pakai saja agar mengurangi besarnya migrasi styrene dari wadah styrofoam ke dalam makanan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ismariny, Kepala Bidang Polimer
Rekayasa Pusat Teknologi Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT dalam Ariyanto 2009, penggunaan plastik dan styrofoam untuk makanan
atau minuman dengan suhu lebih dari 60ºC sebaiknya dihindari untuk mencegah terjadinya migrasi ke dalam makanan.
5.3.10. Pengetahuan Responden Tentang Kemampuan Styrofoam Sebagai
Pengemas Makanan Untuk Jenis Makanan
Dari hasil penelitian pada tabel 4.20. diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab styrofoam bisa digunakan untuk jenis makanan tertentu yaitu
sebanyak 77 orang 88,4, dan responden lain menjawab styrofoam bisa digunakan untuk semua jenis makanan dan tidak tahu masing-masing sebanyak 5 orang 5,8.
Hasil ini berbeda dengan penelitian Wahyu 2006 yang melakukan penelitian tentang pemilihan styrofoam untuk makanan jajanan. Wahyu 2006 memperlihatkan bahwa
sebagian besar pedagang sebagai responden menyatakan styrofoam dapat dipergunakan untuk semua jenis makanan. Peneliti berasumsi bahwa hasil penelitian
yang menunjukkan pengetahuan responden yang baik banyak dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh dari faktor eksternal dirinya seperti kelompok referensi,
keluarga, dan masyarakat umum.
5.3.11. Pengetahuan Responden Tentang Alasan Styrofoam Sebagai Kemasan
Makanan
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil penelitian pada tabel 4.21. diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab styrofoam praktis yaitu sebanyak 55 orang 63,3, sebagian
kecil responden menjawab styrofoam mampu menjaga suhu makanan dengan baik yaitu sebanyak 17 orang 19,5, dan yang lainnya menjawab styrofoam relatif tahan
bocor yaitu sebanyak 15 orang 17,2. Hasil ini sejalan dengan pernyataan Winda 2003 yang menyebutkan bahwa 78,2 pelajar menyatakan styrofoam merupakan
yang sederhana dan praktis sebagai makanan. Hasil ini diperkuat oleh penelitian Lubis 2005 yang menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat yang diteliti
sebagai responden menyatakan sering menggunakan styrofoam untuk mengemas makanan karena sifatnya yang praktis.
Peneliti menduga responden yang diteliti hanya mengetahui styrofoam dari tampilan luarnya saja, tanpa mengetahui dampak yang akan didapatkan dari
styrofoam tersebut. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan responden pada aspek
ini berada dalam kategori sedang, Peneliti berasumsi hal ini dikarenakan sebagian besar responden berasal dari mahasiswa semester dua dan empat yang belum
memahami sepenuhnya tentang styrofoam.
5.3.12. Pengetahuan Responden Tentang Dampak Lingkungan Dari Pemakaian Styrofoam