26 faktor-faktor produksi yang digunakan dan jumlah produk yang dihasilkan. Salah
satu contoh dari biaya tetap adalah pajak. Sementara biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang
digunakan dan jumlah produk yang dihasilkan. Salah satu contoh dari biaya variabel adalah biaya untuk tenaga kerja, dimana penggunaan tenaga kerja yang
lebih banyak akan menyebabkan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi. Pendapatan usahatani terbagi menjadi pendapatan tunai usahatani dan
pendapatan total usahatani. Pendapatan tunai usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya tunai usahatani. Sedangkan pendapatan total
usahatani mengukur pendapatan kerja petani dari seluruh biaya usahatani yang dikeluarkan. Pendapatan bersih usahatani diperoleh dari selisih penerimaan
usahatani dengan biaya total usahatani. Analisis RC rasio merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
untuk mengetahui pendapatan usahatani. Dengan dilakukannya analisis RC rasio, maka akan diketahui besar penerimaan usahatani yang diperoleh petani untuk
setiap satuan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Nilai RC rasio yang dihasilkan dapat bernilai lebih satu atau kurang dari satu. Jika nilai RC rasio
lebih besar dari satu, maka setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya
tersebut. Sebaliknya jika nilai RC rasio lebih kecil dari satu, maka setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang
lebih kecil daripada tambahan biaya tersebut. Sedangkan jika nilai RC rasio sama dengan satu, maka tambahan biaya yang dikeluarkan akan sama besar dengan
tambahan penerimaan yang didapat, sehingga diperoleh keuntungan normal. Pada dasarnya semakin besar nilai RC rasio yang didapat menggambarkan semakin
besarnya penerimaan usahatani yang diperoleh untuk setiap satuan biaya yang dikeluarkan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usahatani tersebut layak dan
menguntungkan untuk dilakukan.
3.1.3. Konsep Fungsi Produksi
Pada suatu proses produksi, terdapat istilah hubungan input dengan output yang merupakan hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi
dengan produk yang diperoleh. Produk yang dihasilkan oleh suatu proses produksi
27 tergantung pada kuantitas dan jenis faktor produksi yang digunakan pada proses
produksi tersebut. Hubungan antara faktor produksi dan produksi yang dihasilkan ini dapat dilihat pada fungsi produksi.
Soekaratawi et al 2002 menjelaskan bahwa fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara masukan dan produksi. Masukan seperti tanah, pupuk,
tenaga kerja, modal, iklim, dan sebagainya itu mempengaruhi besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Misalkan Y adalah produksi dan X
i
adalah masukan i, maka besarnya Y akan tergantung pada besarnya X
1
, X
2
, X
3
, ..., X
m
yang digunakan pada fungsi tersebut. Secara aljabar, hubungan Y dan X dapat ditulis
sebagai berikut : Y = fX
1
, X
2
, X
3
, ..., X
m
........................................................................ 3.1 dimana :
Y : produksioutput
X
1
, X
2
, X
3
, ..., X
m
: faktor produksiinput
Jika bentuk fungsi produksi tersebut diketahui, maka informasi harga dan biaya dapat dimanfaatkan untuk menentukan kombinasi masukan terbaik maupun
mengetahui pengaruh kebijakan pemerintah terhadap penggunaan masukan dan terhadap produksi. Namun hal ini sulit dilakukan oleh petani. Hal ini disebabkan
oleh : 1.
Adanya faktor ketidaktentuan terkait cuaca, hama, dan penyakit tanaman. 2.
Data yang digunakan untuk pendugaan fungsi produksi mungkin tidak benar. 3.
Pendugaan fungsi produksi hanya dapat diartikan sebagai gambaran rata-rata suatu pengamatan.
4. Data harga dan biaya yang diluangkan opportunity cost mungkin tidak dapat
diketahui secara pasti. 5.
Setiap petani dan usahataninya mempunyai sifat yang khusus. Pada dasarnya fungsi produksi dapat dinyatakan secara sistematis maupun
dengan kurva produksi. Kurva tersebut menggambarkan hubungan fisik faktor produksi dan hasil produksinya, dengan asumsi hanya satu produksi yang berubah
dan faktor produksi lainnya dianggap tetap cateris paribus.
28 Selain hubungan input dan output suatu proses produksi, fungsi produksi
juga menggambarkan Marginal Product MP dan Average Product AP. Pengertian dari Marginal Product MP adalah tambahan produksi per kesatuan
tambahan input. Sedangkan Average Product AP adalah produksi per kesatuan input. Adapun kurva produksi digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Kurva Produksi Total, Produk Rata-rata dan Produk Marginal
Sumber : Doll dan Orazem 1984
Pada Gambar 1 dijelaskan bahwa berdasarkan elastisitas produksinya, kurva produksi terbagi menjadi tiga daerah, yaitu daerah I dimana terjadi
29 peningkatan AP, daerah II dimana terjadi penurunan AP saat MP positif, dan
daerah III dimana terjadi penurunan AP saat MP negatif. Daerah I berada di sebelah kiri titik AP maksimum dengan nilai elastisitas
produksi lebi besar dari satu 1. Hal ini berarti bahwa penambahan faktor
produksi sebesar satu satuan akan menyebabkan penambahan produksi lebih besar dari satu satuan. Kondisi tersebut dapat terjadi saat nilai MP lebih besar dari nilai
AP. Pada kondisi elastisitas produksi yang lebih besar dari satu, keuntungan maksimum belum tercapai karena produksi masih dapat ditingkatkan. Oleh karena
itu, daerah ini disebut daerah irrasional atau inefisien. Daerah II berada di antara AP maksimum dan MP=0 dengan nilai
elastisitas produksi antara nol dan satu 0 1. Hal ini berarti ba wa
penambahan faktor produksi sebesar satu satuan akan menyebabkan penambahan produksi paling besar satu satuan dan paling kecil nol satuan. Pada daerah ini
terjadi penambahan hasil produksi yang semakin menurun, namun penggunaan faktor-faktor produksi tertentu di daerah ini dapat memberikan keuntungan
maksimum. Oleh karena itu, daerah ini disebut daerah rasional atau efisien. Daerah III berada di sebelah kanan MP=0 dengan nilai elastisitas produksi
kurang dari nol 0. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan satu satuan input akan menyebabkan penurunan produksi. Pada daerah ini, penggunaan faktor
produksi sudah tidak efisien. Oleh karena itu, daerah III disebut daerah irrasional.
3.1.4. Fungsi Produksi Stochastic Frontier