debitur bersangkutan maka kredit diberikan. Akan tetapi, jika sebaliknya maka kredit jangan diberikan.
2. Repayment adalah memperhitungkan kemampuan, jadwal, dan jangka waktu pembayaran kredit oleh calon debitur, tetapi perusahaannya tetap berjalan.
3. Risk bearing ability adalah memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan calon debitur untuk menghadapi risiko, apakah perusahaan calon
debitur risikonya besar atau kecil. Kemampuan perusahaan menghadapi risiko ditentukan oleh besarnya modal dan strukturnya, jenis bidang usaha, dan
manajemen perusahaan bersangkutan. Jika risk bearing ability perusahaan besar maka kredit tidak diberikan, tetapi apabila risk bearing ability
perusahaan kecil maka kredit diberikan.
2. Pencairan Kredit
Pencairan kredit dilakukan oleh pihak lembaga keuangan setelah pihak debitur telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam surat perjanjian
dan telah ditanda tangani oleh kedua belah pihak yang disahkan notaris. Pencairan kredit tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu langsung dikirim ke
rekening debitur ataupun dikirim ke rekening perusahaan.
3. Pengawasan Kredit
Pengawasan dimaksudkan untuk memonitoring perkembangan usaha debitur setelah kredit diberikan, apakah maju atau terjadi penurunan. Jika usaha
debitur maju maka kredit akan lancar. Sebaliknya apabila usaha debitur menurun hendaknya penagihan lebih ditingkatkan sebelum kredit tersebut macet.
4. Pelunasan Kredit
Pelunasan kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban utang nasabah terhadap bank atau lembaga keuangan yang bersangkutan yang berakibat
hapusnya ikatan perjanjian kredit Suyatno et al 2007. Apabila debitur sudah melunasi kewajiban sesuai perjanjian maka bank atau lembaga keuangan harus
mengembalikan agunan yang semula dikuasakan ke bank atau lembaga keuangan sebagai agunan.
5. Penambahan Kredit
Seorang debitur yang berhasil dalam menjalankan usahanya dan mampu melunasi kewajiban pengembalian kreditnya dengan baik sesuai dengan perjanjian
yang sebelumnya telah disepakati bersama, maka akan memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan kredit kembali. Hal in disebabkan oleh adanya
kepercayaan pihak bank atau lembaga keuangan sebagai kreditur terhadap integritas debitur yang tidak perlu diragukan lagi. Proses analisis dalam kelayakan
pemberian kredit ini akan berulang kembali sama seperti seleksi permohonan kredit yang pertama.
6. Kredit Macet
Kredit macet adalah kredit yang diklasifikasikan pembayarannya tidak lancar dilakukan oleh debitur bersangkutan. Bank Indonesia sebagai bank sentral
negara Indonesia menetapkan penggolongan kredit berdasarkan tingkat kelancaran pengembalian kredit. Penggolongan tersebut membedakan kredit ke dalam empat
kategori yaitu kredit lancar, kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet:
1. Kredit lancar, yaitu kredit yang tidak mengalami penundaan dalam pembayaran pokok pinjaman dan bunga.
2. Kredit kurang lancar, merupakan kredit yang pembayaran pokok pinjaman dan bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan dari waktu yang
diperjanjikan. 3. Kredit diragukan, kredit yang pembayaran pokok pinjaman dan bunganya
telah mengalami penundaan selama enam bulan atau dua kali jadwal yang telah diperjanjikan.
4. Kredit macet, yaitu yang pembayaran pokok pinjaman dan bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo berdasarkan
jadwal yang telah diperjanjikan. Kredit macet harus secepatnya diselesaikan agar kerugian yang lebih besar
dapat dihindari. Untuk menghindari kerugian tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut rescheduling, reconditioning, restructuring dan liquidation
Hasibuan 2008: 1.
Rescheduling atau penjadwalan ulang atau perubahan syarat kredit yang
hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu termasuk masa tenggang grace period dan perubahan besarnya angsuran kredit. Debitur
yang dapat diberikan fasilitas penjadwalan ulang adalah nasabah yang
menunjukkan iktikad baik dan karakter yang jujur serta ada keinginan untuk membayar willingness to pay serta menurut bank, usahanya tidak
memerlukan tambahan dana atau likuiditas. 2.
Reconditioning atau persyaratan ulang atau perubahan sebagian atau seluruh
syarat-syarat kredit meliputi perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga, penundaan sebagian atau seluruh bunga, dan
persyaratan-persyaratan lainnya. Perubahan syarat kredit tidak termasuk penambahan dana dan konversi sebagian atau seluruh kredit menjadi equity
perusahaan. Persyaratan ulang diberikan kepada debitur yang jujur, terbuka dan kooperatif yang usahanya sedang mengalami kesulitan keuangan tetapi
diperkirakan masih dapat beroperasi dengan menguntungkan, kreditnya dapat dipertimbangkan untuk dilakukan persyaratan ulang.
3. Restructuring atau penataan ulang adalah perubahan syarat kredit yang
menyangkut : a. Penambahan dana bank atau lembaga keuangan
b. Konversi sebagianseluruh tunggakan sebagianseluruh tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, atau
c. Konversi sebagianseluruh kredit menjadi penyertaan bank mengambil partner lain untuk menambah penyertaan.
4. Liquidation
atau likuidasi adalah penjualan barang-barang yang dijadikan agunan dalam rangka pelunasan hutang. Pelaksanaan likuidasi dilakukan
terhadap kategori kredit yang menurut bank atau lembaga keuangan sudah tidak dapat dibantu untuk disehatkan kembali, atau nasabah sudah tidak
memiliki prospek untuk dikembangkan. Proses likuidasi dapat dengan: 1. Menyerahkan penjualan agunan kepada debitur bersangkutan, harga
minimumnya ditetapkan bank atau lembaga keuangan dan pembayarannya tetap dikuasai bank atau lembaga keuangan.
2. Penjualan agunan dilakukan melalui lelang dan hasil penjualan diterima oleh bank atau lembaga keuangan untuk membayar pinjamannya.
3. Bagi bank Negara diselesaikan Badan Urusan Piutang Negara BUPN dengan melelang agunan untuk membayar pinjaman nasabah.
4. Agunan disita pengadilan negeri lalu dilelang untuk membayar utang debitur.
5. Agunan dibeli bank untuk dijadikan asset bank.
3.4 Kerangka Pemikiran