Keterkaitan Sektor TINJAUAN PUSTAKA

segenap isu strategis tersebut bukan saja dapat menjadi faktor pendorong terjadinya pembangunan di suatu daerah atau wilayah tetapi juga dapat menjadi faktor kendala pembangunan. Melalui pemberian otonomi yang besar pada daerah, maka saat ini dan masa yang akan datang keberhasilan pengembangan wilayah sangat tergantung pada kebijaksanaan pemerintah daerah itu sendiri terutama dalam menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi. Oleh karena itu setiap pemerintah daerah harus mampu mengembangkan visi pengembangan wilayahnya masing-masing yang sesuai dengan nilai, arah dan tujuan yang mampu mengarahkan untuk tercapainya masa depan yang baik bagi masyarakat di wilayah yang bersangkutan. Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dan dalam rangka pengembangan wilayah maka proses pembangunan perlu diupayakan melalui penguatan kapasitas lokal. Penguatan kapasitas lokal dapat dicapai dengan memaksimalkan keunggulan lokal dan memberdayakan masyarakat yang tinggal di wilayah lokal tersebut. Pembangunan sektor pertanian, khususnya subsektor tanaman bahan makanan yang merupakan sektor basis dalam perekonomian daerah membutuhkan apresiasi tinggi dari pemerintah daerah untuk memprioritaskan pembangunan pertanian tanpa mengabaikan sinerginya dengan sektor lain. Untuk itu, kebijakan pembangunan pertanian subsektor tanaman bahan makanan yang tepat di suatu daerah sangat diperlukan sehingga nilai tambah yang dihasilkan dapat lebih dipastikan akan memberikan manfaat yang maksimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan nilai tambah pada pembangunan sektor pertanian, perlu adanya reorientasi kebijakan pertanian dari kebijakan pembangunan pertanian yang bersifat parsial dan eksploitatif ke arah kebijakan yang lebih terintegrasi dengan memperhatikan keterkaitan antar sektor ekonomi dan dalam perspektif pembangunan berwawasan lingkungan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan hidup Hermanto, 2009. Menurut Saragih 2010, pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional sehingga pembangunan ekonomi abad ke-21 masih tetap akan berbasis pertanian. Sejalan dengan tahapan-tahapan perkembangan ekonomi maka kegiatan jasa dan bisnis yang berbasis pertanian juga akan meningkat, sehingga agribisnis menjadi paradigma baru dalam pembangunan ekonomi wilayah berbasis pertanian. Agribisnis merupakan cara baru melihat pertanian yang dulu hanya dilihat secara sektoral sekarang menjadi intersektoral. Agribisnis menunjukkan adanya keterkaitan antar subsistem agribisnis serta keterkaitan horizontal dengan sistem atau subsistem lain di luar pertanian seperti jasa perbankan, tranportasi, perdagangan, dll. Permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah sebagian besar agribisnis berada dalam skala usaha kecil sehingga dibutuhkan upaya promosi melalui pengembangan organisasi ekonomi agar mampu menangkap peluang bisnis dan menjadi mitra sejajar dengan bisnis- bisnis besar lainnya, membenahi kualitas sumberdaya manusia dan teknologi. Selain itu, diperlukan pula upaya menghilangkan sekat-sekat yang ada dalam pengembangan agribisnis seperti sekat administrasi, organisasi dan program. Dalam pelaksanaan globalisasi ekonomi sangat diperlukan kebijakan pemerintah melalui seluruh perangkat yang ada di pusat maupun daerah dalam memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sektor pertanian. Dengan membangun keterpaduan kegiatan pertanian di dalam era otonomi daerah diharapkan peningkatan kegiatan agribisnis lebih dapat menghasilkan produk- produk pertanian yang mempunyai daya saing sehingga secara langsung memberikan dampak yang besar bagi perekonomian saat ini maupun di masa yang akan datang Anugrah, 2003. Pembangunan dan pengembangan sektor pertanian khususnya subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka diupayakan fokus pada komoditas unggulan dengan memerlukan dukungan dari beberapa subsistem yang potensial, antara lain subsistem hulu, subsistem usahatani, subsistem agribisnis hilir dan subsistem jasa layanan pendukung serta diperlukan pula dukungan peningkatan kualitas sumberdaya manusia SDM, sarana prasarana dan kelembagaan dari masing-masing subsistem tersebut. Penentuan prioritas pembangunan sektor pertanian tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan yang mengakomodir keinginan preferensi dari para pengguna stakeholders melalui AHP, dengan mengadopsi langkah-langkah yang dilakukan oleh Saaty 2008. Hasil analisis ini menghasilkan suatu peringkat prioritas atau bobot dari tiap alternatif keputusan atau pilihan yang akan diambil dalam penentuan kebijakan sektor pertanian. Analysis Hierarchy Process AHP dilakukan untuk mengetahui isu-isu utama yang akan dijadikan prioritas dalam pengambilan keputusan pembangunan. Tujuan utama yang ingin dicapai dengan metode AHP adalah menjaring persepsi tentang prioritas dalam penentuan kebijakan pembangunan untuk mendukung pengembangan wilayah. Menurut Saaty 2008, model AHP ini banyak digunakan pada pengambilan keputusan dengan banyak kriteria perencanaan, alokasi sumberdaya dan penentuan prioritas strategi yang dimiliki pengambil keputusan dalam situasi konflik. Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utama berupa persepsi manusia. Suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dengan hirarki dapat dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya, kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Pendekatan AHP merupakan salah satu alat untuk memilih alternatif kebijakan serta dapat digunakan untuk menilai kesesuaian kebijakan. AHP dipilih karena memiliki keunggulan dalam memecahkan permasalahan kompleks dimana aspek atau kriteria dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria alternatif yang dipilih cukup banyak. Selain itu, AHP juga mampu menghitung validasi sampai pada pengambilan keputusan. Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utama berupa persepsi manusia. Dengan hirarki suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dapat dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya, kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan yang kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi sebuah bagian-bagian yang tertata dalam suatu hirarki. Tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik, secara subjektif tentang arti pentingnya variabel tersebut dan secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil. Marimin dan Maghfiroh, 2011

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak pada koordinat 6 36 ’ - 7 03 ’ Lintang Selatan dan 108 03 ’ - 108 25 ’ Bujur Timur. Kabupaten Majalengka memiliki 26 kecamatan dengan luas wilayah sebesar 120.424 ha. Lokasi penelitian secara spasial dapat dilihat pada Gambar 2. Waktu penelitian mulai dari penyusunan proposal sampai penulisan tesis dilaksanakan pada bulan Mei 2011 sampai dengan Januari 2012 Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

3.2. Jenis Data dan Tehnik Penarikan Contoh Sampling Tehnique

Jenis data terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur dan dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Majalengka, Badan Pusat