memilih untuk berkerja di luar sektor pertanian sehingga lama kelamaan sektor pertanian ini akan ditinggalkan dan semakin terpuruk. Selain itu, peningkatan
produktivitas usahatani dan kualitas produk belum menunjukkan perbaikan yang berarti. Produk-produk pertanian lokal menjadi kurang memiliki daya saing
dengan produk-produk pertanian dari luar. Sejauh ini peran sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja, masih
menerima beban yang besar dan tidak berimbang dengan alokasi anggaran, sehingga produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian relatif masih rendah
dibandingkan dengan sektor lainnya. Rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pertanian akan mempengaruhi adopsi teknologi yang pada akhirnya akan
berdampak pada rendahnya produktivitas sektor pertanian. Dampak negatif lain dari terpuruknya sektor pertanian ini adalah
menurunnya tingkat
ketahanan pangan,
meningkatnya kemiskinan,
ketergantungan pada pangan luar menjadi tinggi, industrialisasi yang terjadi input produksinya sangat tergantung dari bahan baku impor dan meningkatnya
pengangguran di perdesaan Harianto, 2007. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan tersebut perlu perhatian besar dari pemerintah dalam upaya
pembangunan sektor pertanian. Revitalisasi pertanian yang digalakkan oleh Kementerian Pertanian
menitikberatkan pada program ketahanan pangan untuk menjamin adanya ketersediaan pangan yang cukup, mudah diperoleh, aman dikonsumsi dan harga
yang terjangkau. Sektor pertanian yang mempunyai kontribusi terbesar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat adalah subsektor tanaman bahan makanan.
Oleh karena itu pembangunan pertanian subsektor tanaman bahan makanan menjadi sangat penting dalam menunjang program ketahanan pangan. Selain itu,
pangan merupakan salah satu hak dasar bagi rakyat basic entitlement. Pembangunan subsektor tanaman bahan makanan memiliki potensi yang
besar dalam upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari potensinya sebagai penyumbang terbesar terrhadap nilai PDRB
suatu wilayah dan subsektor ini merupakan subsektor pertanian yang paling banyak digeluti oleh sebagian besar masyarakat terutama masyarakat pedesaan.
2.3. Sektor Basis, Keunggulan Komparatif dan Kompetitif
Berlakunya otonomi daerah membawa implikasi bagi setiap pemerintah daerah untuk mampu melihat sektor-sektor yang memiliki keunggulan ataupun
kelemahan di wilayahnya. Oleh karena itu setelah berlakunya otonomi daerah, setiap daerah memiliki kewenangan dalam menetapkan sektor atau komoditas
yang akan menjadi prioritas pengembangan. Sektor atau komoditas yang memiliki keunggulan memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan
diharapkan dapat menjadi push factor bagi sektor-sektor lain untuk berkembang Tarigan, 2008.
Salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam perumusan kebijakan pembangunan daerah adalah keberadaan sektor unggulan. Sektor unggulan
merupakan sektor perekonomian yang diharapkan menjadi motor penggerak perekonomian wilayah. Dengan mengetahui dan mengoptimalkan sektor unggulan
ini maka diharapkan terdapat efek positif bagi kemajuan aktivitas perekonomian daerah Syahidin, 2006. Salah satu alat analisis yang bisa digunakan untuk
mengetahui keberadaan sektor unggulan ini adalah teori basis ekonomi. Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Teori ini menyatakan bahwa sektor basis dapat membangun dan
memacu penguatan dan pertumbuhan ekonomi lokal sehingga diidentifikasi sebagai mesin ekonomi lokal.
Menurut Rustiadi et al. 2009, sektor ekonomi wilayah dapat dibagi dalam dua golongan yaitu sektor basis dimana kelebihan dan kekurangan yang
terjadi di dalam proses pemenuhan kebutuhan tersebut menyebabkan terjadinya mekanisme ekspor dan impor antar wilayah. Sektor basis ini akan menghasilkan
barang dan jasa, baik untuk pasar domestik daerah maupun pasar luar wilayah sedangkan sektor non basis adalah sektor dengan kegiatan ekonomi yang hanya
melayani pasar di wilayahnya sendiri dan kapasitas ekspor wilayah belum berkembang. Metode yang sering dipakai sebagai indikasi sektor basis adalah
metode Location Quotient LQ dan Shift Share Analysis SSA. Analisis Location Quotient LQ merupakan teknik analisis yang
digunakan untuk mengetahui pemusatan suatu aktivitas di suatu wilayah dalam
cakupan wilayah agregat yang lebih luas. Metode LQ juga dapat digunakan untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan indikasi sektor basis dan
bukan basis karena merupakan perbandingan relatif antara kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas dalam suatu wilayah. Suatu wilayah yang
memiliki nilai koefisien lokalisasi LQ lebih dari satu untuk suatu kegiatan maka wilayah tersebut berpotensi ekspor sehingga dapat memberikan keuntungan
ekonomi bagi wilayahnya serta memiliki daya saing ekonomi dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Dalam konteks perencanaan pengembangan wilayah, upaya untuk mengidentifikasi aktivitas ekonomi basis menjadi bagian yang penting untuk
dapat memetakan komoditas atau sektor unggulan. Asumsi yang digunakan dalam analisis sektor basis dengan menggunakan metode LQ ini adalah 1
kondisi geografis unit wilayah relatif seragam, 2 pola aktivitas antar unit wilayah bersifat seragam dan 3 setiap aktivitas menghasilkan kualitas produk
yang sama dan dinilai dalam satuan yang sama Pribadi et al., 2010. Analisis LQ juga memberikan gambaran mengenai sektor atau kegiatan
ekonomi mana yang terkonsentrasi memusat dan yang tersebar. Tarigan 2008 menyatakan bahwa analisis LQ sebagai petunjuk adanya keunggulan komparatif
dapat digunakan bagi sektor-sektor yang telah lama berkembang, sedangkan bagi sektor yang baru atau sedang tumbuh apalagi yang selama ini belum pernah ada,
metode LQ tidak dapat digunakan karena produk totalnya belum menggambarkan kapasitas riil daerah tersebut.
Berkaitan dengan percepatan dan efisiensi pengembangan wilayah, perlu dilakukan penentuan sektor dan komoditas unggulan yang memiliki keunggulan
secara komparatif dan kompetitif. Keunggulan komparatif dalam hal ini adalah keunggulan suatu sektor atau komoditas dalam suatu wilayah relatif terhadap
sektor atau komoditas pada wilayah lainnya. Upaya pengembangan keunggulan komparatif komoditas pertanian perlu berdasarkan pada sumberdaya lokal.
Komoditas yang dikembangkan harus mampu menyerap tenaga kerja lokal dengan didukung oleh kesesuaian lingkungan sumberdaya lokal. Ukuran keunggulan
komparatif yang dimaksud pada tulisan ini didasari atas nilai Location Quotient LQ.
Dalam pengembangan wilayah, selain mengetahui keunggulan komparatif perlu diketahui juga keunggulan kompetitif. Pengukuran ini menjadi penting
untuk diketahui karena seringkali dalam pengembangan wilayah perlu menentukan sektor mana yang akan dikembangkan. Untuk menentukan hal
tersebut selain mengetahui potensi perlu juga diketahui bagaimana kinerja atau tingkat pertumbuhan sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya yang
berdekatan dalam sistem wilayah. Keunggulan kompetitif suatu wilayah merupakan keunggulan suatu sektor
atau komoditas relatif terhadap sektor atau komoditas lainnya dalam suatu wilayah berdasarkan kinerjanya. Untuk mengetahui keunggulan kompetitif suatu
wilayah dapat digunakan analisis shift share dan analisis input-output. Suatu wilayah dikatakan memiliki keunggulan kompetitif apabila dalam waktu tertentu
mengalami peningkatan aktivitas yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah lain atau memiliki tingkat pertumbuhan yang positif.
Shift Share Analysis SSA merupakan teknik analisis yang digunakan untuk melihat tingkat keunggulan kompetitif suatu wilayah dalam cakupan
wilayah agregat yang lebih luas berdasarkan kinerja sektor lokal di wilayah tersebut. Kinerja sektor lokal menjadi penting karena dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi lokal wilayah dan memiliki daya tahan terhadap pengaruh- pengaruh faktor eksternal.
Teknik analisis SSA bertujuan untuk menganalisis pergeseran kinerja suatu sektor di suatu wilayah untuk dipilah berdasarkan sumber-sumber penyebab
pergeseran. Ada tiga sumber penyebab pergeseran yaitu : 1. Komponen regional share komponen laju pertumbuhan total. Komponen ini
menunjukkan kontribusi pergeseran total semua sektor di seluruh wilayah yang menunjukkan dinamika total wilayah.
2. Komponen proportional shift komponen pergeseran proporsional. Komponen ini menunjukkan pergeseran total sektor tertentu di wilayah
agregat yang lebih luas yang menunjukkan dinamika sektoraktivitas total dalam wilayah.
3. Komponen differential shift komponen pergeseran diferensial. Komponen ini menunjukkan pergeseran suatu sektor tertentu di suatu wilayah tertentu.