33
bahwa perairan pada kedua pulau tergolong bersih, tidak tercemar limbah atau buangan rumah tangga. Pertumbuhan lamun di Pulau Kelapa Dua relatif lebih
tinggi meski memiliki nilai konsentrasi orthofosfat yang rendah. Hal ini menandakan bahwa tumbuhan lamun memerlukan fosfor hanya dalam jumlah
yang sangat sedikit. Kandungan nutrien pada Pulau Kelapa Dua cenderung lebih tinggi dari
pada Pulau Pramuka. hal ini yang menyebabkan pertumbuhan lamun transplantasi di Pulau Kelapa Dua lebih tinggi karena lamun mendapatkan
pasokan unsur hara yang cukup.
4.2 Komunitas Lamun di Pulau Pramuka dan Pulau Kelapa Dua 4.2.1 Komunitas lamun Pulau Pramuka
Pengamatan komunitas lamun di Pulau Pramuka didapatkan hasil seperti yang ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Komunitas lamun di Pulau Pramuka
Stasiun Penutupan
Lamun Komposisi Spesies Lamun
Tinggi Kanopi
cm Penutupan
Epifit Cr
Cs Ea
Th Ho
Hp
1 6,64
2,11 4,43
0,09 6,50
11,09 2
23,68 12,48
0,49 0,87
9,09 0,75
12,55 16,55
3 36,82
5,86 12,57
3,45 8,30
0,89 5,75
13,62 9,45
Rata-rata 22,38
6,82 4,35
1,44 7,27
0,58 1,92
10,89 12,36
Keterangan : Cr = Cymodocea rotundata
Ho = Halophila ovalis Cs = Cymodocea serrulata
Hp = Halodule pinifolia Th = Thalassia hemprichii
a. Penutupan jenis lamun Pulau Pramuka
Penutupan lamun menggambarkan seberapa luas lamun yang menutupi suatu kawasan tertentu. Selain dipengaruhi oleh kepadatan jenisnya, persen
penutupan dipengaruhi juga oleh ukuran morfologi daun lamun itu sendiri. Dari tiga stasiun yang diamati dapat diketahui nilai persen penutupan dari stasiun 1
sampai stasiun 3 memiliki nilai yang berbeda-beda namun membentuk pola penyebaran tertentu Gambar 8. Semakin ke selatan nilai persen penutupan
lamun semakin tinggi.
34
Gambar 8. Penutupan lamun di Pulau Pramuka Nilai persen penutupan lamun terendah terukur pada stasiun 1 dengan
nilai 6,64 dan nilai tertinggi terdapat pada stasiun 3 Tabel 6. Perbedaan nilai ini diduga akibat perbedaan lokasi stasiun, pola distribusi dan kesediaan nutrien
pada masing-masing lokasi pengamatan. Pada stasiun 2 nilai persentase penutupan lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun 1 yaitu 23,68. Sedangkan
nilai persen penutupan lamun terbesar adalah pada stasiun 3 yang terletak sebelah selatan dari kawasan pengamatan senilai 36,82.
Tabel 6. Penutupan masing-masing jenis lamun di Pulau Pramuka
No. Jenis
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3 1
Cymodocea rotundata 2,11
12,48 5,86
2 Cymodoceae serrulata
- 0,49
12,57 3
Enhalus acoroides -
0,87 3,45
4 Thalasia hemprichii
4,43 9,09
8,30 5
Halophila ovalis 0,09
0,75 0,89
6 Halodule pinifolia
- -
5,75 Total
6,64 23,68
36,82
Persen penutupan jenis lamun Cymodocea serrulata memiliki nilai tertinggi pada stasiun 3 yaitu sebesar 12,57 kemudian diikuti dari jenis C. rotundata
sebesar 12,48 pada stasiun 2. Kedua jenis lamun ini merupakan jenis lamun yang paling banyak ditemukan di lokasi pengamatan Pulau Pramuka.
6,64 23,68
36,82
5 10
15 20
25 30
35 40
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3
35
Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam putusannya No. 200 Tahun 2004 menetapkan kriteria baku kerusakan padang lamun sebagai berikut Nontji
2009: Tingkat kerusakan tinggi
: luas area kerusakan Tingkat kerusakan sedang
: luas area kerusakan 30-49,9 Tingkat kerusakan rendah
: luas area kerusakan ,
Sementara itu status padang lamun ditetapkan sebagai berikut : Kondisi baik
: kayasehat Kondisi kurang
: kurang kayakurang sehat 30-59,9 Kondisi rusak
: miskin ,
Kondisi Komunitas lamun di kawasan rehabilitasi di Pulau Pramuka tergolong rendah atau termasuk kriteria kurang pada stasiun 3 dan tergolong
miskin pada stasiun 1 dan 2 sesuai dengan kriteria status padang lamun yang dinyatakan dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 200 tahun 2004
tentang kriteria baku kerusakan dan pedoman penentuan status padang lamun.
b. Komposisi jenis lamun Pulau Pramuka