pisang adalah pembungkus makanan yang paling aman. Menurut Rahma, W. 2009 masing-masing jenis plastik mempunyai tingkat bahaya yang berbeda tergantung dari
bahan kimia penyusunnya, jenis makanan yang dibungkus asam, berlemak, lama kontak dan suhu makanan saat disimpan.
5.3.7. Pengetahuan Responden Tentang Cara Meminimalisir Sampah Plastik
Untuk aspek cara meminimalisir sampah plastik sebagian besar responden menjawab cara meminimalisir sampah plastik adalah dengan menggunakan kembali
kemasan plastik yaitu sebanyak 41 orang 47,2, sebagian kecil responden menjawab cara meminimalisir sampah plastik dengan menggunakan tas daur ulang
plastik yaitu sebanyak 27 orang 31,0, dan yang lainnya menjawab membuang sampah plastik pada tempat sampah non organik yaitu sebanyak 19 orang 21,8.
Peneliti berasumsi pengetahuan yang dimiliki responden ini sangat dipengaruhi oleh berbagai informasi yang saat ini banyak menampilkan gerakan cinta
lingkungan seperti gerakan 3R Reduce, Reuse, Recycle. Seperti dalam penelitian Cunningham 2004 tentang tahap pengelolaan sampah modern terdiri dari 3R
Reduce, Reuse, Recycle sebelum akhirnya dimusnahkan atau dihancurkan. Pengetahuan responden ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh media informasi seperti
internet, program televisi, bahan perkuliahan, atau bahkan jurnal ilmiah.
5.3.8. Pengetahuan Responden Tentang Defenisi Dari Styrofoam
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden menjawab 2-4 yaitu sebanyak 47 orang 54,0, sebagian kecil responden menjawab 2 yaitu
sebanyak 39 orang 44,8, dan yang lainnya menjawab 4 yaitu sebanyak 1 orang 1,2. Pengetahuan responden tentang defenisi styrofoam sangat dipengaruhi oleh
Universitas Sumatera Utara
pengamatan sendiri pada kemasan styrofoam oleh responden. Karakteristik ini bisa langsung diperhatikan pada tampilan luar dari styrofoam itu sendiri.
Notoatmodjo 2003 menyatakan pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia namun bukan hanya sekedar tahu tapi juga dapat memahami, mengaplikasi,
menganalisis, merangkum dan melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Hasil yang didapatkan Penulis ini sejalan dengan pernyataan Sulchan Endang
2007 yaitu styrofoam merupakan plastik busa atau gabus putih yang masih tergolong keluarga plastik. Bahan dasar styrofoam adalah polisterin, suatu plastik
yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya dan murah tetapi cepat rapuh. Peneliti mendapati pengetahuan responden ini hanya sebatas mengamati tampilan luar dari
styrofoam tanpa mengetahui bahan pembentuk styrofoam tersebut.
5.3.9 Pengetahuan Responden Tentang Suhu Yang Diperbolehkan Untuk Mengemas Makanan Pada
Styrofoam
Berdasarkan tabel 4.19. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab di bawah 60
C yaitu sebanyak 41 orang 47,1, sebagian kecil responden menjawab antara 30-60
C yaitu sebanyak 40 orang 46, dan yang lainnya menjawab di atas 60
C yaitu sebanyak 6 orang 6,9. Hal ini sejalan dengan asumsi Peneliti sebelumnya yang menyebutkan pengetahuan responden ini hanya
sebatas mengamati tampilan luar dari styrofoam sehingga kurang mengetahui suhu yang diperbolehkan untuk mengemas makanan dengan styrofoami.
Info Balai Pengawas Obat dan Makanan 2008 menyebutkan informasi agar menghindari penggunaan wadah styrofoam untuk pangan yang panas dengan suhu
60ºC dan penggunaan wadah styrofoam sebaiknya hanya digunakan untuk sekali
Universitas Sumatera Utara
pakai saja agar mengurangi besarnya migrasi styrene dari wadah styrofoam ke dalam makanan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ismariny, Kepala Bidang Polimer
Rekayasa Pusat Teknologi Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT dalam Ariyanto 2009, penggunaan plastik dan styrofoam untuk makanan
atau minuman dengan suhu lebih dari 60ºC sebaiknya dihindari untuk mencegah terjadinya migrasi ke dalam makanan.
5.3.10. Pengetahuan Responden Tentang Kemampuan Styrofoam Sebagai