Upaya-upaya yang di Lakukan MUI Kepulauan Seribu

Kepulauan Seribu dalam rapatnya pada tanggal 17 Sya‟ban 1431 H bertepatan dengan tanggal 29 Juli 2010 M. Pada dasarnya menyewakan kapal laut untuk divingmenyelam dll hukumnya halal, tetapi bila tidak diatur sehingga terjadi percampuran antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimsuami isteri hukumnya haram. Apalagi melihat kenyataan bahwa pakaian menyelam itu sangat ketat sehingga menggambarkan lekuk-lekuk tubuh orang yang memakainya bahkan cenderung terbuka. Orang yang seperti inilah di antara yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW dalam hadis beliau yang berbunyi: يس ْ ع ْ ق رأ ْ ل ر َلا لْ أ ْ فْص َس ْي ع َلا ىَص َلا ل سر ل ق ء س س َلا ب برْ ي رق ْلا ْ أك ت ير ع ت يس ك ْس ا ر..... Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: Ada dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat. Pertama kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukuli manusia, dan wanita yang berpakaian tetapi telanjan g.”HR. Muslim Yang dimaksud wanita berpakaian tetapi telanjang adalah karena pakaian tipis tembus pandang atau bisa juga tebal tetapi ketat menggambarkan lekuk tubuh mereka. Sebab jika tidak dibuat aturan sedemikian rupa dikhawatirkan si penyewa kapal menjadi termasuk orang yang membantu dan memfasilitasi kemaksiatan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Fatwa ini dipublikasikan kepada travel-travel wisata yang ada di Pulau Tidung dan para pemilik kapal snorkelingdiving serta kepada masyarakat Pulau Tidung melalui surat dan lampiran fatwa. 6. Merespon realita yang ada di Pulau Tidung seperti para wisatwan yang berpakaian minim di daerah pemukiman, MUI Kepulauan Seribu membuat himbauan melalaui spanduk dan stiker yang di pasang di setiap penginapan dan home stay serta tempat-yempat strategis lainnya dengan bertuliskan “sebaiknya anda berpakaian sopan di wilayah pemukiman”. Upaya tersebut diharapkan mampu memberikan peringatan dan teguran kepada para wisatawan agar berpakaian yang sopan dan lebih menyesuai dengan lingkungan sekitar.

F. Hambatan-hambatan

Dalam melakukan ataua mengupayakan sesuatu pasti ada halangan atau hambatan yang menganggu berjalannya aktivitas atau kegiatan yang dilakukan. Seperti halnya MUI Kepulauan Seribu dalam melakukan upaya- upaya dalam rangka menanggulangi dampak pariwisata, diantaranya: 107 1. Kompleksitas persoalan yang ada di Pulau Tidung membuat MUI Kepulauan Seribu agak kesulitan melakukan sesuatu. Seperti persoalan lingkungan, masyarakat, kearifan lokal, keamanan, kebersihan dan lain lain. 107 Wawancara langsung dengan Bapak H. Rahmat Syamsudin, Ketua MUI Kepulauan Seribu, pada tanggal 30 September 2012 di Pulau Tidung 2. Sikap apatis masyarakat terhadap permasalahan yang di timbulkan oleh pariwisata membuat MUI Kepulauan Seribu kurang mendapat dukungan penuh dalam membuat fatwa. 3. Mulai lunturnya jiwa kesolidan masyarakat dan sikap materialistis membuat MUI Kepulauan Seribu agak kesulitan melakukan sesuatu karna semua diukur dan dinilai denga rupiah. 4. Minimnya koordinasi, komunikasi dan sinkronisasi antara MUI Kepulauan Seribu dengan Pemerintah setempat dalam hal ini adalah Lurah Pulau Tidung membuat MUI agak terbatas dalam melakukan dan merumuskan sesuatu.

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisis, penulis dapat menyimpulkan bahwa: 1. Dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya pariwisata terhadap aktivitas keagamaan di Pulau Tidung meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Sebelum adanya pariwisata Pulau Tidung terkenal dengan Pulau yang religius diantara pulau-pulau yang ada di Kepulauan Seribu, akan tetapi semenjak adanya pariwisata dan seiring berjalannya waktu predikat tersebut seakan pudar bahkan hilang. b. Aktivitas majelis taklim yang dilakukan kaum ibu setiap siang hari ba‟da zuhur mengalami pengurangan jamaa‟ah dikarnakan ibu-ibu yang biasa mengikuti majelis taklim kini menjadi juru masak atau catering untuk para wisatawan. Apalagi hal tersebut terjadi di hari sabtu dan minggu majelis taklim seakan sunyi dan hanya ada beberapa ibu- ibu. c. Bulan Ramadhan yang dianggap bulan penuh barokah dan fokus untuk ibadah kini hanya sekedar dalam ingatan saja karna pada bulan tersebut aktivitas wisata terus berlanjut sudah 5 tahun belakangan ini. Hal tersebut akan mengganggu masyarakat Pulau Tidung yang 100 muslim dalam melaksanakan ibadah puasa, seperti: para wisatwan yang berlalu lalang di daerah pemukiman dengan berpakaian serba mini akan berpotensi mengganggu ibadah puasa masyarakat, dan aktivitas makan siang yang dilakukan para wisatawan di luar rumah akan menggoda selera dan berpotensi membatalkan puasa, apalagi anak-anak. d. Pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha para wisatawan seakan tidak bisa bertoleransi dengan masyarakat yang seluruhnya muslim. Pada saat tersebut para wisatwan melakukan aktivitas wisata seperti snorkling, bersepeda dan lain-lain, bahkan hal tersebut bersepeda melalui jalur masjid. Hal tersebut tentu menggangu masyarakat yang sedang shalat Idul Fitri dan Idul Adha. e. Tidak sedikit pasangan yang bukan muhrim tinggal dalam home stay atau penginapan, tentunya hal ini tidak pantas dan tidak etis terjadi di Pulau yang berpenduduk muslim ini. Jikalau hal ini terus terjadi maka kemnungkinan ada hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. 2. Peranan atau upaya-upaya yang sudah dilakukan Majelis Ulama Indonesia MUI Kepulauan Seribu dalam menanggulangi dampak pariwisata di Pulau Tidung diantanya adalah: a. Membahas bathsul masail serta memfatwakan tentang hukum menyewakan penginapan yang dihuni oleh beberapa laki-laki dan perempuan yang belum menikah atau bukan muhrim dalam satu rumah. b. Membahas bathsul masail serta memfatwakan tentang hukum menyewakan kapal untuk snorkelingdiving.