Analisis Komoditas Unggulan Pada Level Meso

menjadi komoditas unggulan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka. Namun, apabila ditinjau dari aspek besarnya keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usahatani komoditas sayur-sayuran, maka komoditas ini memiliki potensi dan peluang yang besar dalam peningkatan kesejahteraan petani dan pengembangan wilayah di Kabupaten Majalengka. Komoditas sayur-sayuran yang perlu dipertimbangkan untuk menjadi komoditas unggulan karena memiliki potensi yang besar di Kabupaten Majalengka adalah komoditas bawang merah. Dalam penelitian ini, komoditas sayuran tidak terpilih menjadi komoditas unggulan disebabkan karena keterbatasan kriteria yang dibangun. Kriteria yang digunakan untuk memilih komoditas unggulan adalah komoditas-komoditas tersebut harus unggul pada ketiga level analisis yaitu pada level makro, meso dan mikro. Tabel 46. Pemilihan Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Bahan Makanan Komoditas Komoditas Terpilih Menurut Analisis Komoditas Unggulan Makro Meso Mikro Tanaman Pangan Padi Padi Padi Padi Jagung Jagung Jagung Jagung Kedelai Kedelai Kedelai Kacang Hijau Bahan Makanan lain Ubi Kayu Ubi Jalar Buah-buahan Alpukat Kedelai Mangga Mangga Durian Kacang Hijau Pisang Pisang Jambu Biji Melinjo Melinjo Jambu Air Buah-buahan Jeruk Mangga Mangga Pisang Nangka Durian Pepaya Melinjo Pisang Sawi Sirsak Sukun Melinjo Petai Sayur-sayuran Bawang merah Bawang merah Kembang kol Bawang daun Cabe Besar Sumber : Hasil Analisis 2011 Berdasarkan Tabel 46 maka komoditas unggulan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka adalah padi, jagung, kedelai, mangga, pisang dan melinjo. Selanjutnya, keenam komoditas terpilih tersebut akan dianalisis lebih lanjut untuk melihat urutan prioritas komoditas dan arah pengembangannya berdasarkan pendapatan para pemangku kepentingan di bidang pengembangan pertanian.

5.4. Prioritas Pembangunan Subsektor Tanaman Bahan Makanan

Prioritas pembangunan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka ditentukan melalui Analytical Hierarchy Process AHP. Proses AHP dilakukan untuk mendapatkan nilai skor prioritas dari struktur hirarki permasalahan yang dibangun. Struktur hirarki permasalahan yang akan ditentukan prioritasnya dalam pembangunan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka terdiri dari tiga permasalahan utama. Permasalahan pertama adalah menentukan jenis komoditas unggulan yang akan diprioritaskan menurut pendapat para responden. Kedua adalah menentukan subsistem mana yang perlu diprioritaskan dalam pengembangan komoditas-komoditas unggulan tersebut. Ketiga adalah menentukan aspek pendukung yang perlu diprioritaskan dalam pengembangan masing-masing subsistem. Semakin tinggi nilai yang diperoleh menandakan kriteria atau faktor tersebut lebih prioritas dibandingkan dengan faktor lain. Adapun nilai prioritas dari masing-masing permasalahan tersebut diuraikan pada bahasan di bawah ini.

5.4.1. Prioritas Komoditas Unggulan

Dalam melaksanakan pembangunan subsektor tanaman bahan makanan perlu diupayakan fokus pada komoditas unggulan agar dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan perekonomian wilayah. Selain itu, adanya keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh setiap daerah membuat setiap daerah perlu menetapkan prioritas-prioritas dalam melaksanakan program dan kebijakan pembangunan yang akan dilaksanakan. Berdasarkan hasil analisis komoditas unggulan yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diperoleh enam komoditas yang menjadi unggulan di Kabupaten Majalengka. Selanjutnya, dari keenam komoditas tersebut, perlu diketahui mana yang menurut para stakeholder perlu diprioritaskan dalam rangka pembangunan subsektor tanaman bahan makanan di wilayah Kabupaten Majalengka. Hal ini penting untuk diketahui agar pengembangan komoditas unggulan selaras dengan kebutuhan dan persepsi para stakeholdernya. Dari enam komoditas unggulan terpilih berdasarkan hasil analisis yaitu komoditas padi, jagung, kedelai, mangga, pisang dan melinjo, para stakeholder memilih komoditas padi sebagai prioritas pertama dengan skor penilaian sebesar 0,324, jagung sebagai prioritas kedua dengan skor 0,250, mangga sebagai prioritas ketiga dengan skor 0,180, kedelai sebagai prioritas keempat dengan skor 0,122, pisang sebagai prioritas kelima dengan skor 0,071 dan melinjo sebagai prioritas terakhir dengan skor 0,052. Gambar 34 menunjukkan hasil persepsi para stakeholder dalam menentukan prioritas komoditas unggulan. Gambar 34. Hasil AHP dalam penentuan prioritas komoditas unggulan Alasan utama para stakeholder memilih komoditas padi menjadi prioritas pertama kemungkinan karena padi merupakan bahan makanan pokok masyarakat sehingga berhubungan erat dengan ketahanan pangan Kabupaten Majalengka.

5.4.2. Prioritas Pengembangan Subsistem Agribisnis

Agribisnis sebagai suatu sistem merupakan konsep pengelolaan pertanian secara luas, utuh dan terdiri dari beberapa subsistem. Menurut Saragih 2010, agribisnis sebagai bentuk modern pertanian mencakup empat subsistem yaitu 1 subsistem agribisnis hulu, yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi pertanian primer, 2 subsistem usahatani yang juga disebut sebagai