Penelitian Terdahulu Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis Usahatani Bayam Jepang (Horenso) Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat

13 Experimental Neurology juga menyebutkan bahwa horenso mengandung 13 senyawa Flavonoid yang berfungsi sebagai anti oksidan dan anti kanker . Rasa yang enak dan manfaat yang berlimpah bagi kesehatan menjadikan horenso sebagai komoditas sayuran eksklusif yang mulai berkembang dan banyak diminati konsumen. Konsumen tidak segan membeli sayuran horenso ini dengan harga yang relatif tinggi, yaitu sekitar Rp12.000 per kg untuk horenso non organik dan Rp28.000 per kg untuk horenso organik. Teknik budidaya horenso cukup sederhana. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan lahan yang sesuai, yaitu lahan yang memiliki pH tanah 5,5-6,5; suhu udara 20-30° C; kelembaban 60-90 dan bebas dari limbah pencemaran. Kemudian lahan dibedeng dan diberi pupuk dasar berupa pupuk kandang. Setelah dua minggu, bibit sudah dapat ditanam dengan cara ditebar. Untuk penanaman pada musim hujan, lahan yang ditanami horenso perlu ditutup dengan plastik atau mulsa untuk menghindari pembusukan pada tanaman. Sedangkan penyiraman hanya dilakukan pada penanaman di musim kemarau. Setelah itu dilakukan pemupukan, penyiangan dan pengendalian HPT secara bekala hingga waktu panen. Waktu yang dibutuhkan untuk dapat memanen horenso adalah sekitar 1,5-2 bulan. Hasil panen horenso dapat langsung dijual ke pasar ataupun melalui kelompok tani.

2.2. Penelitian Terdahulu

Pada kegiatan usahatani, efisiensi teknis dan analisis pendapatan usahatani merupakan salah satu topik yang menarik untuk dianalisis. Hal ini dikarenakan petani selalu menginginkan hasil yang optimal dari penggunaan sumberdaya input yang ada guna mendapatkan pendapatan yang maksimal. Dalam upaya pencapaian produksi yang optimal, perlu dilakukan analisis terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usahatani tersebut. Selain itu, analisis pendapatan juga perlu dilakukan sebagai salah satu indikator kinerja usahatani yang dilakukan oleh petani. Oleh karena itu, banyak penelitian yang dilakukan terkait dengan efisiensi teknis dan analisis pendapatan usahatani. Tabel 8 menjelaskan secara singkat mengenai beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan efisiensi teknis dan analisis pendapatan usahatani. 14 Tabel 8. Beberapa Studi Empiris Efisiensi teknis Menggunakan Pendekatan Stochastic Production Frontier dan Analisis Pendapatan Usahatani Nama Peneliti Judul Alat Analisis Adhiana 2005 Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Lidah Buaya Aloe Vera di Kabupaten Bogor : Pendekatan Stochastic Frontier - OLS - MLE Ainul Haq Daulay 2007 Sistem Usahatani dan Pemasaran Bayam Jepang Peleng di Kabupaten Karo - Regresi Berganda - RC Rasio Maryono 2008 Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Padi Program Benih Bersertifikat : Pendekatan Stochastic Production Frontier Studi Kasus di Desa Pasirtalaga, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang - MLE - RC Rasio Theresia Lidia Pinondang Hutauruk 2008 Analisis Efisiensi Usahatani Padi Benih Bersubsidi di Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat : Pendekatan Stochastic Production Frontier - OLS - MLE Rosana Podesta S 2009 Pengaruh Penggunaan Benih Sertifikat terhadap Efisiensi dan Pendapatan Usahatani Padi Pandan Wangi - OLS - MLE - RC Rasio Hadi Nugraha 2010 Analisis Efisiensi teknis Usahatani Brokoli - Analisis Regresi - RC Rasio Husnul Khotimah 2010 Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan Jawa Barat - OLS - MLE - RC Rasio Julianto Efendy Sitepu 2010 Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor - RC Rasio Penelitian yang dilakukan oleh Adhiana 2005 bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomis pada usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis dilakukan dengan menggunakan data cross section dari hasil survei pada 35 petani. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis tentang supply chain usahatani lidah buaya. Model fungsi produksi stochastic frontier yang digunakan menggunakan enam variabel penjelas. 15 Hasil yang diperoleh dari analisis ini menunjukkan bahwa rata-rata petani di daerah penelitian sudah cukup efisien secara teknis dan alokatif, namun belum efisien secara ekonomis dengan kontribusi pengaruh efisiensi teknis terhadap produksi rata-rata petani sebesar 0,984. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efisiensi teknis dan sisanya sebesar 0,016 disebabkan oleh faktor stochastic seperti serangan hama, cuaca dan iklim serta kesalahan permodelan. Sedangkan hasil analisis supply chain menunjukkan bahwa supply chain pada usahatani lidah buaya belum berjalan efisien. Adapun saran yang diberikan peneliti adalah petani di daerah penelitian diharapkan dapat saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki untuk mengurangi kesenjangan efisiensi antar individu. Sedangkan untuk meningkatkan efisiensi ekonomi, disarankan petani di daerah penelitian meningkatkan pendidikan, keterampilan dan pengalaman berusahatani serta menghemat biaya input dengan cara menggunakan input secara proporsional dan memanfaatkan potensi inout yang ada di daerah penelitian. Penelitian sistem usahatani bayam Jepang dilakukan oleh Daulay 2007 dengan tujuan untuk mengetahui sistem usahatani bayam Jepang di lokasi penelitian, mengetahui produktivitas bayam Jepang di lokasi penelitian, mengetahui input produksi yang berpengaruh terhadap produktivitas bayam Jepang di lokasi penelitian dan mengetahui pendapatan usahatani bayam Jepang di lokasi penelitian. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda dan RC rasio. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa produktivitas bayam Jepang di Desa Rumah Berastagi adalah 12,44 tonha dan input produksi yang berpengaruh terhadap produktivitas bayam Jepang adalah bibit, luas lahan, tenaga kerja, pupuk dan pestisida. Untuk hasil analisis pendapatan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa komponen biaya yang dominan dalam total biaya produksi adalah biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 671.770,83 per petani per musim tanam dan Rp 2.838.859,33 per hektar per musim tanam. Usahatani bayam Jepang di lokasi penelitian tergolong usahatani yang menguntungkan dilihat dari jumlah pendapatan bersih rata-rata per ha per musim tanam sebesar Rp 16.525.331,72 dan nilai RC rasio sebesar 3,89. Dilihat dari tingkat investasi diperoleh nilai ROI 16 sebesar 289,25 persen yang berarti bahwa usahatani bayam Jepang di lokasi penelitian efisien untuk dilaksanakan. Analisis BEP juga dilakukan pada penelitian ini dan diperoleh hasil BEP harga sebesar Rp 459,25 per kg dan BEP unit sebesar 170,03 kg. Penelitian terkait efisiensi teknis dilakukan oleh Maryono 2008 dengan tujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan teknologi baru dalam program benih bersertifikat, menganalisis efisiensi teknis petani sebelum dan setelah program, dan menganalisis struktur biaya dan pendapatan usahatani padi sebelum dan setelah program. Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan teknologi usahatani ditunjukkan bahwa petani yang menggunakan pupuk organik dalam usahataninya hanya sebanyak 9,68 persen dan petani yang melaksanakan penggunaan pupuk sesuai anjuran hanya sebesar 45,16 persen responden. Berdasarkan hasil perhitungan fungsi produksi stochastic frontier, pada masa tanam II terjadi penurunan tingkat efisiensi teknis petani responden. Hal ini ditunjukkan dengan angka rata-rata tingkat efisiensi teknis pada masa tanam I sebesar 0,966 dengan nilai terendah 0,805 dan nilai tertinggi adalah 0,994. Sedangkan pada masa tanam II nilai rata-rata efisiensi teknis 0,899 dengan nilai terndah 0,732 dan nilai tertinggi 0,990. Berdasarkan angka-angka tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya program benih bersertifikat ini justru menurunkan efisiensi teknis rata-rata sebesar 6,935 persen. Berdasarkan uji statistik berbeda nyata signifikan pada selang kepercayaan 99 persen atau α sebesar 1 persen. Hasil pendugaan efek inefisiensi teknis menunjukkan bahwa pada masa tanam I variabel yang berpengaruh nyata terhadap efisiensi teknis adalah dummy bahan organik dan dummy legowo, sedangkan pada masa tanam II faktor-faktor yang nyata berpengaruh dalam menjelaskan inefisiensi teknis di dalam proses produksi petani responden adalah pengalaman, pendidikan dan rasio urea-TSP. Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa RC rasio atas biaya tunai sebelum program sebesar 4,97 dan setelah program nilai nominalnya sebesar 7,09 dan nilai riilnya sebesar 5,74. RC rasio atas biaya total setelah program secara nominal menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan sebelum program, namun secara riil mengalami penurunan. RC rasio atas biaya total sebelum program sebesar 1,64 sedangkan setelah program nilai nominalnya sebesar 1,91 dan nilai riilnya 17 sebesar 1,62. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa program benih bersertifikat yang dilakukan dapat meningkatkan pendapatan petani di lokasi penelitian secara nominal. Namun untuk pendapatan secara riil, perlu adanya faktor lain yang mendukung program tersebut agar mampu meningkatkan pendapatan petani secara riil. Hutauruk 2008 melakukan penelitian terkait efisiensi usahatani dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi produksi padi di Kecamatan Telagasari, menganalisis efisiensi teknis petani dan menganalisis pembiayaan usahatani padi. Penelitian dilakukan dengan membandingkan hasil pada musim tanam dimana petani menggunakan benih unggul bersubsidi dan musim tanam sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis, faktor-faktor yang berpengaruh pada musim tanam dengan menggunakan benih sendiri adalah lahan, benihlahan, pupuk KCLlahan, pupuk NPKlahan, tenaga kerja luar keluargalahan dan tenaga kerja dalam keluargalahan. Sedangkan pada musim tanam dengan benih bantuan pemerintah adalah lahan, pupuk KCLlahan dan tenaga kerja luar keluargalahan. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa terjadi penurunan efisiensi teknis sesudah penggunaan benih program bersubsidi dibandingkan dengan sebelum penggunaan benih program bersubsidi. Hal tersebut dipengaruhi oleh efek inefisiensi teknis yaitu umur bibit. Selain itu, nilai efisiensi alokatif dan ekonomis juga menurun pada saat penggunaan benih program bersubsidi. Hal ini terjadi karena kekakuan petani mengubah penggunaan faktor produksi akibat perubahan harga. Perubahan input yang tidak berubah akibat kenaikan harga menyebabkan efisiensi alokatif dan ekonomis turun. Podesta 2009 melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis usahatani padi Pandan Wangi benih sertifikat dan benih non sertifikat di Kabupaten Cianjur, menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi efisiensi usahatani padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur, dan menghitung pendapatan petani usahatani padi Pandan Wangi benih sertifikat dan benih non sertifikat di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini menggunakan tujuh variabel independen penduga dalam fungsi produksi, yaitu luas lahan X 1 , benih X 2 , pupuk N X 3 , pupuk P X 4 , pupuk K X 5 , obat cair X 6 dan tenaga kerja X 7 . Sedangkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi 18 tingkat inefisiensi teknis usahatani padi Pandan Wangi meliputi usia, pendidikan formal, pengalaman, umur bibit dan dummy status usahatani serta dummy pendidikan non formal. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa rata-rata tingkat efisiensi teknis petani pandan wangi benih sertifikat adalah 0,967 sedangkan petani pandan wangi benih non sertifikat adalah 0,713 dengan frekuensi tersebar. Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya tunai dan biaya total usahatani padi Pandan Wangi baik benih sertifikat maupun benih non sertifikat pada musim tanam II mengalami peningkatan jika dibandingkan pada saat musim tanam I. nilai RC rasio atas biaya tunai usahatani padi Pandan Wangi benih non sertifikat musim tanam II lebih besar dibandingkan RC rasio yang lain yakni sebesar 7,54. Penelitian efisiensi teknis juga dilakukan Nugraha 2010 dengan tujuan untuk menganalisis keragaan usahatani brokoli di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang ditinjau dari pendapatan usahataninya dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi brokoli dan menganalisis efisiensi teknis brokoli di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, produksi brokoli dari sejumlah petani responden di Desa Cibodas bisa dikatakan menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari RC rasio atas biaya tunai dan RC rasio atas biaya total usahatani brokoli di Desa Cibodas masing-masing yaitu 1,77 dan 1,31. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa faktor produksi yang memiliki pengaruh nyata dan positif pada selang 99 persen adalah benih, dan faktor produksi yang memiliki pengaruh nyata dan positif pada taraf 95 persen adalah pupuk kandang, pupuk kimia, dan tenaga kerja. Penambahan jumlah benih dan pupuk kimia yang digunakan akan meningkatkan jumlah produksi brokoli secara signifikan. Pestisida padat dan pestisida cair merupakan faktor produksi yang berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap produksi brokoli. Usahatani brokoli di Desa Cibodas secara ekonomis belum efisien secara ekonomis. Khotimah 2010 melakukan penelitian dengan tujuan untuk menganalisis keragaan usahatani ubi jalar di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan, menganalisis fungsi produksi stochastic frontier dan efisiensi teknis usahatani ubi jalar di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan menganalisis tingkat pendapatan usahatani ubi jalar di 19 Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi ubi jalar adalah variabel lahan, benihlahan, tenaga kerjalahan, pupuk Plahan, dan pupuk Klahan, sedangkan variabel pupuk Nlahan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi jalar. Semua variabel yang diestimasi berpengaruh positif terhadap produksi ubi jalar. Tingkat efisiensi teknis rata-rata usahatani ubi jalar adalah 0,75 atau 75 persen dari produksi maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani ubi jalar di Kecamatan Cilimus telah cukup efisien. Sedangkan hasi dari analisis pendapatan usahatani ubi jalar menunjukan pendapatan usahatani atas biaya tunai maupun biaya total lebih besar dari nol. Hal ini menunjukan bahwa usahatani ubi jalar di lokasi penelitian menguntungkan. Hasil analisis menggunakan RC juga menunjukan usahatani ubi jalar di Kecamatan Cilimus menguntungkan untuk diusahakan karena nilai RC atas biaya tunai maupun atas biaya total lebih besar dari satu. Penelitian yang dilakukan Sitepu 2010 bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani jamur tiram putih di daerah penelitian, mengetahui bentuk saluran pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian, dan menganalisis efesiensi pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian. Berdasarkan analisis pendapatan, diperoleh RC rasio total sebesar 1,57 yang artinya untuk setiap biaya total yang dikeluarkan petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,57. Sedangkan RC rasio untuk biaya tunai adalah sebesar 1,84 yang artinya untuk setiap biaya total yang dikeluarkan petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,84. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa usahatani jamur tiram tersebut menguntungkan karena RC rasio lebih dari satu dan layak untuk dikembangkan. Tabel 9 menunjukkan bahwa pada penelitian-penelitian terdahulu terdapat beberapa faktor yang diduga mempengaruhi inefisiensi suatu usahatani. Namun dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor tersebut ada yang berpengaruh positif maupun negatif terhadap inefisiensi usahatani. 20 Tabel 9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inefisiensi Usahatani Peneliti Tahun Judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inefisiensi Usahatani Adhiana 2005 Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Lidah Buaya Aloe Vera di Kabupaten Bogor : Pendekatan Stochastic Frontier - Umur - d - Pendidikan - b - Pengalaman - a - Manajemen + - Pendapatan luar usahatani + Theresia Lidia Pinondang Hutauruk 2008 Analisis Efisiensi Usahatani Padi Benih Bersubsidi di Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat : Pendekatan Stochastic Production Frontier - Pengalaman + - Pendapatan di luar usahatani + - Pendidikan + - Jarak tanam - - Status kepemilikan lahan - - Umur Bibit + b Rosana Podesta S 2009 Pengaruh Penggunaan Benih Sertifikat terhadap Efisiensi dan Pendapatan Usahatani Padi Pandan Wangi - Umur - - Pendidikan Formal - - Pengalaman + - Umur bibit - - Dummy status usahatani + - Dummy pendidikan non formal - d Husnul Khotimah 2010 Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan Jawa Barat - Umur - b - Pengalaman + c - Pendidikan - d - Lama kerja di luar usahatani + c - Pendapatan di luar usahatani - a - Status kepemilikan lahan + d - Penyuluhan - Keterangan : a = nyata pada α = 0,01 c = nyata pada α = 0,10 b = nyata pada α = 0,05 d = nyata pada α ≥ 0,15 Pada Tabel 9 ditunjukkan bahwa faktor-faktor inefisiensi dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap inefisiensi suatu kegiatan usahatani. Adapun faktor yang sebagian besar berpengaruh positif terhadap inefisiensi usahatani dari hasil penelitian-penelitian terdahulu adalah pengalaman, pendapatan di luar usahatani, manajemen dan status kepemilikan lahan. Sedangkan faktor dugaan lainnya seperti umur, lama bekerja di luar usahatani, penyuluhan, umur bibit, pendidikan, dan sebagainya memiliki pengaruh yang berbeda-beda di setiap penelitian. Faktor-faktor penyebab inefisiensi yang digunakan pada penelitian-penelitian terdahulu kemudian menjadi pertimbangan 21 peneliti untuk menentukan variabel yang digunakan untuk menganalisis inefisiensi suatu usahatani horenso. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, faktor pengalaman, pendapatan di luar usahatani dan status kepemilikan lahan akan dijadikan variabel untuk menganalisis inefisiensi usahatani pada penelitian ini. Analisis pendapatan usahatani juga banyak dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat pengembalian dari suatu kegiatan usahatani. Analisis pendapatan usahatani yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa secara keseluruhan kegiatan usahatani yang dilakukan sudah menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai RC rasio yang lebih besar dari satu. Oleh karena itu, kegiatan usahatani layak untuk terus dilakukan dan dikembangkan. III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani