lingkungan keluarga sebagai lingkungan yang utama karena di lingkungan inilah seseorang pertama kali mendapatkan pendidikan dan bimbingan yang sebagian besar
dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga.
5.2.3. Media Informasi
Untuk aspek media informasi, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mendapatkan informasi tentang plastik dan styrofoam sebagai kemasan
makanan dari bahan perkuliahan yaitu sebanyak 63 orang 72,2 sedangkan sebagian kecil responden mendapatkan informasi tentang plastik dan styrofoam
sebagai kemasan makanan dari jurnal ilmiah yaitu sebanyak 31 orang 35,6. Hasil yang didapatkan ini tidak sejalan dengan penelitian Aristiana 2011
yang menyatakan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November ITS menggunakan fasilitas internet untuk memperluas pengalaman akademis melalui
akses informasi ke berbagai sumber informasi di internet dibanding dengan sumber informasi konvensional lainnya. Mahasiswa ITS menggunakan internet dengan cara
yang berbeda, seperti mengakses jurnal online, men-download file atau teks, layanan email, dan untuk mencari referensi terkait.
5.3. Pengetahuan Responden
5.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Defenisi Dari Plastik
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan kategori sedang tentang defenisi dari plastik. Berdasarkan tabel 4.9.
diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab 2-4 yaitu sebanyak 47 orang 54,1, sebagian kecil responden menjawab 2 yaitu sebanyak 40 orang 45,9,
dan tidak ada responden yang menjawab 4 dan tidak tahu 0 . Pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
responden tentang defenisi dari plastik tidak terlepas dari sumber informasi yang diperoleh responden baik dari kelompok referensi, keluarga, dan media informasi.
Menurut Rogers 1983 pengetahuan terjadi ketika seorang individu atau unit lain yang membuat keputusan dipengaruhi oleh keberadaan inovasi dan keuntungan
beberapa pemahaman tentang bagaimana fungsinya. Pendapat ini diperkuat oleh Notoatmodjo 2003 yang menyebutkan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang
sangat tergantung kepada informasi yang diterimanya. Faktor internal dan eksternal individu menajdi perhatian penuh dalam mengetahui dan memahami mengapa
seorang individu melakukan perilaku tertentu. Hal ini merupakan kesimpulan dari teori atribusi internal dan eksternal Heider
yang menyatakan bahwa perilaku responden dalam menggunakan dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan sangat dipengaruhi
oleh faktor internal yang ada di dalam diri responden yakni umur, jenis kelamin, suku, dan jumlah uang saku dan faktor eksternal yang ada di luar diri responden
yakni kelompok referensi, keluarga, dan media informasi.
5.3.2. Pengetahuan Responden Tentang Jenis Plastik
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden menjawab jenis plastik sebagai plastik mudah hancur atau tidak mudah hancur yaitu sebanyak
38 orang 43,7, sebagian kecil responden menjawab jenis plastik sebagai plastik polietilen derajat kerapatan tinggi atau rendah yaitu sebanyak 32 orang 36,8, dan
yang lainnya menjawab tidak tahu yaitu sebanyak 17 orang 19,5. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan responden tentang jenis plastik dalam kategori sedang.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menentukan jenis plastik yang baik untuk wadah atau kemasan makanan di pasaran diperkirakan banyak dijumpai bahan yang sebetulnya tidak
cocok dengan jenis makanan dan minuman yang dikemas. Setiap jenis makanan memiliki sifat yang perlu dilindungi, yang harus dapat ditanggulangi oleh jenis
plastik tertentu. Kesalahan material dapat mengakibatkan kerusakan bahan makanan dan minuman yang dikemas dan berbahaya bagi kesehatan dalam jagka panjang
Buckle, 1987. Dari pengamatan Peneliti, hal ini disebabkan sebagian besar responden adalah mahasiswa semester dua dan empat yang masih kurang
mendapatkan informasi mendalam tentang plastik itu sendiri.
5.3.3. Pengetahuan Responden Tentang Larangan Pemerintah Menggunakan Plastik Kresek Sebagai Pembungkus Makanan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden mengetahui larangan pemerintah menggunakan plastik kresek sebagai pembungkus makanan
yaitu sebanyak 49 orang 56,4, sebagian kecil responden menjawab tidak tahu larangan pemerintah menggunakan plastik kresek sebagai pembungkus makanan
yaitu sebanyak 15 orang 17,2, dan yang lainnya menjawab belum pernah mendengar larangan pemerintah menggunakan plastik kresek sebagai pembungkus
makanan yaitu sebanyak 23 orang 26,4 . Hasil ini menunjukkan responden memberikan perhatian pada kemasan
makanan yang mereka pakai dalam upaya menghindari resiko kesehatan. Hasil ini sejalan dengan pendapat Erliza dan Sutedja 1987 dalam Nurminah 2002 yang
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa harus mempunyai syarat-syarat yaitu tidak toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan,
kemudahan membuka dan menutup, kemudahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi, kemudahan pembuangan bekas, ukuran, bentuk, dan berat harus sesuai.
Pemerintah memberi perhatian terhadap arti penting dari pangan dan keamanan pangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996
tentang Pangan selanjutnya disingkat UUP. UUP secara khusus mengatur bahwa pangan yang digunakan konsumen harus dalam keadaan aman disebut dengan
keamanan pangan. Salah satu yang termasuk dalam keamanan pangan adalah
produksi pangan, pengemasan pangan dan pengedaran makanan. Hal ini sejalan
dengan peraturan yang dikeluarkan oleh BPOM RI yaitu Peringatan Publik tentang Kantong Plastik “Kresek” Nomor: KH.00.02.1.55.2890 dan Keterangan Pers tentang
Makanan “Styrofoam” Nomor: KH.00.02.1.55.2888.
5.3.4. Pengetahuan Responden Tentang Dampak Penggunaan Plastik Bagi Kesehatan