pertanian di suatu daerah. Kemampuan tanah berdasarkan kedalaman efektif tanah merupakan kondisi dimana tanaman dapat tumbuh karena perakaran tanaman
dapat menembusnya secara vertikal. Kedalaman efektif tanah dipengaruhi oleh tingkat erosi yang dapat mengakibatkan lapisan atas tanah top soil terkikis air ke
tempat yang lebih rendah Hardjowigeno, 2007.
Gambar 10. Peta kedalaman efektif tanah Kabupaten Majalengka
Kedalam efektif tanah di Kabupaten Majalengka dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok. Adapun sebaran kedalaman efektif tanah secara rinci
dapat dilihat pada Gambar 10.
4.1.4. Iklim
Kondisi iklim di wilayah Kabupaten Majalengka termasuk kedalam iklim tropis dengan suhu udara rata-rata berdasarkan data Tahun 2009 berkisar antara
25,9
o
C sampai dengan 29,3
o
C. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan Oktober yaitu 35,9
o
C, sedangkan suhu udara minimum terjadi pada bulan Agustus dengan suhu sebesar 22,2
o
C. Variasi curah hujan bulanan pada Tahun 2009 antara 60 mm sampai 419
mm dengan jumlah hari hujan antara 2 sampai 26 hari setiap bulan. Dengan menggunakan pembagian tipe hujan dari Oldeman, maka Kabupaten Majalengka
termasuk tipe iklim C yaitu daerah yang memiliki bulan basah 5-6 bulan. Curah hujan tertinggi di Kabupaten Majalengka terjadi pada bulan Februari 2009 yang
mencapai 419 mm dengan jumlah hari hujan 26 hari, sedangkan kemarau terjadi pada bulan Agustus dan September. Adapun data iklim di Kabupaten Majalengka
selama Tahun 2009 disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Fluktuasi Iklim di Kabupaten Majalengka Tahun 2009
No. Bulan
Suhu Udara
o
C Hujan
Penyinaran Matahari
Maks. Min.
Rata-rata Curah Hujan
mm Hari
Hujan
1 Januari
31,1 23,7
26,6 234
22 35
2 Februari
30,6 23,4
25,9 419
26 27
3 Maret
33,3 23,6
26,7 293
23 66
4 April
33,1 24,1
27,5 217
14 61
5 Mei
32,7 24,1
27,3 90
14 78
6 Juni
32,7 22,5
27,2 60
6 81
7 Juli
33,1 22,3
26,9 ttu
2 85
8 Agustus
34,2 22,2
27,5 89
9 September
35,9 23,6
29,2 86
10 Oktober
35,2 24,8
29,3 69
8 72
11 Nopember
33,9 24,9
28,4 364
18 53
12 Desember
32,9 24,4
27,6 219
23 56
Jumlah 398,7
283,6 330,1
1965 156
789 Rata-rata
33,2 23,6
27,5 178,64
13 65,8
Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010 ttu=tidak terukur
4.1.5. Penggunaan Lahan
Pada dasarnya penggunaan lahan suatu wilayah merupakan perwujudan fisik dari semua kegiatan sosial ekonomi penduduk. Pengenalan pola penggunaan
lahan ini sangat diperlukan baik untuk memperoleh gambaran mengenai organisasi tata ruang maupun untuk mengetahui pola distribusi kegiatan sosial
ekonomi serta intensitas penggunaan lahan dan berbagai kegiatan yang ada. Sebagai daerah agraris, penggunaan lahan di Kabupaten Majalengka masih
didominasi oleh kegiatan pertanian baik pertanian lahan basah maupun kering. Penggunaan lahan di Kabupaten Majalengka disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Penggunaan Lahan di Kabupaten Majalengka Tahun 2009
No Penggunaan Lahan
Luas Ha
Proporsi 1
LAHAN PERTANIAN 1.1
Lahan Sawah
1. Irigasi teknis 17.982
14,93 2. Irigasi ½ teknis
7.970 6,62
3. Irigasi sederhana 5.534
4,60 4. Irigasi Desa Non PU
7.901 6,56
5. Tadah hujan 12.512
10,39
Jumlah Lahan Sawah 51.899
43,10
1.2 Lahan Bukan Sawah
- 1. Tegal kebun
27.275 22,65
2. Ladang huma - -
3. Perkebunan 370
0,31 4. Ditanami pohonhutan rakyat
4.739 3,94
5. Tambak - -
6. Kolamtebatempang 543
0,45 7. Padang penggembalaanrumput
693 0,58
8. Sementara tidak diusahakan 28
0,02 9. Lainnya pekarangan yang ditanami tanaman
pertanian, dll 2.584
2,15
Jumlah Lahan Bukan Sawah 36.232
30,09
2 LAHAN BUKAN PERTANIAN
- 1. Rumah, bangunan dan halaman sekitar
12.025 9,99
2. Hutan Negara 17.217
14,30 3. Rawa-rawa tidak ditanami
99 0,08
4. Lainnya Jalan, sungai, danau, lahan tandus 2.952
2,45
Jumlah Lahan Bukan Pertanian 32.293
26,82
Luas Lahan Keseluruhan 120.424
100,00
Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010