46
Hasil yang didapatkan pada Pulau Kelapa Dua agak sedikit berbeda dengan Pulau Pramuka, seperti dilihat pada Gambar 14 jenis lamun H. uninervis memiliki
pertumbuhan tegakan dan daun yang tertinggi. Walaupun pada tiga minggu pertama pengamatan jenis ini menurun cukup drastis tiap minggunya, namun
pada pengamatan terakhir mengalami peningkatan. Hal ini diduga akibat jenis lamun H. uninervis membutuhkan waktu yang lebih lama untuk beradaptasi
dengan lingkungan dan perlakuan penanaman agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Jenis T. hemprichii memiliki pertumbuhan unit transplantasi yang berfluktuatif dari awal pengamatan hingga mengalami peningkatan pada minggu
ke dua belas. Jika dilihat dari pertumbuhan tegakan dan daun dapat dikatakan pertumbuhan jenis ini meningkat sedikit demi sedikit sehingga dapat dikatakan
jenis ini cukup berhasil dilakukan transplantasi. Walaupun T.hemprichii memiliki jumlah unit transplantasi yang lebih tinggi dari H. uninervis, namun
jumlah tegakan dan jumlah daun lebih rendah. Hal ini diduga karena morfologi tubuh H. uninervis yang tipis dan memanjang ke atas sehingga kerapatan tumbuh
lebih tinggi. Sedangkan pada jenis T. hemprichii memiliki daun yang lebih lebar dan merunduk kesamping. Dapat dilihat pula pada minggu ke-3 dan 4 suatu pola
pertumbuhan pada H. uninervis yang menurun dapat meningkatkan
pertumbuhan dari jenis C. serrulata, begitu juga sebaliknya.
4.4.2 Laju pertumbuhan lamun transplantasi
Pengukuran pertumbuhan lamun yang dilakukan pada penelitian ini berupa pertumbuhan panjang daun. Pertumbuhan panjang yang dimaksud disini
adalah selisih panjang daun yang tumbuh antara waktu penandaan awal dan penandaan akhir pada interval waktu yang telah ditentukan yaitu tujuh hari
sebanyak tiga kali pengulangan empat minggu pengukuran yang dapat disebut pertumbuhan mutlak.
Pengukuran pertumbuhan daun selain dibedakan atas jenis lamun, juga digolongkan berdasarkan kelompok umur yaitu daun muda, daun sedang dan
daun tua. Daun muda adalah daun baru, yang tumbuh setelah tahap penandaan. Umumnya daun berwarna hijau muda, tipis dan kondisi ujung daun yang masih
utuh dan tidak rusak akibat gangguan dari luar seperti dimakan oleh konsumer
47
atau patah karena aktifitas manusia. Daun sedang merupakan daun yang tumbuh saat penandaan berada dibagian tengah dari kumpulan daun dan memiliki daun
yang lebih tebal, berwarna hijau dan ujung daun yang juga masih utuh belum terkena gangguan dari lingkungan seperti daun muda. Sedangkan daun tua
adalah daun yang berada paling luar dari kumpulan daun pada tiap tunas. Daun tua melindungi daun yang lebih muda dengan seludangnya. Pada beberapa
tegakan yang teramati di lapangan, daun tua terlihat meluruh. Tabel 12 menyajikan kisaran pertumbuhan panjang daun dari beberapa
jenis lamun di Pulau Pramuka. Pada Pulau Pramuka terdapat dua jenis lamun yaitu T. hemprichii dengan pertumbuhan daun muda, sedang, dan tua secara
berturut-turut adalah 2,64 mmhari; 1,89 mmhari; 1,78 mmhari dan C. rotundata yaitu 1,00 mmhari; 1,01mmhari. Tidak didapatkan data
pertumbuhan rata-rata daun tua untuk jenis C. rotundata. Pada T. hemprichii pertumbuhan terbesar sampai terkecil secara berturut-turut terjadi pada daun
muda, daun sedang dan terakhir daun tua. Hal ini disebabkan daun muda cepat untuk mencapai ukuran yang stabil dan tahan terhadap tekanan lingkungan.
Sedangkan pada jenis C. rotundata tidak didapatkan perbedaan hasil pengukuran pertumbuhan pada daun muda sedang dan tua yang signifikan. Hal
ini disebabkan pengukuran daun muda yang tidak diketahui waktunya dengan pasti dan pertumbuhan daun tua yang tidak tercatat Hal ini disebabkan oleh
antara lain konsumer yang memakan daun sehingga panjang awal lebih panjang dari pada panjang akhir dan pertumbuhan daun yang tidak sempat dicatat sudah
meluruh dan terlepas dari seludangnya. Tabel 12. Laju pertumbuhan lamun transplantasi di Pulau Pramuka mmhari
Jenis Laju Pertumbuhan Daun mmhari
Daun Muda Kisaran
Daun Sedang Kisaran
Daun Tua Kisaran
Thalassia hemprichii 2,64
1,03-3,80 1,89
0,76-3,03 1,78
0,77-1,74 Cymodoceae rotundata
1,00 0,79-1,59
1,01 0,69-1,33
Pada Tabel 13 dapat dilihat terdapat tiga jenis lamun transplantasi di Pulau Kelapa Dua yaitu T. hemprichii dengan rata-rata pertumbuhan daun muda,
sedang dan tua secara berturut-turut adalah 3,30 mmhari; 4,36 mmhari; 2,08
48
mmhari, kemudian C. rotundata adalah 1,40 mmhari; 3,30 mmhari; 1,88 mmhari, serta H. uninervis yaitu 2,54 mmhari; 3,91 mmhari; 1,00 mmhari.
Tabel 13. Laju pertumbuhan lamun transplantasi di Pulau Kelapa Dua mmhari
Jenis Laju Pertumbuhan Daun mmhari
Daun Muda Kisaran
Daun Sedang Kisaran
Daun Tua Kisaran
Thalassia hemprichii 3,30
1,29-4,11 4,36
2,39-10,27 2,08
2,36-3,49 Cymodoceae rotundata
1,40 0,94-2,20
3,30 2,01-4,20
1,88 1,40-2,61
Halodule uninervis 2,54
1,30-3,67 3,91
2,67-5,15 1,00
0,39-1,07
Panjang pertumbuhan daun lamun transplantasi lebih tinggi di Pulau Kelapa Dua karena beberapa faktor, diantaranya: 1 Nutrien menjadi faktor
pembatas penentu pertumbuhan lamun. Kandungan nutrien dalam sedimen pada Pulau Kelapa Dua sedikit lebih besar dari pada Pulau Pramuka di lihat dari
nilai kandungan C-organik sedimen sehingga pertumbuhan daun lamun lebih optimal sebab kebutuhan akan nutrisi dari substrat terpenuhi, nutrien pada
kolom perairan juga menunjukan hasil yang sama yakni Pulau Kelapa Dua memiliki kandungan nitrat yang lebih tinggi; 2 Ukuran partikel substrat pada
Pulau Pramuka memiliki kandungan partikel pasir yang lebih besar sehingga energi yang dikeluarkan untuk menancapkan akar kedalam substrat tidak
sebesar pada Pulau Kelapa Dua. Ukuran partikel pasir yang besar dan beragam membuat akar perlu ekstra kuat mempertahankan diri dalam substrat.
Ditambah lagi kecepatan arus pada Pulau Pramuka lebih besar. Oleh karena itu , hasil metabolisme lamun di Pulau Pramuka selain digunakan untuk
pertumbuhan juga dipakai untuk ekstensif sistem perakaran ke dalam substrat. Menurut Badria 2007, kecepatan tumbuh pada daun muda lebih cepat
dari pada kategori umur daun lainya, hal ini diduga disebabkan pada daun muda lebih cepat tumbuh untuk mencapai kondisi stabil karena struktur jaringan daun
muda belum sepenuhnya beradaptasi dengan lingkungan laut dilihat dari masih tipisnya daun lamun. Lain halnya dengan daun berumur sedang yang telah
mencapai tahap stabil. Struktur daun yang tebal dan kaku mampu bertoleransi terhadap salinitas yang tinggi dan menjalankan fungsinya menyerap nutrien dari
kolom air. Adapun daun tua karena sudah mendekati fase peluruhan, laju pertumbuhan daunnya cenderung lambat. Namun pada penelitian ini, daun
49
muda tidak memiliki nilai pertumbuhan tertinggi. Hal ini disebabkan oleh waktu pertumbuhan yang tidak dalam kurun waktu yang pasti seperti yang ditentukan
tujuh hari. Daun muda merupakan daun baru yang tumbuh setelah tahap penandaan, sehingga tidak diketahui kapan waktu pasti daun ini tumbuh karena
tidak ditandai. Namun nilai pertumbuhan masih lebih tinggi dari daun tua yang sudah mengalami perlambatan pertumbuhan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Azkab dan Kiswara 1994 in Rohmimohtarto dan Juwana 2001 di Teluk Kuta, Lombok laju pertumbuhan
lamun alami jenis T. hemprichii pada daun muda dan tua secara berturut-turut sebesar 4,51 mmhari dan 4,06mmhari, dan jenis C. rotundata sebesar 8,69
mmhari dan 4,11 mmhari. Jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan lamun transplantasi di kedua pulau nilai ini lebih tinggi, karena energi lebih banyak
digunakan untuk bertahan hidup sehingga perlakuan transplantasi dapat mengurangi kemampuan tumbuhan lamun untuk tumbuh sehingga nilai laju
pertumbuhannya menjadi lebih kecil.
4.5 Pengelolaan Kawasan Lamun di Pulau Pramuka dan Pulau Kelapa Dua