Gambar 11. Komposisi jenis lamun berdasarkan Pada  stasiun  3  merupakan
sedikit  yaitu  hanya  tiga  jenis dengan nilai persen penutupan
oleh jenis H. ovalis sebesar 5.
c.  Frekuensi jenis lamun P
Tabel 10 menjelaskan merata sehingga mempunyai
diperkuat  oleh  pernyataan luas sebarannya dan paling
Halodule uninervis
67
Thalassia hemprichii
72
Halodule uninervis
84
Komposisi jenis lamun berdasarkan penutupan di Pulau Kelapa Du stasiun  3  merupakan  stasiun  yang  ditemukan  jumlah  jenis
hanya  tiga  jenis  dan  didominasi  oleh  jenis  H.  uninervis persen penutupan sebesar  84. Nilai penutupan terendah dimiliki
sebesar 5.
si jenis lamun Pulau Kelapa Dua
menjelaskan bahwa  spesies  Thalassia hemprichii tersebar mempunyai frekuensi jenis yang tinggi di semua stasiun.
pernyataan  Kuriandewa  2009  bahwa  jenis  lamun  yang dan paling dominan di perairan Indonesia adalah T. hemprichii
Cymodocea rotundata
10 Thalassia
hemprichii 21
Halophila ovalis
2 Halodule
uninervis 67
Stasiun 1
Cymodocea rotundata
9 Cymodocea
serrulata 9
Thalassia prichii
72 Halophila
ovalis 6
Halodule uninervis
4
Stasiun 2
Thalassia hemprichii
11 Halophila
ovalis 5
Halodule uninervis
Stasiun 3
41
enutupan di Pulau Kelapa Dua jumlah  jenis  paling
uninervis  kembali terendah dimiliki
tersebar cukup nggi di semua stasiun. Hal ini
lamun  yang  paling T. hemprichii.
42
Spesies lain yang ditemukan di semua stasiun dengan nilai frekuensi jenis yang rendah  yaitu  H.  ovalis dan  H.  uninervis.  Nilai  frekuensi  masing-masing  jenis
lamun yang diamati di tiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Frekuensi jenis lamun di Pulau Kelapa Dua
No. Jenis
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3
1 Cymodocea rotundata
0,64 0,09
2 Cymodoceae serrulata
0,18 3
Enhalus acoroides 4
Thalassia hemprichii 1,00
1,00 0,82
5 Halophila ovalis
0,18 0,09
0,27 6
Halodule uninervis 0,64
0,09 0,27
4.3 Biomasa Lamun di Pulau Pramuka dan Pulau Kelapa Dua
Biomasa  lamun  dibedakan  atas  biomassa  diatas  permukaan  substrat above-ground biomass dan biomasa di dalam substrat below-ground biomass.
Biomassa daun dinyatakan dalam gram berat  kering  gbk per satuan unit  luas m
2
.  Nilai  biomasa  lamun  pada  kedua  pulau  dapat  dilihat  pada  Tabel  11  dan Gambar 12.
Tabel 11. Biomasa lamun di Pulau Pramuka dan Pulau Kelapa Dua gbkm
2
Stasiun Pramuka
Kelapa Dua Atas
Bawah Atas
Bawah
1 11,6190
106,3258 10,6636
50,4861 2
5,4771 25,7053
6,4290 71,1842
3 59,5983
258,1202 12,1698
63,4737 Rata-rata
25,5648 130,0504
9,7541 61,7147
Rasio 1
5 1
6 Keterangan : gbkm
2
= gram berat kering per meter persegi.
Biomasa  lamun  alami  pada  Pulau  Pramuka  lebih  tinggi  dibandingkan dengan Pulau  Kelapa  Dua.  Hal  ini  disebabkan  pada  Pulau Pramuka  jenis  lamun
yang ditemukan memiliki morfologi tubuh yang lebih besar dan penutupan yang lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  Pulau  Kelapa  Dua  sehingga  berpengaruh
terhadap nilai biomasa lamun tersebut, seperti pernyataan Azkab 2007 bahwa padang lamun yang padat rapat menyebabkan biomasanya lebih tinggi, begitu
pula dengan jenis lamun yang mempunyai ukuran daun dan rizhoma yang lebih
43
besar  akan  menyebabkan  biomassanya  lebih  tinggi.  Selain  itu,  rendahnya  nilai biomasa  lamun  di  Pulau  Kelapa  Dua  dibandingkan  dengan  Pulau  kelapa  juga
disebabkan  oleh  kadar  nutrien  yang  lebih  tinggi  sehingga  mengakibatkan peningkatan  biomasa  makro  algae.  Deegan  et  al.  2002  in Kiswara  2009
menemukan  suatu  perubahan  dalam  produsen  primer  dari  lamun  ke  makro algae  sebagai  reaksi  terhadap  peningkatan  masuknya  nutrisi  adalah  naiknya
biomasa algae dan turunnya kerapatan dan biomas lamun.
Gambar 12. Biomasa lamun di Pulau Pramuka dan Pulau Kelapa Dua Biomasa  bagian  tumbuhan  yang  berada  di  bawah  substrat  pada  kedua
pulau  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  bagian  tumbuhan  di  atas  permukaan substrat.  Hal  ini  disebabkan  oleh  tumbuhan  lamun  lebih  banyak  menyerap
nutrien  dari  substrat  dibandingkan  dari  kolom  perairan  seperti  pernyataan Erftemeijer  1993  in Dahuri  2003  bahwa  lamun  mengambil  ±90  nutrien
untuk pertumbuhannya melalui sistem perakaran. Hal ini juga dipengaruhi oleh jenis  substrat  pada  kedua  pulau  yang bertipe  pasir  sehingga  dibutuhkan  akar
dan  rimpang  yang  besar  dan  kuat  untuk  dapat  bertahan  dari  arus  dan gelombang.
Rasio antara biomasa bagian atas dan bawah substrat pada Pulau Pramuka yaitu 1 : 5 dan pada Pulau Kelapa Dua 1 : 6. Nilai ini menandakan bagian tubuh
tumbuhan  lamun  bagian  bawah  substrat  lima  kali  lebih  besar  dibandingkan dengan bagian atas pada  Pulau Pramuka dan  pada Pulau Kelapa Dua enam kali
lebih  besar.  Hal  ini  dipengaruhi  oleh  beberapa  faktor  antara  lain  jenis  dan
25,56 9,75
130,05
61,71
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
120.00 140.00
160.00 180.00
Pramuka Kelapa Dua
g b
k m
2
Atas Bawah
44
morfologi tubuh lamun yakni daun, rimpang dan akar yang berbeda ditiap lokasi, komposisi partikel substrat, kondisi  lingkungan seperti kandungan  nutrien dan
kecepatan  arus.  Pada  Pulau  Pramuka  morfologi  daunnya  lebih  besar dibandingkan  dengan  di  Pulau  Kelapa  Dua,  jenis  lamun  yang  ditemukan  pun
berbeda  dari  kedua  pulau  ini  dengan  komposisi  jenis  yang  berbeda  pula  tiap jenisnya.  Komposisi  substrat  dan  kecepatan  arus  mempengaruhi  ukuran  akar
dan rimpang seperti dijelaskan sebelumnya.
4.4 Transplantasi Lamun 4.4.1 Tingkat keberhasilan pertumbuhan transplantasi lamun