dengan skor 0,249. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pengembangan sistem agribisnis faktor sumber daya manusia merupakan faktor yang paling penting
untuk dikembangkan. Dalam hal ini, perlu ditingkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya. Hasil analisis AHP secara keseluruhan disajikan pada
Gambar 37.
Gambar 37. Hasil AHP dalam penentuan prioritas pembangunan subsektor tanaman bahan makanan berdasarkan persepsi seluruh stakeholder.
5.5. Arahan Pengembangan Subsektor Tanaman Bahan Makanan
Arahan pengembangan subsektor tanaman bahan makanan dalam rangka pengembangan wilayah di Kabupaten Majalengka disusun berdasarkan hasil
analisis kondisi dan potensi subsektor tanaman bahan makanan yang diperoleh dari analisis Location Quotient LQ dan Shift Share Analysis SSA, analisis peran
subsektor tanaman bahan makanan yang dilakukan dengan menggunakan analisis input-output, analisis penentuan komoditas unggulan serta analisis prioritas
pembangunan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process AHP. Selanjutnya hasil
Pembangunan Subsektor Tanaman Bahan
Makanan
Padi 0,324
Jagung 0,250
Kedelai 0,122
Mangga 0,180
Pisang 0,071
Melinjo 0,052
Subsistem Agribisnis Hulu
0,275 Subsistem
Usahatani 0,287
Subsistem Agribisnis Hilir
0,273 Subsistem Jasa
Layanan Pendukung 0,166
Sumberdaya Manusia
0,448 Sarana
Prasarana 0,303
Kelembagan 0,249
analisis tersebut dipadukan dengan analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk tiga komoditas unggulan terpilih sehingga diperoleh lokasi arahan untuk
pengembangan komoditas tersebut. Pembangunan subsektor tanaman bahan makanan perlu diarahkan dalam
upaya mengoptimalkan pembangunan subsektor ini agar dapat menjadi sektor unggulan yang mampu menjadi motor penggerak perekonomian wilayah dengan
berbasis potensi lokal dan berdimensi kerakyatan. Pembangunan subsektor tanaman bahan makanan yang ada selama ini masih berlangsung secara parsial
sehingga hasil yang dicapai belum optimal. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pembangunan subsektor ini lebih lanjut memerlukan dukungan dari berbagai
pihak secara konsisten dan terintegrasi baik dari berbagai instansi pemerintah yang terlibat maupun dari masyarakat.
Berdasarkan hasil analisis potensi dan kondisi subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka dapat diketahui bahwa subsektor tanaman
bahan makanan di Kabupaten Majalengka merupakan sektor basis dengan memiliki beberapa komoditas yang unggul dari aspek luas tanam, luas panen
maupun produksi. Namun dari komoditas-komoditas yang ada tidak selalu unggul dari ketiga aspek tersebut sehingga arahan yang disarankan untuk peningkatan
nilai keunggulan komoditas-komoditas subsektor tanaman bahan makanan adalah dengan melakukan peningkatan kinerja subsektor tanaman bahan makanan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatan kinerja subsektor ini adalah :
1 Peningkatan teknologi budidaya untuk mendorong peningkatan produksi dan produktivitas serta menghasilkan produk yang berkualitas.
2 Peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang bergerak di subsektor tanaman bahan makanan baik petani maupun petugas, antara lain melalui
pendidikan pelatihan dan penyuluhan yang kontinyu. 3 Pengelolaan sumberdaya lahan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi lahan
secara bijak dengan memperhatikan asas kelestarian lingkungan. 4 Pengembangan ketersediaan sarana produksi seperti pupuk, dan benih yang
bermutu sehingga dapat menjamin keberlangsungan usahatani.
5 Pengembangan sarana prasarana pendukung kegiatan usahatani seperti pembuatan dan perbaikan saluran irigasi yang dapat menjamin ketersediaan air
untuk pertanaman, perbaikan jalan usaha tani dan pembangunan jalan desa untuk memudahkan mobilitas sarana produksi dan hasil panen serta
penyediaan alat mesin pertanian baik alat mesin untuk kegiatan budidaya maupun alat mesin untuk kegiatan panen, pasca panen dan pengolahan.
6 Pengembangan kelembagaan diantaranya dilakukan melalui peningkatan manajamen kelembagaan petani, maupun kemudahan untuk mengakses
lembaga-lembaga permodalan dan lembaga pemasaran. Kajian terhadap peran beberapa komoditas subsektor tanaman bahan
makanan di Kabupaten Majalengka melalui analisis tabel input-output menunjukkan bahwa keterkaitan antar sektor serta nilai multiplier effect yang
dimiliki oleh beberapa komoditas subsektor tanaman bahan makanan masih rendah. Hasil analisis terhadap struktur output juga menunjukkan bahwa jumlah
permintaan antara lebih kecil 26,99 dibandingkan dengan jumlah permintaan akhir 73,01. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar produk dikonsumsi
dan diekspor dalam bentuk segar. Arahan peningkatan peran subsektor tanaman bahan makanan dalam meningkatkan perekonomian wilayah adalah dengan
meningkatkan keterkaitan subsektor tanaman bahan makanan dengan sektor- sektor lainnya baik yang memiliki keterkaitan ke depan maupun ke belakang
sehingga mampu mengurangi terjadinya kebocoran wilayah. Adapun sektor-sektor
yang memiliki potensi untuk didorong peningkatan keterkaitannya adalah sektor industri pengolahan, peternakan, perikanan, restoran, hotel, hiburan dan rekreasi
karena sektor-sektor tersebut memiliki keterkaiatan ke depan maupun ke belakang dengan komoditas-komoditas subsektor tanaman bahan makanan.
Dengan memperhatikan segala keterbatasan yang dimiliki oleh setiap daerah serta untuk melaksanakan pembangunan subsektor tanaman bahan
makanan yang efektif dan efisien maka pembangunan subsektor ini diupayakan fokus pada komoditas unggulan. Berdasarkan hasil analisis secara makro, meso
dan mikro maka pembangunan subsektor tanaman bahan makanan diarahkan untuk fokus pada komoditas padi, jagung, kedelai, mangga, pisang dan melinjo.
Pembangunan subsektor tanaman bahan makanan yang bijaksana dan mengikuti azas partisipatif perlu dilaksanakan dengan melibatkan stakeholders
dalam menentukan aspek-aspek yang perlu diprioritaskan. Tiga komoditas unggulan yang mendapat prioritas dari stakeholders adalah padi, jagung dan
mangga dengan subsistem agribisnis yang menjadi prioritas untuk dikembangkan adalah subsistem usahatani, dan aspek sumberdaya manusia menjadi prioritas
pertama yang diperlukan dalam pengembangan subsistem agribisnis tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka arahan dalam pembangunan subsektor tanaman
bahan makanan adalah peningkatan teknologi budidaya komoditas unggulan dan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia sebagai pelaku usahatani.
Arahan untuk lokasi pengembangan tiga komoditas unggulan terpilih yang menjadi prioritas dari stakeholders disajikan pada Gambar 38, 39 dan 40. Arahan
untuk lokasi pengembangan tiga komoditas unggulan tersebut didasarkan pada aspek kesesuaian dan ketersediaan lahan dari masing-masing komoditas. Aspek
kesesuaian lahan dipilih menjadi faktor yang digunakan untuk menentukan arahan lokasi pengembangan komoditas karena pengembangan komoditas pada lahan
yang sesuai diharapkan akan mampu meningkatkan produksi dan produktivitas dari komoditas tersebut. Aspek ketersediaan lahan digunakan dalam menentukan
lokasi arahan karena pengembangan komoditas tersebut perlu disesuaikan dengan penggunaan lahan yang ada serta arahan tata ruang wilayah Kabupaten
Majalengka. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi kesesuaian lahan pada tingkat ordo
yang mengacu pada kerangka evaluasi lahan FAO Tahun 1976 dalam Sitorus 2004. Menurut konsep dasar kerangka evaluasi lahan FAO, 1976 sesuai
dengan tujuannya kesesuaian lahan dibedakan atas kesesuaian lahan secara fisik kualitatif dan kesesuaian lahan secara ekonomik kuantitatif. Dalam penelitian
ini evaluasi lahan hanya secara fisik kualitatif. Kriteria atau persyaratan tumbuh tanaman yang digunakan dalam evaluasi
kesesuaian lahan ini mengacu pada dokumen yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian
Djaenudin et al., 2003 yang secara rinci tersaji pada Lampiran 15, 16 dan 17. Namun, dalam penelitian ini tidak menggunakan semua kriteria yang