kesehatan dan dampak lingkungan dari penggunaan plastik dan styrofoam namun responden tetap menggunakan plastik dan styrofoam untuk mengemas makanan.
5.5.6. Tindakan Responden Menyarankan Pedagang Untuk Melapisi Styrofoam
Dari hasil penelitian tabel 4.31. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak menyarankan pedagang untuk melapisi styrofoam
yaitu sebanyak 57 orang 65,5 dan yang menyarankan pedagang untuk melapisi styrofoam
yaitu sebanyak 30 orang 34,5. Dari wawancara yang dilakukan Peneliti, ditemukan bahwa
responden tidak mempedulikan cara pengemasan dan penyajian makanan yang dilakukan oleh pedagang makanan, karena responden cenderung hanya memiliki
waktu yang sedikit ketika membeli makanan tersebut. Peneliti mendapati hanya sebagian kecil responden yang menyarankan
pedagang untuk melapisi kemasan styrofoam agar makanan yang dikemas di dalamnya tidak bersentuhan langsung. Sebagian kecil responden ini, jika
menggunakan kemasan styrofoam sebagai kemasan makanan, hanya akan menggunakannya untuk sekali pakai saja.
5.5.7. Tindakan Responden Sering Membeli Makanan Dengan Styrofoam
Dari hasil penelitian tabel 4.32. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak sering membeli makanan dengan styrofoam
yaitu sebanyak 71 orang 81,6 dan yang sering membeli makanan dengan styrofoam
yaitu sebanyak 16 orang 18,4. Peneliti mengamati tindakan responden yang dalam hal ini mengikuti faktor
eksternalnya yakni sahabat dalam membeli makanan dengan kemasan styrofoam. Hasil ini juga didasari pada jumlah uang jajan yang dimiliki oleh mahasiswa yang
lebih sering dipergunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan untuk keperluan
Universitas Sumatera Utara
fotocopy bahan perkuliahan dibandingkan membeli makanan jajanan yang disajikan
dalam styrofoam.
5.5.8. Tindakan Responden Mengkonsumsi Makanan Panas Yang Dikemas Pada
Styrofoam
Dari hasil penelitian tabel 4.33. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak mengkonsumsi makanan panas yang dikemas pada styrofoam
yaitu sebanyak 64 orang 73,6 dan yang mengkonsumsi makanan panas yang dikemas pada
styrofoam yaitu sebanyak 23 orang 26,4. Hasil ini sejalan dengan Surya 2006
yang memperlihatkan bahwa mahasiswa keperawatan tidak menggunakan makanan dari styrofoam selama berada di kawasan universitas sebagai bentuk kampanye
menyelamatkan lingkungan. Info POM 2008 menyebutkan agar menghindari penggunaan wadah
Styrofoam untuk pangan yang panas dengan suhu 60ºC dan penggunaan wadah
Styrofoam sebaiknya hanya digunakan untuk sekali pakai saja agar mengurangi
besarnya migrasi styrene dari wadah Styrofoam ke dalam makanan. Peneliti sendiri berasumsi responden mengetahui styrofoam dapat luruh dalam makanan yang
disajikan dalam keadaan panas sehingga mengurangi nilai estetika makanan dan mengurangi selera makan pada styrofoam yang sudah luruh.
5.5.9. Tindakan Responden Membuang Sampah Styrofoam