-kontekstual. Kajian terhadap m aqâsid al-Sy arî` ah sebagai kajian dan tema tersendiri m âddah m ustaqillah , tidak dicampurkan dengan kajian-kajian lainnya, dalam sejarah ilmu-ilmu keislaman, menurut al-Raisûnî, 97 dilakukan oleh Muhammad al-Tâhir ibn ` Âsyûr yang kemudian ditulis dalam kitabnya ﺔ ا ﺔ ﺮ ا ﺪ ﺎ . 98 Kemudian 96 David J ohnston, ”A Turn in the Epistemology and Hermeneutics of Tweentieth Century Usûl al-Fiqh”, dalam Islam ic Law and Society, 11, 2 Leiden: Koninklijke Brill NV, 2004, h. 233-235. 97 Lihat Ahmad al-Raisünî, ”Tasdîr Pengantar”, dalam ` Abd al-Rahmân Ibrâhîm al- Kailânî, Qaw â` id al-Maqâsid ` inda al-Im âm al-Sy âtibî: ` Ard-an w a Dirâsah Damaskus: Dâr al- Fikr dan al-Ma` had al-` Âlamî li al-Fikr al-Islâmî, 20 0 0 , h. 7. 98 Dalam sejarah, sebagaimana tampak dari berbagai literatur, sebelum lahirnya siste- matisir teori tentang m aqâsid Sy arî` ah dalam menetapkan hukum Islam, telah ada metode yang bercorak deduktif-teologis yang dirumuskan al-Syâfi` î, sebagaimana dalam kitabnya al-Risâlah meski di dalamnya juga ada metode istiqrâ` induksi, namun masih sangat terkungkung dalam teks dan lingustik, karena ia menggunakannya untuk menunjukkan sifat keumumam ` um ûm dan sifat khusus khusûs dari terma-terma hanya dapat ditentukan jika ia dikaji dalam suatu konteks linguistik khusus. Baru kemudian konsep al-Syâfi` î itu dielaborasikan oleh imam al- Haramain imam al-J uwainî dalam kitabnya al-Burhân dalam hubungannya dengan ` illat. Selanjutnya konsep al-J uwainî ini dielaborasikan lebih dalam lagi oleh muridnya, al-Ghazâlî dalam kitabnya al-Mustasfâ yang memberikan dua kontribusi pokoknya, yaitu: 1 memperkenalkan dan menegaskan penerapan metode induksi dalam kajian hukum Islam, di mana sebelumnya ijtihâd hukum lebih bersifat deduktif; dan 2 introdusir konsep tujuan hukum m aqâsid sy arî` ah yang salah satu tujuan hukum itu adalah m aslahah maslahat. Pengenalan konsep ini membuka peluang bagi pendekatan-pendekatan sosial social approaces terhadap hukum Islam. Kemudian gagasan-gagasan al-Ghazâli ini dikembangkan dan diartikulasikan secara lebih jelas oleh ` Izz al-Dîn ibn al-Salâm, seperti terlihat dalam kitabnya Qaw â` id al-Ahkâm , dengan konsepnya jalb al-m anâfi` w a daf` al-m afâsid. Selanjutnya --tataran-- konsep ini dikembangkan dan diartikulasikan lebih konkrit lagi oleh al-Syâtibî yang menawarkan pendekatan