banyak lembaga keuangan mikro yang memenuhi kebutuhan masyarakat yang membutuhkan modal. Salah satu alternatif buat petani untuk mengakses kredit
adalah lembaga keuangan mikro atau koperasi. Selain mampu memenuhi kebutuhan modal petani, lembaga tersebut tidak memberikan bunga yang tinggi
kepada petani. Tabel 2. Lembaga Keuangan Non Bank Berperan di Keuangan Mikro, Tingkat
Aktivitas dan Jumlah Nasabah pada Tahun 2007
Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Statistik Koperasi 2007
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa koperasi sudah mampu menghimpun dana dan memberikan pinjaman kepada masyarakat dalam jumlah yang besar.
Penyaluran dana pinjaman yang terbesar dilakukan oleh koperasi simpan pinjam KSP, diikuti oleh unit simpan pinjam dan koperasi kredit. Keberhasilan koperasi
dalam mengembangkan usahanya karena adanya kesamaan tujuan anggota. Salah satu koperasi yang berkembang saat ini adalah koperasi kredit credit union.
Credit union CU merupakan koperasi kredit yang membantu permodalan usaha
mikro dan kecil sehingga masyarakat sudah mulai mengenal program kredit yang diberikan CU terhadap usaha mikro dan kecil.
1.2 Perumusan Masalah
Credit Union CU adalah salah satu koperasi yang bergerak dalam bidang
perkreditan yang dibentuk oleh anggota dan untuk anggota. Menurut BK3I 1995 dalam Credit Union Sumut 2009, CU adalah model koperasi yang tumbuh dan
berkembang atas prakarsa masyarakat bottom up dengan tujuan utamanya adalah memberdayakan masyarakat rakyat baik secara ekonomi, sosial maupun budaya.
Selain itu CU dikenal sebagai koperasi yang langsung dikelola oleh masyarakat
Tipe Unit
Simpanan Rp. Mil
Penabung Pinjaman
Rp. Mil Peminjam
Rata ‐Rata
Pinjaman Rp. Mil
Koperasi Simpan Pinjam KSP
1.598 325,27 878.379 1.154,80 480.326
2,4 Unit Simpan
Pinjam USP 36.485 1.454
10.524.908 13.495
4.987.783 2,7
LDKP 2.272 334
n.a 358
1.300.000 0,27
Koperasi Syariah 3.038
209 n.a
157 1.200.000
0,13 Koperasi Kredit
dan LSM 1.146 188,01 290.000 505,73 400.000
1,27
melalui modal bersama dan digunakan bersama-sama dengan tingkat bunga yang ringan dan diutamakan untuk usaha produktif.
Tujuan dari CU yaitu untuk mengembangkan sikap hidup hemat diantara orang miskin serta menyelamatkan
mereka dari para rentenir. Pada saat ini koperasi kredit kopdit melayani nasabah yang belum dibantu oleh lembaga keuangan yang lain.
Salah satu unit CU di Indonesia adalah CU Merdeka. CU Merdeka dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani dan anggota akan
kemudahan untuk memperoleh kebutuhan modal. Modal tersebut digunakan untuk memenuhi sarana dan prasarana produk pertanian dan juga sebagai modal usaha
lainnya. CU Merdeka merupakan lembaga keuangan mikro yang masih memiliki keterbatasan modal dan keahlian operasional khususnya dalam menyalurkan
kredit kepada nasabah. CU Merdeka adalah salah satu CU primer yang ada di Puskopdit Karo Simalem KARSIMA. Pada saat ini Puskopdit KARSIMA
memiliki 10 anggota CU dan dua CU dalam tahap binaan. CU Merdeka merupakan salah satu koperasi kredit yang telah berjalan
dengan baik. CU Merdeka dalam kegiatan kerjanya telah mampu membantu anggota dalam penyediaan simpan pinjam uang. Pada saat ini CU Merdeka
memiliki 13 unit yang menyebar di beberapa desa di wilayah Kabupaten Karo. Kredit biasanya diberikan untuk modal produktif dan kesejahteraan.
Tabel 3. Realisasi Pinjaman CU Merdeka Tahun 2008-2009
Jenis Pinjaman Tahun
Pertumbuhan 2008 2009
Jumlah Rp Orang Jumlah
Rp Orang Jumlah Rp
Orang Pinjaman
Produktif 3.405.700.000 1221
4.683.200.000 2317 37,51 89,76
Pinjaman Kesejahteraan
521.200.000 96 473.600.000 98 -9,13
2,08 Total
3.926.900.000 1317 5.156.800.000 2415
31,31 83,37
Sumber : CU Merdeka 2008 dan 2009 Berdasarkan Tabel 3, pada tahun 2009 terjadi penurunan pada jenis
pinjaman kesejahteraan sebesar 9,13 persen. Penurunan pada pinjaman ini
dikarenakan turunnya permintaan anggota untuk jenis pinjaman ini. Hal ini kemungkinan terjadi karena kurangnya kemampuan koperasi kredit untuk
melayani dari segi pelayanan seperti prosedur peminjaman. Anggota yang memperoleh kredit dari CU tidak seluruhnya dapat
mengembalikannya dengan baik tepat pada waktu yang telah dijanjikan. Pada kenyataannya ada anggota yang tidak dapat mengembalikan sebagian
pinjamannya karena suatu hal atau sebab, sehingga pinjaman tidak dapat dikembalikan secara utuh. Akibat adanya anggota yang tidak membayar kreditnya
maka perjalanan kredit akan terhenti atau macet. Kredit macet merupakan suatu keadaan dimana seorang anggota tidak mampu membayar lunas kredit tepat
waktu.
Gambar 2. Perkembangan Jumlah Kredit Macet CU Merdeka Tahun 2006-2009 Sumber : CU Merdeka, 2009
Berbeda halnya dengan jumlah kredit macet yang mengalami penurunan pada tahun 2007, apabila dilihat dari jumlah penunggak mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Peningkatan yang mengalami kenaikan jumlah penunggak yang tertinggi terjadi pada tahun 2008 ke 2009.
127,418,710 251,549,680241,744,100
495,482,000
100,000,000 200,000,000
300,000,000 400,000,000
500,000,000 600,000,000
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Gambar 3. Perkembangan Jumlah Penunggak CU Merdeka Tahun 2006-2009 Sumber : CU Merdeka, 2009
Seiring dengan meningkatnya realisasi penyaluran kredit, ternyata nilai tunggakan riil mengalami fluktuasi. Nilai tunggakan riil atau NPL merupakan
persentasi seluruh kredit yang termasuk Kurang Lancar KL, Diragukan D dan Macet M terhadap nilai sisa pinjaman biasa disebut Out StandingOS. Salah
satu indikator yang sehat bagi CU Merdeka adalah jika NPL dibawah tiga persen. Grafik perkembangan NPL CU Merdeka dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik Perkembangan NPL CU Merdeka Januari 2009-Desember 2009 Sumber : CU Merdeka, 2010
Tingginya kredit yang diberikan oleh CU Merdeka diikuti dengan peningkatan jumlah penunggak dan NPL. Tingginya NPL diakibatkan oleh
banyaknya tunggakan kredit anggota CU Merdeka yang tergolong kredit kurang lancar, diragukan dan macet. Untuk mengatasi permasalahan pengembalian kredit
yaitu dengan melihat kinerja penyaluran kredit dan menganalisis faktor-faktor
41 68
115 218
50 100
150 200
250
2006 2007
2008 2009
15.3 11.6
7.3 11.54
20.7 7
7.2 6
6 8.4
31 34
5 10
15 20
25 30
35 40
yang mempengaruhi pengembalian kredit serta bagaimana implikasi manajerial yang harus dilakukan oleh CU Merdeka.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja penyaluran kredit CU Merdeka? 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit di CU Merdeka?
3. Bagaimana implikasi manajerial managerial implications berdasarkan kinerja penyaluran kredit dan faktor-faktor pengembalian kredit pada
manajemen CU Merdeka?
1.3 Tujuan Penelitian