BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 ditetapkan enam Program Pembangunan Kesehatan, diantaranya adalah Program Lingkungan
Sehat dan Perilaku Sehat yang bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat yang mendukung tumbuh kembang anak dan remaja, memenuhi
kebutuhan dasar untuk hidup sehat, dan memungkinkan interaksi sosial serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan Depkes
RI, 2004. Upaya kesehatan lingkungan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Kerusakan dan pencemaran lingkungan yang terus berlangsung lebih dari empat dekade ini berakumulasi sedemikian luas, sehingga kini manusia berhadapan
dengan masalah lingkungan yang kompleks Adiwibowo, 2006. Isu-isu lingkungan juga menarik perhatian dunia internasional. Bagi negara
China, masalah lingkungan global bukan hanya isu sains atau isu teknis, tetapi lebih merefleksikan sebagai hal yang sangat penting menyangkut keberlangsungan
kehidupan masyarakat dan akan sangat berkaitan dengan masalah pertumbuhan ekonomi. Karena itu, pemerintah China dalam mengimplementasikan kebijakan
mengenai masalah lingkungan hidup dalam kebijakan luar negerinya dengan
Universitas Sumatera Utara
membentuk beberapa lembaga yang khusus menangani masalah lingkungan hidup Faripasha, 2009.
Di Singapura, school of art, design, and media Nanyang Technological University menerapkan green building yang merupakan refleksi perhatian terhadap
lingkungan. Semua dinding menggunakan kaca yang ditujukan sebagai penerangan ruangan, sedangkan atap dirancang sebagai ruang pertemuan informal dengan ide
linier. Atap ini menciptakan ruang terbuka, melindungi bangunan, mendinginkan
udara sekitar dan menampung air hujan untuk irigasi lansekap. Desainer menciptakan wastafel yang menggunakan air yang terbuang untuk menyiram
tanaman Saligheh, 2011.
Di Malaysia, Universiti Sains Malaysia USM menjadi universitas negeri pertama yang sukses menerapkan kebijakan melarang penggunaan kemasan makanan
dari styrofoam pada 1 januari 2008. Saat ini, kampanye anti styrofoam atau lebih dikenal sebagai kampanye “Peti Mati Putih” tidak hanya sukses pada level nasional
saja namun juga mencapai level internasional. Banyak mahasiswa USM yang menjadi relawan dan mengedukasi masyarakat tentang kebijakan lingkungan ini. Tidak hanya
kampanye “Peti Mati Putih” yang sukses, sekarang ini Kampus Sejahtera juga terkenal dengan formulanya, Kampus Sejahtera = keberlanjutan. Apa saja hal terkait
dengan pembangunan berkelanjutan, akan menarik mahasiswa datang ke universitas ini untuk mendapatkan informasi Wei, 2008.
Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan, seperti di laut, hutan, atmosfer, air, tanah, dan seterusnya bersumber pada perilaku manusia yang tidak
bertanggung jawab, tidak peduli dan cenderung praktis. Perilaku yang tidak
Universitas Sumatera Utara
mendukung kebersihan dan kesehatan lingkungan membuat manusia mengalami kerugian dari kegiatan yang dilakukan. Kerusakan yang terjadi sekarang ini, baik
pada lingkup global maupun lingkup nasional, sebagian besar bersumber dari perilaku manusia Keraf, 2002.
Penggunaan kemasan plastik dan styrofoam merupakan contoh perilaku yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Kemasan makanan dari plastik
seperti plastik kresek berwarna sering digunakan banyak orang karena harganya murah, praktis dan mudah didapat. Di Indonesia kemasan plastik mulai mendominasi
industri makanan dan menempati porsi 80 dari seluruh jenis kemasan makanan Sulchan Endang, 2007.
Kemasan plastik tersebut yaitu Polietilen tereftalat PET, Polivinil klorida PVC, Polietilen PE, Polipropilen PP, Polistirena PS, Polikarbonat PC dan
Melamin . Diantara kemasan plastik tersebut salah satu jenis yang cukup populer di
kalangan masyarakat produsen maupun konsumen pada saat ini adalah jenis polistirena, terutama styrofoam Info POM, 2008.
Styrofoam merupakan kemasan berwarna putih dan kaku yang sering
digunakan sebagai kotak pembungkus makanan. Tadinya bahan ini dipakai untuk pengaman barang non-makanan seperti barang-barang elektronik agar tahan benturan
ringan, namun saat ini seringkali dipakai sebagai kotak pembungkus makanan. Kegunaannya yang mudah, praktis, enak dipandang, murah, anti bocor, tahan
terhadap suhu panas dan dingin, membuat masyarakat lupa pada dampak dan efek bagi lingkungan serta kesehatan tubuh manusia Khomsan, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Lanita tahun 2006, serta Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Jakarta tahun 2005 BBPOM, mengungkapkan bahwa zat-zat pengawet mayat
formalin juga ditemukan pada plastik kemasan makanan dan styrofoam. Pengemas berbahan dasar resin atau plastik rata-rata mengandung 5 ppm formalin. Formalin
pada plastik atau styrofoam merupakan senyawa-senyawa yang secara inheren terkandung dalam bahan ini. Zat racun ini akan luruh ke dalam makanan akibat
kondisi panas. Oleh karena itu, makanan yang masih panas jangan langsung dimasukkan ke dalam plastik atau styrofoam. Hidangan panas yang akan disajikan ke
dalam kemasan styrofoam sebaiknya didinginkan dahulu dan diberi alas daun, jangan diberi alas yang terbuat dari plastik Anonimous, 2006.
Selain itu, penggunaan kemasan plastik dan styrofoam dapat menimbulkan masalah kesehatan karena jenis bahan ini melepaskan senyawa karsinogenik yang
mampu merangsang pertumbuhan sel kanker. Risiko gangguan kesehatan yang dibawa bahan plastik atau styrofoam sangat berdampak bagi kesehatan anak-anak,
karena organ tubuh mereka masih sangat lemah yang dapat berdampak selama periode emas pertumbuhan anak, meskipun akibatnya tidak langsung tampak.
Apalagi, sistem kekebalan tubuhnya juga masih belum sempurna dan bisa mengakibatkan kanker Mimi, 2002.
Penggunaan plastik dan styrofoam meningkat secara signifikans dan banyak digunakan sehingga menyebabkan masalah kesehatan dan lingkungan. Banyak orang
dari berbagai profesi menggunakan kemasan plastik dan styrofoam, termasuk mahasiswa. Perilaku mahasiswa yang cenderung praktis diduga sebagai salah satu
penyebab masalah lingkungan yang terjadi pada berbagai fakultas.
Universitas Sumatera Utara
Pada survey pendahuluan yang dilakukan oleh Penulis, ditemukan bahwa
masih banyak mahasiswa yang memakai plastik dan styrofoam sebagai kemasan
makanan di lingkungan fakultas. Berdasarkan hal ini, Penulis ingin mengetahui tentang gambaran perilaku mahasiswa dalam menggunakan plastik dan styrofoam
sebagai kemasan makanan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara tahun 2012. 1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yakni bagaimana gambaran perilaku mahasiswa dalam menggunakan
plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2012.
1.3. Tujuan Penelitian