15
f.  Salinitas
Salinitas  adalah  kadar  seluruh  ion-ion  yang  terlarut  dalam  air.  Salinitas menunjukkan jumlah garam zat-zat terlarut dalam 1 kg air laut. Sebaran salinitas
di  laut  dipengaruhi  oleh  beberapa  faktor  seperti  pola  sirkulasi  air,  penguapan, curah  hujan  dan  aliran  sungai  Nontji  1987.  Tumbuhan  lamun  mempunyai
toleransi yang berbeda-beda, namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebar yaitu 10-40 PSU.
Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi antar jenis dan umur. Lamun yang  tua  dapat  menoleransi  fluktuasi  salinitas  yang  besar  Zieman  1986  in
Badria 2007. Ditambahkan bahwa lamun jenis Thalassia ditemukan hidup dari salinitas  3,5-60 PSU,  namun  dengan  waktu  toleransi  yang  singkat.  Kisaran
optimum untuk pertumbuhan Thalassia dilaporkan dari salinitas 24-35 PSU.
g.  Derajat keasaman pH
Derajat  keasaman  pH  menyatakan intensitas  keasaman  atau  kebasaan dari  suatu  cairan  yang  mewakili konsentrasi  ion  hidrogennya.  Menurut
Keputusan  Menteri  Lingkungan  Hidup  No.  51  Tahun  2004,  kisaran  pH  optimal untuk kisaran air laut adalah 7,5 - 8,5. Menurut Beer, Eshel dan Waisel 1977 in
Phillip  dan  Menez  1988,  kisaran  pH  yang  baik  untuk  lamun adalah  pada  saat pH 7,5 - 8,5.
h.  Oksigen terlarut DO
Kelarutan  oksigen  dalam  air  laut  dipengaruhi  oleh  suhu  dan  salinitas. Semakin tinggi temperatur dan salinitas perairan makin kecil kelarutan oksigen
dalam  air.  Lapisan  atas  permukaan  laut  dalam  keadaan  normal  mengandung oksigen  terlarut  sebesar  4,5  - 9,0  mgl  KepMen  No.  51  Tahun  2004  Tentang
pedoman penetapan baku mutu air laut untuk biota laut. Sumber oksigen terlarut bisa berasal dari difusi oksigen yang terdapat di
atmosfer  sekitar  35  dan  aktifitas  fotosintesis  oleh  tumbuhan  air  dan fitoplankton Novonty dan Olem 1994 in Effendi 2003.
16
i.  Nutrien
Karakteristik  nutrien  berkaitan  erat  dengan  pertumbuhan  dan  tingkat produksi lamun. Meningkatnya nutrien pada keadaan tertentu secara kuantitatif
dapat menaikan  laju  pertumbuhan  dan  produksi  daun  lamun.  Keadaan  ini merupakan  faktor  eksternal  yang  dapat  mempengaruhi  pertumbuhan  dan
produksi lamun Azkab 1999a. Elemen  penting  yang  diperlukan  oleh  lamun  adalah  nitrogen  N,  fosfat
P, dan  C-organik.  Derivat  N  dan  P  yang  banyak  digunakan  oleh  lamun  adalah nitrat,  amonium,  dan  orthofosfat.  Ketiganya  termasuk  ke  dalam  jenis  bahan
anorganik. Peran  amonium  adalah  dalam  proses  nitrifikasi,  yaitu  mineralisasi
nitrogen  menjadi  nitrit  sebagai  produksi  intermediet dan  nitrat  sebagai produksi tujuan. Nitrat dalam tanah diserap oleh tumbuhan secara cepat untuk
membentuk biomassa sedangkan fosfat digunakan dalam proses fotosintesis dan respirasi lamun.
Karbon  disimpan  dalam  tanah  ketika  tanaman  dan  hewan  membusuk terurai.  Bahan  organik  ini  didekomposisi  oleh  bakteri,  melepaskan  CO
2
dan methana  kedalam  tanah  lembab.  Wood  1987,  menyatakan  bahwa  terdapat
hubungan  antara  kandungan  C-organik  dengan  ukuran  tekstur  substrat,  makin tinggi jumlah  liat  makin  tinggi pula  C-organik bila  kondisi  lainnya sama.  Tinggi
rendahnya  kandungan  C-organik  dipengaruhi  oleh  pasokan  air  dari  daratan sehingga lokasi juga mempengaruhi nilai C-organik.
17
3. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2008-Mei 2009 di Lokasi Rehabilitasi Lamun PKSPL-IPB Pulau Pramuka dan Pulau Kelapa Dua, Kepulauan
Seribu,  Provinsi  DKI  Jakarta.  Kedua  pulau  ini  merupakan  pulau  dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Pada Pulau Pramuka lokasi rehabilitasi berada
di timur pulau dimana terdapat tempat pembuangan akhir TPA, dekat dengan daerah  pengerukan  pasir  untuk  pembangunan  dan  beberapa  titik  pembuangan
limbah rumah tangga. Kemudian di Pulau Kelapa Dua lokasi rehabilitasi berada di  utara  pulau  yang  merupakan  kawasan  penangkapan  ikan  oleh  penduduk
dengan  menggunakan  alat  tangkap  jaring  dan  terdapat  keramba  jaring  apung KJA dapat dilihat pada Gambar 3. Secara georafis kedua lokasi ini terletak pada
lintang dan bujur yang ditunjukan pada Tabel 1. Tabel 1. Letak geografis lokasi rehabilitasi di Pulau Pramuka dan Pulau Kelapa
Dua
Lintang Bujur
Pulau Pramuka 05
˚ , 106
˚ , 05
˚ , 106
˚ ,003 05
˚ , 106
˚ , 05
˚ , 106
˚ , Pulau Kelapa Dua
05 ˚ .
106 ˚ .
05 ˚ .
106 ˚ .
05 ˚ .
106 ˚ .
05 ˚ .
106 ˚ .
Pengamatan  status  komunitas  lamun  dan  parameter  fisika  - kimia  pada kawasan rehabilitasi pada Pulau Kelapa Dua dilaksanakan pada bulan Desember
2008,  sedangkan  pada  Pulau  Pramuka  dilaksanakan  pada  bulan  Maret  2009. Tujuan pengamatan tersebut adalah untuk mengetahui kesesuaian lokasi untuk
dilakukan  transplantasi  lamun.  Pengamatan  tingkat  keberhasilan  transplantasi lamun  dilakukan  tiap  bulan  setelah  kegiatan  transplantasi  dan  untuk
pengamatan  laju  pertumbuhan  daun  lamun  transplantasi  dilakukan  setiap minggu selama satu bulan pada Maret 2009.