menyatakan bahwa harus mempunyai syarat-syarat yaitu tidak toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan,
kemudahan membuka dan menutup, kemudahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi, kemudahan pembuangan bekas, ukuran, bentuk, dan berat harus sesuai.
Pemerintah memberi perhatian terhadap arti penting dari pangan dan keamanan pangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996
tentang Pangan selanjutnya disingkat UUP. UUP secara khusus mengatur bahwa pangan yang digunakan konsumen harus dalam keadaan aman disebut dengan
keamanan pangan. Salah satu yang termasuk dalam keamanan pangan adalah
produksi pangan, pengemasan pangan dan pengedaran makanan. Hal ini sejalan
dengan peraturan yang dikeluarkan oleh BPOM RI yaitu Peringatan Publik tentang Kantong Plastik “Kresek” Nomor: KH.00.02.1.55.2890 dan Keterangan Pers tentang
Makanan “Styrofoam” Nomor: KH.00.02.1.55.2888.
5.3.4. Pengetahuan Responden Tentang Dampak Penggunaan Plastik Bagi Kesehatan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden menjawab 2-4 yaitu sebanyak 49 orang 56,3, sebagian kecil responden menjawab 2 yaitu
sebanyak 38 orang 43,7, dan tidak ada responden yang menjawab 4 dan tidak tahu 0 . Hasil ini menunjukkan bahwa responden mengetahui berbagai dampak
penggunaan plastik bagi kesehatan. Mimi 2002 menyebutkan bahwa risiko gangguan kesehatan yang dibawa bahan plastik sangat berdampak bagi kesehatan,
terutama anak-anak, karena organ tubuh mereka masih sangat lemah yang dapat berdampak selama periode emas pertumbuhan anak, meskipun akibatnya tidak
Universitas Sumatera Utara
langsung tampak. Apalagi, sistem kekebalan tubuhnya juga masih belum sempurna dan bisa mengakibatkan kanker.
Sedangkan penelitian di Jepang mengindikasikan, polysterene dapat menjadi penyebab kanker dan berpengaruh pada sistem saraf pusat. Sedangkan Poly Vinyl
Chlorida dan Vinylidene Chloride Resin merupakan dioksin, yaitu senyawa kimia
yang digolongkan sebagai penyebab utama kanker karena sifatnya yang sangat beracun. Selain itu jenis zat yang dapat bermigrasi dari plastik ke bahan makanan
yang dikemas yaitu yang disebut plasticizer pemlastis Utiya, 2009. Pengetahuan responden dalam hal ini cenderung bagus, namun hal ini kurang
didukung oleh tindakan responden yang menggunakan plastik dan styrofoam dalam mengemas makanan yang dibelinya, walaupun informasi mengenai bahaya dan
dampak dari penggunaan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan sudah banyak tersedia dalam bahan perkuliahan dan jurnal ilmiah dalam lingkungan
fakultas kesehatan masyarakat.
5.3.5. Pengetahuan Responden Tentang Proses Pelarutan Bahan Berbahaya Dari Plastik Pada Makanan Di Dalam Kemasan
Dari tabel 4.14. diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab proses pelarutan polymer dalam plastik dapat lepas dan pindah ke dalam makanan atau
minuman jika dikemas dalam keadaan suhu tinggi panas yaitu sebanyak 73 orang 84, dan responden yang menjawab zat-zat adiktif dalam plastik mudah terurai
dalam lemak dan jika plastik digunakan berulang-ulang yaitu sama yakni masing- masing 7 orang 8. Pada aspek ini responden mengetahui proses pelarutan bahan
berbahaya dari plastik pada makanan dalam tersebut. Peneliti berasumsi
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan responden dalam aspek proses pelarutan bahan berbahaya dari plastik pada makanan di dalam kemasan banyak didapatkan responden dari info eksternal
responden seperti bahan perkuliahan dan media informasi yang tersedia. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono 1997 dalam Maulana bahwa
perilaku seseorang dapat berubah dengan diperolehnya informasi tambahan tertentu melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Pengetahuan responden yang
baik ini juga dapat disebabkan karena pengaruh sosial dan keadaan disekitarnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bimo Walgito dalam Dayakisni 2003 bahwa
pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang
datang akan diterima atau ditolak dan keadaan-keadaan yang ada diluar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk pengetahuan.
5.3.6. Pengetahuan Responden