C. Struktur Organisasi
Berdasarkan surat keputusan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta nomor: 013SKMUI-DKIXII2009. Susunan
pengurus MUI Kepulauan Seribu masa bhakti 2009-2014 adalah sebagai berikut:
103
PelindungPembina : Bupati Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu
Dewan Pertimbangan : 1. Wakil Bupati Kabupaten Adm.
Kepulauan Seribu 2. Sekretaris Kabupaten Adm. Kepulauan
Seribu 3. Asisten. Kesmas Kabupaten Adm.
Kepulauan Seribu 4. Kepala Sudin Sosial Kabupaten Adm.
Kepulauan Seribu 5. Kepala Kandepag. Kabupaten Adm.
Kepulauan Seribu
Dewan Pimpinan Ketua Umum
: Ustadz. H. Rahmat Syamsudin
Ketua I : Ustadz. H. Nurjali
Ketua II : Ustadz. Ali Ahmad
Ketua III : Ustadz. Khatib
103
Surat Keputusan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta Nomor 013SKMUI-DKIXII2009 Tentang Pengukuhan Pengurus MUI Kepulauan Seribu Masa
Bhakti 2009-2014
Ketua IV : Ustadz. Abdul Hakim, S.Ag
Sekretaris Umum : Drs. Mawardi
Sekretaris I : H. Asyuroh
Sekretaris II : Kamarudin, S.Pd
Sekretaris III : Rohmat, S.Ag
Sekretaris IV : Ustadz. Zamzami
Bendahara : Sumarno, M. Amin, S.Pd.I
Wakil Bendahara : H. Sadikin
Anggota : 1. Ustadz. A.A. Manaf
2. Baejuri 3. M. Ayub
4. H. Asmawi 5. Dra. Zakiyah
6. Fudholi 7. Maskur
8. Dra. Khadijah 10. Marhali
11. Mahfudz
D. Harapan Masyarakat Terhadap MUI Kepulauan Seribu
Majelis Ulama Indonesia MUI yang masyarakat Pulau Tidung mempunyai kompetensi dan kredibilitas serta mempunyai peran masyarakat
akan menjadi problem solver bagi permasalahan yang ada. Karna menurut
Gross. Masson dan A. W. Mc Eachern sebagaimana dikutip oleh David Barry mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan
pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.
104
Berikut ini adalah harapan-harapan masyarakat terhadap MUI:
1. Menjadi tempat curahat hati masyarakat terkait permasalahan yang ada
khususnya soal keagamaan. 2.
Mampu menjadi mediator kepada pihak pemerintah terkait keluhan masyarakat terkait persoalan keagamaan yang ada.
3. Menjadi problem solver dan pembimbing ditengah masyarakat yang
sedang mengalami era globalisasi dan perkembangan pariwisata.
105
E. Upaya-upaya yang di Lakukan MUI Kepulauan Seribu
Ada beberapa upaya yang dilakukan MUI Kepulauan Seribu dalam upaya untuk mencegah dampak pariwisata, diantaranya:
106
1. Melakukan ceramah dan sosialisasi ke majelis taklim-majelis taklim ibu-
ibu tentang peran majelis taklim di zaman global. MUI Kepulauan Seribu bekerja sama dengan pihak pemerintah Pulau Tidung. Harapannya adalah
agar kaum ibu selalu istoqomah menuntut ilmu meskipun dengan kondisi lingkungan yang sudah berubah dengan hiruk-pikuk aktivitas pariwisata.
104
N. Gross, W. S. Masson, and A. W. Mc Eachern. Exploritations In Role Analiysis, dalam David Barry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi,Cet. Ke-3, Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1995, h. 99.
105
Pernyataan langsung H. Dja‟far Arsy Tokoh Masyarakat Pulau Tidung, 12 Januari 2013 di Pulau Tidung.
106
Wawancara langsung dengan Bapak H. Rahmat Syamsudin, Ketua MUI Kepulauan Seribu, pada tanggal 30 September 2012 di Pulau Tidung
2. Memberikan rekomendasi kepada pihak pemerintah kelurahan Pulau
Tidung untuk memberhentikan sementara aktivitas pariwisata di Bulan Ramadhan, karna tidak sedikit masyarakat yang merasa ibadah puasanya
terganggu dan kurang khusu‟ karena di daerah pemukiman warga banyak mempertontonkan aktivitas-aktivitas yang berpotensi membatalkan pahala
puasa, seperti para wisatwan yang makan siang di luar rumah yang bisa menggoda orang yang berpuasa apalagi anak-anak dan berpakaian minim
di daerah pemukiman. 3.
Melakukan koordinasi dan berdiskusi dengan pemerintah dan masyarakat dalam rangka menghadapi hari raya Idul Fitri yaitu dengan membuat
peraturan bahwa aktivitas pariwisata dihentikan pada hari pertama Idul Fitri dari pukul 06.00-12.00 wib. Hal ini bertujuan agar masyarakat lebih
khusyu” dan khidmat dalam merayakan Idul Fitri. 4.
Melakukan bathsul masail serta memfatwakan tentang hukum menyewakan penginapan yang dihuni oleh beberapa laki-laki dan
perempuan yang belum menikah dalam satu rumah. Fatwa ini dikeluarkan oleh komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dalam rapatnya pada tanggal 17 Sya‟ban 1431 H bertepatan dengan tanggal 29 Juli 2010 M. Fatwa ini
dibuat karena melihat realita di Pulau Tidung yang semakin berkembang pariwisatanya dan semakin banyak pula penginapan yang disediakan untuk
para wisatawan yang belum jelas status perkawinannya. Dalam fatwa tersebut berisi bahwa Pada dasarnya sewa menyewa itu di halalkan asalkan