D e fin is i a l-M a s la h a h a l-M a q s û d a h

clviii penemuan-penemuan baru yang dihasilkan melalui perkembangan dan kemajuan saintek sains dan teknologi. 283 Penggunaan metode al-m aslahah lebih diperioritaskan dalam membuat legislasi dan menjadi pijakannya, ketika seorang m ujtahid tidak menemukan aturan secara eksplisit dalam nass-nass, sebab ia harus segera menangani kebutuhan itu sehingga kebutuhan itu dapat terealisasi. Ini telah diteguhkan bahwa tujuan Tuhan God’s purpose dalam membentuk syari’at adalah untuk mengangkat kesejahteraan manusia m an’s w elfare dan untuk mencegah terjadinya korupsi atau penindasan di muka bumi. 284

b. D e fin is i a l-M a s la h a h a l-M a q s û d a h

Berdasarkan kerangka reformulasi al-m aslahah di atas, al- Maslahah al-Maqsûdah dapat didefinisikan dengan melihat dua hal: al-Maslahah al-Maqsûdah sebagai tujuan m aqsûd, dan al- Maslahah al-Maqsûdah sebagai metode m anhaj. Pengertian al-Maslahah al-Maqsûdah sebagai tujuan hukum adalah sesuatu yang selaras dengan m aqâsid al-Syarî` ah the objective of Islam ic law , khususnya yang dilandaskan pada rasionalitas terlebih lagi diback up didukung oleh naql teks agama. J adi tidak terbatas apakah itu m u` tabarah, m ulghah, ataukah m ursalah . Berdasarkan pengertian di atas, sebagai bandingan dari al- Maslahah al-Maqsûdah ada m aslahah ghairu m aqsûdah. Yang dimaksud dengan m aslahah ghairu m aqsûdah adalah sesuatu yang tidak selaras dengan m aqâsid al-Syarî` ah the objective of Islam ic law . Sebagai contoh m aslahah ghairu m aqsûdah adalah perbuatan zina atau free sex. Sungguhpun dalam zina terdapat m aslahah yang 283 Bandingkan dengan Abd. Salam Arief, Pem baruan Pem ikiran Hukum Islam Antara Fakta dan Realita: Kajian Pem ikiran Hukum Sy aikh Mahm ûd Sy altût Yogyakarta: LESFI, 20 0 3, h. 179. 284 Kamâli, Principles, h. 168. clix dirasakan pelakunya, dan oleh sebagian kalangan orang Barat dikatakan bukan perbuatan buruk, tetapi jelas-jelas ia bertentangan dengan salah satu prinsip Islam yang merupakan m aqâsid al-Syarî` ah berupa kehormatan diri al-karâm ah. Kehormatan atau kemuliaan diri dalam hubungan intim seseorang dengan lawan jenisnya dalam Islam dilakukan melalui lembaga nikah. Filosofi yang jelas dari lembaga atau pranata nikah yang merupakan manifestasi dari prinsip kehormatan atau kemuliaan diri adalah mengangkat derajat manusia yang membedakannya dengan derajat binatang hewan. Hewan tidak terkena taklîf, sehingga tidak ada lembaga nikah baginya. Adapun al-Maslahah al-Maqsûdah sebagai metode ijtihâd didefinisikan sebagai metode penggalian hukum m anhaj al-ijtihâd dengan penalaran yang menekankan pada m aqâsid al-Syarî` ah -- dengan tidak terikat pada kategori m u` tabarah, m ulghah maupun m ursalah . Artinya, bahwa bila terdapat m aslahah yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan tujuan-tujuan Syarî` ah, memenuhi kebutuhan atau realitas kehidupan manusia, baik itu disebutkan oleh nass untuk diraih, maupun disebutkan oleh nass untuk dihindari, maupun sama sekali tidak ada keterangan nass baik yang memerintahkan untuk diraih maupun yang melarang untuk dijauhi, maka itulah m aqâsid al-Sy arî` ah yang harus dijadikan pertimbangan, pijakan dan diterapkan dalam suatu interpretasi terhadap nass istidlâl maupun untuk memecahkan masalah hukum apapun tanpa melalui nass ijtihâd.

c. Ke ran gka Ope ras io n al