Tanggapan Masyarakat Tentang Pariwisata di Pulau Tidung

menggoyahkan batas etika dan moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat serta meremehkan peran agama dalam kehidupan umat manusia. Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi politik, sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber pertentangan di kalangan umat Islam sendiri. Begitu pula dengan Majelis Ulama Indonesia MUI Kepulauan Seribu. Organisasi para ulama di Kepulauan Seribu ini didirikan pada tanggal 25 Mei 2000 bertepatan dengan 13 Robiul Awal 1432 H di Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Organisasi ini terdiri dari para ulama, tokoh agama dan para ustadz yang ada di Kepulauan Seribu dan kantor kesekretariatannya beralamat di Jl. Masjid Nurul Huda RT 002002 Kelurahan Pulau Tidung Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Adapun yang melatarbelakangi didirikannya MUI di Kepulauan Seribu adalah sebagai wadah pembimbing dan pelayan umat Islam yang ada di Kepulauan Seribu sekaligus sebagai tempat curahan hati masyarakat mengenai persoalan-persoalan yang ada di Kepulauan Seribu khususnya persoalan keagamaan, karena melihat fenomena bahwa Pulau Seribu adalah salah satu daerah tujuan pariwisata yang ada di Jakarta. Tentu hal tersebut memungkinkan adanya pergeseran atau perubahan kehidupan masyarakat, mulai dari kehidupan sosial, ekonomi, budaya bahkan kehidupan keagamaan. Melihat hal tersebut di atas, kehadiran MUI sangat dibutuhkan sebagai sebuah organisasi kepemimpinan umat Islam yang bersifat kolektif dalam rangka mewujudkan silaturrahmi, demi terciptanya persatuan dan kesatuan serta kebersamaan umat Islam di Kepulauan Seribu. Sampai saat ini MUI Kepulauan Seribu di pimpin oleh H. Rahmat Syamsudin. Beliau memimpin selama 2 dua periode. Ini membuktikan bahwa beliau adalah sosok ulama yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

B. Visi, Misi, Tujuan, Orientasi dan Peran

1. Visi

Visi diartikan sebagai keputusan dan komitmen manajemen puncak terhadap posisi yang ingin dicapai oleh suatu organisasi pada satu waktu tertentu di masa depan. 99 Visi yang diusung oleh Majelis Ulama Indonesia MUI Kepulauan Seribu yaitu terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan yang baik, memperoleh ridho dan ampunan Allah SWT baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur menuju masyarakat yang berkualitas khaira ummah demi terwujudnya kejayaan Islam dan kaum muslimin izzul Islam wal-muslimin.

2. Misi

Misi adalah suatu pernyataan umum dan abadi tentang maksud organisasi. Misi suatu organisasi adalah maksud khas unik dan mendasar 99 Sondang Siagian, Manajemen Internasional, Jakarta : PT. BumiAksara, 2004, cet-1, h. 175. yang membedakan satu organisasi dari organisasi-organisasi yang lainnya. Misi merupakan perwujudan dasar filsafat para pembuat keputusan strategik organisasi. 100 Adapun Misi yang diusung oleh Majelis Ulama Indonesia MUI Kepulauan Seribu adalah sebagai Berikut: 1. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat secara efektif dengan menjadikan ulama sebagai panutan qudwah hasanah, sehingga mampu mengarahkan dan membina umat Islam di Kepulauan Seribu dalam menanamkan dan memupuk aqidah Islamiyah, serta menjalankan syariah Islamiyah; 2. Melaksanakan dakwah Islam, amar maruf nahi mungkar dalam mengembangkan akhlak karimah agar terwujud masyarakat berkualitas khaira ummah dalam berbagai aspek kehidupan; 3. Mengembangkan ukhuwah Islamiyah dan kebersamaan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam di Kepulauan Seribu.

3. Tujuan

Dalam perjalanannya, Majelis Ulama Indonesia MUI Kepulauan Seribu berusaha menjalankan peran dan fungsi dengan tujuan untuk memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam dalam mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah SWT dengan memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat, 100 Hani Handoko, Manajemen, Yogyakarta : BPFE, 2003, cet. ke-18, h. 108.