3.3.3 Permohonan Kredit
Syarat awal yang harus dilakukan debitur untuk melakukan kredit adalah mengajukan permohonan kredit. Suyatno et al 2007 mengungkapkan bahwa
permohonan kredit mencakup permohonan baru untuk mendapatkan suatu jenis fasilitas kredit, permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan,
permohonan perpanjanganpembaruan masa laku kredit yang telah berakhir jangka waktunya, dan permohonan lainnya berupa perubahan syarat-syarat
fasilitas kredit yang sedang berjalan. Dalam permohonan kredit hal-hal yang harus dilakukan adalah pertimbangan kredit, pencairan kredit, pengawasan kredit,
pelunasan kredit, penambahan kredit, dan kredit macet.
1. Pertimbangan Kredit
Pertimbangan kredit harus dilaksanakan untuk menghindari terjadinya kredit macet dan penyelesaian kredit macet. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam
mempertimbangkan pengajuan kredit yaitu prinsip 6C menurut Dendawijaya 2001 yaitu character, capital, capacity, condition of economic, collateral dan
constraints :
1. Character watak dalam melakukan analisis mengenai watakkarakter berkaitan dengan integritas dari calon debitur. Integritas ini sangat
menentukan willingness to pay atau kemauan membayar kembali nasabah atas kredit yang telah dinikmatinya.
2. Capital pembiayaan suatu usaha yang akan dijalankan debitur tidak seluruhnya berasal dari bank atau lembaga keuangan, tetapi dibiayai bersama
antara bank dan debitur. Oleh karena itu, pihak calon debitur wajib memiliki sejumlah dana guna dapat berpartisipasi dalam pembiayaan proyeknya.
Perbandingan antara besarnya modal sendiri yang dapat disediakan nasabah disebut dengan debt to equity ratio. Penilaian terhadap modal sangat erat
hubungannya dengan nilai modal yang dimiliki calon nasabah guna membiayai proyek yang akan dijalankannya.
3. Capacity adalah penilaian terhadap calon nasabah kredit dalam hal kemampuan memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian
pinjaman atau akad kredit, yakni melunasi pokok pinjaman disertai bunga sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang diperjanjikan.
Kemampuan-kemampuan calon nasabah yang harus diukur adalah: a. Kemampuan calon nasabah menyediakan dana untuk pembiayaan,
b. Kemampuan calon nasabah untuk membangun proyeknya, c. Kemampuan nasabah untuk menghasilkan produk dari proyeknya,
d. Kemampuan nasabah untuk menjual hasil produksinya, e. Kemampuan nasabah untuk memperoleh laba dari penjualan tersebut,
f. Kemampuan nasabah untuk menyediakan cash yang memadai untuk membayar kewajiban-kewajibannya kepada bank.
4. Condition of Economic suatu proyek yang akan dibiayai bersama oleh bank dan nasabah kredit tentu memiliki berbagai ciri tertentu, misalnya jenis bisnis
yang akan digeluti, jenis produkjasa yang akan diproduksi, sasaran pasar yang akan dituju, harga yang akan ditawarkan, promosi yang akan dijalankan,
dan sebagainya. Faktor-faktor yang berada di lingkungan sekitar lokasi proyek akan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap ciricorak bisnis atau
proyek yang akan dibangun, baik proyek baru ataupun proyek perluasan. Dalam rangka proyeksi pemberian kredit, kondisi perekonomian harus
pula ikut dianalisis paling sedikit selama jangka waktu kredit. Kondisi- kondisi tersebut antara lain meliputi:
a. Kondisi dari sektor pertanian atau industri dimana proyek akan dibangun, b. Ketergantungan terhadap bahan baku yang harus diimpor,
c. Nilai kurs valuta terhadap nilai uang domestik rupiah, d. Peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku,
e. Kondisi perekonomian secara nasional, regional dan global, f. Kemudahan untuk memperoleh sumber daya bahan baku, tenaga kerja,
g. Tingkat bunga yang berlaku. 5. Collateral
agunan berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan pemerintahBank Indonesia, setiap pemberian kredit oleh bank harus
didukung oleh adanya jaminanagunan yang memadai, kecuali untuk program pemerintah. Agunan kredit merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
terlebih dahulu sebelum permohonan kredit disetujui atau dicairkan. Agunan pada umumnya adalah barang-barang yang diserahkan peminjam kepada
bank sebagai jaminan atas kredit atau pinjaman yang diterimanya. Dengan demikian, collateral atau jaminan tersebut berfungsi sebagai:
a. Bagian dari pelaksanaan prinsip kehati-hatian yang dilakukan bank, b. Cara yang dilakukan bank untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
kegagalan usaha atau proyek yang dibiayainya, c. Cara untuk mendorong nasabah agar mau bersungguh-sungguh dalam
melaksanakan mengelola proyeknya yang ikut dibiayai bank, d. Pengganti pembayaran apabila nasabah tidak dapat memenuhi
kewajiabannya kepada bank, misalnya dijual melalui lelang umum dan berbagai cara lain sesuai dengan ketentuan serta perundang-undanagn
yang berlaku. 6.
Constraints merupakan faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-faktor psikologis yang ada pada
daerah atau wilayah tertentu yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan.
Selain aspek 6 C di atas, prinsip tambahan lainnya yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan pengajuan kredit adalah prinsip 7P. Menurut Hasibuan
2008, prinsip 7 P yaitu personality, party, purpose, prospect, payment, profitability
dan protection : 1. Personality kepribadian adalah sifat dan perilaku yang dimiliki calon
debitur yang mengajukan permohonan kredit bersangkutan, dipergunakan sebagai dasar pertimbangan pemberian kredit. Jika kepribadiannya baik,
kredit dapat diberikan, sebaliknya apabila kepribadiannya jelek maka kredit tidak akan diberikan. Alasannya adalah karena kepribadian yang baik akan
berusaha membayar pinjamannya, sedangkan kepribadian yang jelek akan sulit membayar pinjamannya. Kepribadian calon nasabah ini dapat diketahui
dengan mengumpulkan informasi tentang keturunan, pekerjaan, pendidikan dan pergaulannya.
2. Party adalah mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi-klasifikasi atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, karakter, dan loyalitasnya
dimana setiap klasifikasi nasabah akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
3. Purpose tujuan adalah tujuan dan penggunaan kredit oleh calon debitur, apakah untuk kegiatan konsumtif atau sebagai modal kerja. Tujuan kredit ini
menjadi hal yang menentukan apakah permohonan calon debitur disetujui atau ditolak. Apabila kredit digunakan untuk kegiatan konsumtif maka kredit
tidak dapat diberikan, tetapi jika digunakan sebgai modal kerja produktif maka kredit dapat diberikan. Jadi, analis kredit harus mengetahui secara pasti
tujuan dan penggunaan kredit yang akan diberikan sehingga dapat mempertimbangkan apakah kredit akan diberikan atau ditolak.
4. Prospect adalah prospek perusahaan di masa datang, apakah akan menguntungkan baik atau merugikan jelek. Jika prospek terlihat baik
maka kredit dapat diberikan, sebaliknya jika jelek maka kredit ditolak. Oleh karena itu, analisis kredit harus mampu mengestimasi masa depan perusahaan
calon debitur agar pengembalian kredit menjadi lancar. 5. Payment pembayaran adalah mengetahui bagaimana pembayaran kembali
kredit yang diberikan. Hal ini dapat diketahui jika analis kredit memperhitungkan kelancaran penjualan dan pendapatan calon debitur
sehingga dapat diperkirakan kemampuannya untuk membayar kembali kredit tersebut sesuai dengan perjanjian. Atas payment ini harus dipergunakan
sebagai bahan pertimbangan pemberian kredit agar pengembalian kredit berjalan lancar.
6. Profitability adalah untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah mendapatkan laba. Profitability diukur per periode, apakah konstan atau
meningkat dengan adanya pemberian kredit. 7. Protection bertujuan agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan.
Perlindungan dapat berupa jaminan barang, jaminan orang atau jaminan asuransi.
Prinsip 3R menurut Hasibuan 2008 yaitu returns, repayment, risk dan bearing ability
: 1. Returns adalah penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon
debitur setelah memperoleh kredit. Apabila hasil yang diperoleh cukup untuk membayar pinjamannya dan sekaligus membantu perkembangan usaha calon
debitur bersangkutan maka kredit diberikan. Akan tetapi, jika sebaliknya maka kredit jangan diberikan.
2. Repayment adalah memperhitungkan kemampuan, jadwal, dan jangka waktu pembayaran kredit oleh calon debitur, tetapi perusahaannya tetap berjalan.
3. Risk bearing ability adalah memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan calon debitur untuk menghadapi risiko, apakah perusahaan calon
debitur risikonya besar atau kecil. Kemampuan perusahaan menghadapi risiko ditentukan oleh besarnya modal dan strukturnya, jenis bidang usaha, dan
manajemen perusahaan bersangkutan. Jika risk bearing ability perusahaan besar maka kredit tidak diberikan, tetapi apabila risk bearing ability
perusahaan kecil maka kredit diberikan.
2. Pencairan Kredit