Karakteristik Petani Responden Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis Usahatani Bayam Jepang (Horenso) Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat

49 3. Meraih dan memanfaatkan peluang dan potensi pasar dengan sebaik-baiknya. Kelompok Tani Agro Segar memiliki kegiatan-kegiatan usaha yang dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani anggota yang terdiri dari : menyediakan sarana produksi berupa bibit, memproduksi berbagai jenis sayur dan buah, menampung hasil produksi, pengolahan hasil berupa sortasi dan pengemasan, serta pemasaran hasil panen sayur dan buah para petani anggota. Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan teknis para petani anggota, Kelompok Tani Agro Segar memberikan pelatihan-pelatihan dan pembinaan yang terkait dengan komoditi yang diusahakan oleh kelompok tani tersebut. Hampir seluruh anggota Kelompok Tani Agro Segar memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Sedangkan sebagian kecil lainnya memiliki pekerjaan utama sebagai pedagang dan buruh bangunan.

5.3 Karakteristik Petani Responden

Karakteristik petani responden yang akan dijelaskan dikelompokkan menurut usia, tingkat pendidikan formal, penyuluhan, pengalaman usahatani dan status kepemilikan lahan. Keragaman karakteristik tersebut akan mempengaruhi keputusan petani responden dalam melakukan kegiatan usahatani. Petani yang menjadi responden memiliki rentang usia antara 20-60 tahun, namun petani responden didominasi oleh petani dengan usia 45-54. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas petani telah berada pada usia yang tidak produktif dimana akan mempengaruhi pengambilan keputusan dan kemampuan fisik petani dalam melakukan kegiatan usahatani. Adapun persentase usia petani responden akan ditunjukkan pada Tabel 10. Tabel 10. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Usia pada Tahun 2011 Usia tahun Jumlah Responden orang Persentase 20-24 2 6,67 25-34 7 23,33 35-44 8 26,67 45-54 11 36,67 55-60 2 6,67 Total 30 100 Pendidikan yang dilihat dari petani responden adalah lamanya pendidikan formal yang dijalani oleh petani responden. Tingkat pendidikan petani responden 50 dapat dilihat dari tingkat pendidikan terakhir yang pernah dijalani. Tabel 11 akan menunjukkan sebaran tingkat pendidikan formal petani responden dimana mayoritas petani responden memiliki tingkat pendidikan lulusan SD, yaitu 70 persen. Hal ini akan sangat mempengaruhi pengambilan keputusan usahatani dan kemampuan adaptasi terhadap teknologi baru yang diperkenalkan guna peningkatan produksi tanaman. Tabel 11. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Responden orang Persentase Tidak lulus SD 4 13,33 Lulusan SD 21 70 Lulusan SMP 3 10 Lulusan SMA 2 6,67 Sarjana Total 30 100 Tabel 12 akan menunjukkan sebaran petani responden berdasarkan keikutsertaannya dalam penyuluhan-penyuluhan yang diadakan oleh Dinas Pertanian BPP setempat. Sebanyak 14 petani responden pernah mengikuti penyuluhan. Mengingat petani responden yang berjumlah 30 orang, maka angka petani responden yang mengikuti penyuluhan masih tergolong kecil karena belum sampai 50 persen dari jumlah total petani responden. Hal ini sangat terkait dengan kemampuan teknis petani responden dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Tabel 12. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Keikutsertaan Penyuluhan Pernah Mengikuti Penyuluhan Jumlah Responden orang Persentase Ya 14 46,67 Tidak 16 53,33 Total 30 100 Sayuran Jepang khususnya horenso merupakan sayuran yang masih tergolong baru dibudidayakan oleh para petani responden. Rata-rata pengalaman bertani horenso yang dimiliki petani responden adalah 3-6 tahun. Tabel 13 akan menunjukkan sebaran petani responden berdasarkan pengalaman usahatani horenso yang dimiliki. 51 Tabel 13. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Horenso Pengalaman tahun Jumlah Responden orang Persentase 1-3 12 40 4-6 15 50 7-10 3 10 Total 30 100 Tabel 14 menunjukkan sebaran petani responden berdasarkan status penguasaan lahan. Perbandingan antara petani responden yang merupakan pemilik dan non pemilik lahan hampir seimbang yaitu masing-masing 46,67 persen dan 53,33 persen. Petani responden yang merupakan pemilik lahan menggunakan modal sendiri dalam mengusahakan usahatani, sehingga seluruh biaya termasuk biaya input dan tenaga kerja berasal dari modal sendiri. Sedangkan petani yang merupakan non pemilik lahan menggarap lahan dengan menyewa, bagi hasil sakap atau gadai. Tabel 14. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Status Kepemilikan Lahan Jumlah Responden orang Persentase Pemilik 14 46,67 Non Pemilik 16 53,33 Total 30 100 Bagi petani responden yang menyewa lahan, petani tersebut membayar sewa per musim tanam. Sedangkan bagi petani yang melakukan sakap atau bagi hasil biasanya biaya input ditanggung pemilik, hanya biaya tenaga kerja yang ditanggung petani penggarap. Terkadang pada awal musim tanam petani penggarap juga mengeluarkan biaya pembelian input, setelah panen biaya pembelian input tersebut dikurangi dengan hasil penjualan panen.

5.4 Usahatani Horenso