Analisis Prioritas Pembangunan Subsektor Tanaman Bahan

serta telah sesuai dengan arahan tata ruang wilayah Kabupaten Majalengka. Evaluasi kesesuaian dan ketersdiaan lahan tersebut digunakan untuk mendapatkan peta arahan pengembangan komoditas unggulan yang sesuai dan tersedia. Adapun tahapan pengolahan data untuk analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk arahan pengembangan komoditas unggulan dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Tahapan analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk arahan pengembangan komoditas unggulan Pertanian bagi penduduk Kabupaten Majalengka memiliki peranan penting karena selain merupakan salah satu bentuk warisan budaya dari para leluhur juga merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk, penyedia utama kebutuhan pangan masyarakat dan industri serta penyeimbang ekosistem lingkungan hidup. Oleh sebab itu maka pelaksanaan pembangunan pertanian harus dilaksanakan dengan baik dan terencana. Pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Majalengka perlu terus ditumbuhkembangkan dengan diupayakan fokus pada pengembangan komoditas- komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif agar mampu bersaing dengan komoditas-komoditas pertanian dari wilayah lainnya. Dari hasil analisis kondisi dan potensi sektor pertanian akan disusun arahan jenis-jenis Peta Tanah dan Landsystem Peta Kesesuaian Lahan Peta Landuse Dan RTRW Overlay Peta Lahan Sesuai dan Tersedia Persyaratan Tumbuh Komoditas Unggulan komoditas unggulan dan wilayah-wilayah yang berpotensi untuk pengembangan komoditas tersebut. Selain itu kebijakan peningkatan keterkaitan sektor pertanian dengan sektor-sektor lainnya perlu dilakukan dalam rangka pengembangan wilayah. Hal ini sejalan dengan pendapat Rustiadi et al., 2009 yang menyatakan bahwa keterpaduan sektoral menuntut adanya keterkaitan fungsional yang sinergis antara sektor perekonomian sehingga setiap kegiatan pembangunan sektoral dilaksanakan dalam kerangka pembangunan wilayah. Peran sektor pertanian dalam pengembangan wilayah juga dapat terlihat dari nilai multiplier effect yang diciptakan sektor ini, misalnya, multiplier effect pendapatan dapat menggambarkan peran sektor pertanian dalam peningkatan pendapatan masyarakat yang dalam hal ini berimplikasi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sedangkan multiplier effect tenaga kerja dapat memberikan gambaran peran sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja yang berimplikasi terhadap penurunan tingkat pengangguran. Dari hasil analisis input-output akan disusun arahan untuk peningkatan peran sektor pertanian dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Majalengka. Paradigma pembangunan ke depan diarahkan sebesar-besarnya kepada peningkatan peran dan partisipasi masyarakat serta menuntut adanya perubahan peran pemerintah yaitu semula berperan sebagai pelaku sekarang menjadi fasilitator, akselerator dan regulator pembangunan. Berdasarkan hal tersebut maka untuk menentukan prioritas pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Majalengka dilakukan dengan melibatkan peran dan partisipasi masyarakat. Berdasarkan pada hal-hal tersebut diatas maka pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Majalengka perlu diarahkan agar mampu berkontribusi secara optimal dalam pengembangan wilayah terutama bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

4.1. Kondisi Fisik Wilayah

Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografi, topografi, tanah dan lahan, iklim, dan penggunaan lahan. Masing-masing bahasan tersebut diuraikan tersendiri pada bagian di bawah ini.

4.1.1. Kondisi Geografi

Kabupaten Majalengka merupakan bagian dari wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat dengan Luas wilayah 120.424 Hektar atau sekitar 2,71 luas wilayah Provinsi Jawa Barat. Jarak dari Ibukota Kabupaten Majalengka ke Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah ± 91 Kilometer. Secara geografis Kabupaten Majalengka terletak diantara 6 36 ’ sampai dengan 7 03 ’ Lintang Selatan dan 108 03 ’ sampai dengan 108 25 ’ Bujur Timur. Adapun batas wilayah administrasinya adalah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, sebelah selatan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah barat dengan Kabupaten Sumedang, dan Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon. Wilayah Kabupaten Majalengka secara administratif terdiri dari 26 kecamatan,13 kelurahan dan 334 desa. Pemekaran wilayah di Kabupaten Majalengka terjadi pada tahun 2007 yaitu pemekaran kecamatan dan pemekaran desa. Jumlah kecamatan semula 23 menjadi 26 kecamatan sedangkan jumlah desa yang semula 318 menjadi 334 desa. Kecamatan yang baru hasil pemekaran yaitu Kecamatan Kasokandel yang merupakam pemekaran dari Kecamatan Dawuan, Kecamatan Sindang pemekaran dari Kecamatan Sukahaji dan Kecamatan Malausma yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Bantarujeg. Secara spasial batas administrasi masing-masing Kecamatan di Majalengka dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Peta administrasi Kabupaten Majalengka Distribusi luas wilayah tiap kecamatan di Kabupaten Majalengka disajikan pada Gambar 8. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa luas wilayah per Kecamatan di Kabupaten Majalengka cenderung merata. Kecamatan yang memiliki luas wilayah paling luas adalah Kecamatan Kertajati sedangkan kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Kadipaten. Gambar 8. Distribusi luas wilayah per kecamatan Km 2

4.1.2. Kondisi Topografi

Kondisi topografi Kabupaten Majalengka sangat bervariasi yaitu ada daerah dengan topografi landai dataran rendah, berbukit bergelombang, serta perbukitan terjal. Kondisi bentang alamnya melandai ke daerah Barat Laut, menyebabkan aliran sungai dan mata air mengalir ke arah Utara. Sehingga pada wilayah bagian Utara Kabupaten Majalengka terdapat banyak persawahan. Perbukitan dengan lereng yang curam terdapat di lereng Gunung Ciremai.