Pembibitan Pengolahan Lahan Usahatani Horenso

51 Tabel 13. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Horenso Pengalaman tahun Jumlah Responden orang Persentase 1-3 12 40 4-6 15 50 7-10 3 10 Total 30 100 Tabel 14 menunjukkan sebaran petani responden berdasarkan status penguasaan lahan. Perbandingan antara petani responden yang merupakan pemilik dan non pemilik lahan hampir seimbang yaitu masing-masing 46,67 persen dan 53,33 persen. Petani responden yang merupakan pemilik lahan menggunakan modal sendiri dalam mengusahakan usahatani, sehingga seluruh biaya termasuk biaya input dan tenaga kerja berasal dari modal sendiri. Sedangkan petani yang merupakan non pemilik lahan menggarap lahan dengan menyewa, bagi hasil sakap atau gadai. Tabel 14. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Status Kepemilikan Lahan Jumlah Responden orang Persentase Pemilik 14 46,67 Non Pemilik 16 53,33 Total 30 100 Bagi petani responden yang menyewa lahan, petani tersebut membayar sewa per musim tanam. Sedangkan bagi petani yang melakukan sakap atau bagi hasil biasanya biaya input ditanggung pemilik, hanya biaya tenaga kerja yang ditanggung petani penggarap. Terkadang pada awal musim tanam petani penggarap juga mengeluarkan biaya pembelian input, setelah panen biaya pembelian input tersebut dikurangi dengan hasil penjualan panen.

5.4 Usahatani Horenso

5.4.1 Pembibitan

Varietas horenso yang dibudidayakan oleh petani responden adalah varietas Ritoma Hybrid F1 Chinese Spinach. Mayoritas petani responden menggunakan bibit dengan merk AMS Seeds. Bibit tersebut dapat diperoleh di Kelompok Tani Agro Segar dengan harga sekitar Rp 65.000,00 per kemasan berisi 250 gram. Penggunaan bibit dengan merk AMS Seeds tersebut banyak 52 dipilih oleh petani responden karena memiliki beberapa keunggulan di antaranya pentumbuhannya lebih cepat dan lebih seragam. Adapun jumlah penggunaan bibit yang dianjurkan adalah 10-15 kg per hektar. Terdapat dua metode penanaman horenso, yaitu : penanaman dengan pembibitan terlebih dahulu dan penanaman langsung tebar. Metode penanaman dengan pembibitan terlebih dahulu harus melalui proses pembibitan. Adapun proses pembibitan horenso adalah sebagai berikut : bibit direndam di dalam air selama 30 menit lalu ditiriskan. Kemudian bibit diperam selama tiga hari hingga berkecambah. Bibit yang telah berkecambah ditanam di kebun semai hingga berusia dua minggu. Setelah itu bibit dapat ditanam di lahan pertanian yang telah diolah sebelumnya. Namun seluruh petani responden di lokasi penelitian menggunakan metode penanaman langsung tebar. Hal ini dikarenakan perbedaan hasil dari kedua metode tersebut kurang signifikan, sedangkan penanaman dengan pembibitan terlebih dahulu memerlukan waktu dan usaha yang lebih besar.

5.4.2 Pengolahan Lahan

Hal pertama yang dilakukan dalam pengolahan lahan adalah menghaluskan tanah yang masih berupa bongkahan. Kemudian tanah dibentuk bedengan dengan lebar bedeng sebesar 150 cm dan jarak antar bedeng sebesar 75 cm. Jumlah bedeng disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki petani responden. Tanah yang telah dibentuk bedengan kemudian dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 dan didiamkan selama dua minggu. Jika tanah memiliki pH kurang dari 5, maka dapat ditambahkan kapur dengan dosis rata-rata 3-4 ton per hektar. Seluruh petani responden di lokasi penelitian melakukan metode yang sama, dimana alat yang digunakan untuk pengolahan lahan masih berupa alat sederhana yaitu cangkul. Pengolahan lahan dilakukan dengan tujuan untuk membentuk tanah yang subur dan memiliki struktur yang mendukung tumbuhnya tanaman khususnya horenso. Selain itu berfungsi dalam menstabilkan kondisi tanah, memperbaiki sifat fisik tanah serta memperbaiki pengairan sehingga diharapkan hasil yang diperoleh maksimal. 53

5.4.3 Penanaman