Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Horenso

65 dilakukan. Sehingga dalam penentuan fungsi produksi dipilih fungsi produksi yang memiliki nilai koefisien keseluruhan yang positif Coelli 1998. Namun penelitian ini hanya membahas mengenai efisiensi teknis dan tidak berkaitan dengan analisis ekonomis maupun fungsi biaya dual. Oleh karena itu, koefisien yang bernilai negatif tidak perlu dihapus.

7.1 Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Horenso

Tabel 18 menjelaskan bahwa hasil pendugaan fungsi produksi stochastic frontier usahatani horenso pada Kelompok Tani Agro Segar menggunakan enam variabel independen. Nilai parameter dugaan pada fungsi produksi rata-rata menunjukkan elastisitas produksi rata-rata dari penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan. Berikut hasil pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS. Tabel 22 . Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier Horenso dengan Metode OLS tahun 2011 Variabel OLS Koefisien t-hitung Intersep ln β 10,757 4,695 Lahan β 1 0,763 3,049 Bibit β 2 -0,854 -2,714 Tenag a Kerja β 3 0,199 2,063 Pupuk Organik β 4 0,721 0,595 Pupuk Anorganik β 5 0,393 1,647 Pestisida β 6 -0,812 -0,563 Keterangan : nyata pada α = 0,5 nyata pada α = 5 nyata pada α = 1 nyata pada α = 10 Pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS diperlukan untuk mengetahui keberadaan autokorelasi maupun multikolinearitas pada model yang digunakan. Sebagian besar variabel berpengaruh nyata terhadap produksi horenso. Namun terdapat satu variabel yang tidak berpengaruh nyata yaitu variabel pupuk organik. Hasil dari pendugaan tahap kedua yaitu pendugaan model fungsi produksi usahatani horenso pada Kelompok Tani Agro Segar dengan menggunakan metode MLE dijelaskan oleh Tabel 19. Pada metode MLE dapat diketahui bahwa nilai R 2 yang dihasilkan adalah sebesar 84,9 persen. Hal ini berarti keragaman produksi 66 Y dapat dijelaskan oleh variabel independen Xi sebesar 84,9 persen. Sedangkan sebesar 15,1 persen keragaman produksi dipengaruhi oleh faktor- faktor lain yang tidak termasuk ke dalam model. Tabel 23 . Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier Horenso dengan Metode MLE tahun 2011 Variabel MLE Koefisien t-hitung Intersep ln β 10,944 11,236 Lahan β 1 0,742 5,218 Bibit β 2 -0,839 -2,567 Tenag a Kerja β 3 0,196 2,387 Pupuk Organik β 4 0,715 1,059 Pupuk Anorganik β 5 0,392 2,227 Pestisida β 6 -0,838 -1,109 R 2 84,9 P 0,000 σ 2 0,060 Γ 0,831 LR test of one side error 9,783 Keterangan : nyata pada α = 0,5 nyata pada α = 5 nyata pada α = 1 nyata pada α = 10 Parameter dugaan pada fungsi produksi Cobb-Douglas telah menunjukkan nilai elastisitas produksi batas dari input-input yang digunakan. Terdapat perbedaan nilai parameter dugaan fungsi produksi rata-rata dengan fungsi produksi batas frontier. Elastisitas yang lebih besar pada fungsi produksi batas dapat diartikan sebagai peningkatan produksi yang lebih besar pada fungsi produksi batas dibandingkan fungsi produksi rata-rata. Berdasarkan metode MLE, model memiliki LR test of one side error sebesar 9,783 yang lebih besar dari χ 2 7 pada Tabel Chi Square Kodde dan Palm pada α = 0,25 yaitu 8,461. Hal ini menunjukkan keberadaan inefisiensi teknis pada model. Adapun model yang digunakan pada penelitian ditunjukkan pada persamaan di bawah ini. ln Y = 10,944 + 0,742 ln X 1 – 0,839 ln X 2 + 0,196 ln X 3 + 0,715 ln X 4 + 0,392 ln X 5 - 0,838 ln X 6 + vi - u i 67 Interpretasi Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Tabel 19 menjelaskan bahwa terdapat beberapa variabel yang berpengaruh positif dan berpengaruh negatif terhadap produksi horenso. Variabel yang berpengaruh positif terhadap produksi horenso adalah lahan, tenaga kerja, pupuk organik dan pupuk anorganik. Sedangkan variabel lainnya seperti bibit dan pestisida berpengaruh negatif terhadap produksi horenso pada Kelompok Tani Agro Segar. Seluruh variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap produksi horenso pada Kelompok Tani Agro Segar. Adapun interpretasi dari masing-masing faktor produksi pada model fungsi produksi stochastic frontier adalah sebagai berikut :

1. Lahan

Pada Tabel 19 ditunjukkan bahwa variabel lahan berpengaruh positif dan nyata pada taraf kepercayaan 99,5 persen terhadap produksi horenso pada Kelompok Tani Agro Segar. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat produksi berbanding lurus dengan luas lahan. Nilai koefisien variabel lahan pada model yang menunjukkan elastisitas variabel lahan terhadap produksi horenso adalah sebesar 0,742. Hal ini berarti peningkatan luas lahan sebesar satu persen akan mengakibatkan peningkatan produksi horenso sebesar 0,742 persen, cateris paribus. Hubungan positif serta pengaruh variabel lahan yang besar terhadap produksi horenso dapat menjelaskan bahwa ekstensifikasi merupakan salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan produksi horenso di lokasi penelitian. Upaya ekstensifikasi luas lahan masih memungkinkan dilakukan karena masih terdapat banyak sumber daya lahan yang belum digunakan.

2. Bibit

Variabel bibit berpengaruh negatif dan nyata terhadap produksi horenso pada Kelompok Tani Agro Segar pada taraf kepercayaan 99 persen. Nilai elastisitas variabel bibit pada model adalah sebesar -0,839. Angka tersebut menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan bibit sebesar satu persen akan mengakibatkan penurunan produksi horenso sebesar 0,839 persen, cateris paribus. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan bibit di lokasi penelitian 68 sudah berlebihan sehingga penambahan bibit akan menyebabkan perkembangan tanaman horenso tidak maksimal. Perkembangan yang tidak maksimal menyebabkan berat dari masing-masing tanaman horenso kurang dari berat ideal. Selain itu, dari bibit yang digunakan oleh petani responden, banyak bibit yang gagal tumbuh. Hal ini yang menyebabkan terjadinya penurunan produksi horenso jika dilakukan penambahan penggunaan bibit. Rata-rata penggunaan bibit horenso di lokasi penelitian adalah 7,79 kgha dengan lebar bedeng 100 cm dan jarak antar bedeng 30 cm. Sedangkan anjuran penggunaan bibit untuk penanaman satu hektar adalah 2,46 kgha dengan lebar bedeng 100 cm dan jarak antar bedeng 25-35 cm. Terlihat bahwa lebar bedeng dan jarak antar bedeng pada lahan petani responden sudah sesuai dengan anjuran namun penggunaan bibit yang dilakukan petani responden sangat berlebihan. Penggunaan bibit yang berlebihan tersebut dilakukan karena kebiasaan sejak pertama kali teknik budidaya tanaman horenso diberitahukan ke petani responden.

3. Tenaga Kerja

Variabel tenaga kerja berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi horenso pada Kelompok Tani Agro Segar pada taraf kepercayaan 95 persen. Nilai elastisitas variabel tenaga kerja pada model adalah sebesar 0,196. Angka tersebut menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan tenaga kerja sebesar satu persen akan mengakibatkan peningkatan produksi horenso sebesar 0,196 persen, cateris paribus. Meskipun pengaruh variabel tenaga kerja relatif kecil karena kemampuan teknik budidaya yang masih rendah, namun penambahan tenaga kerja diperlukan untuk intensifikasi pemeliharaan seperti pengendalian hama dan penyakit, penyiangan dan sebagainya. Tanaman horenso adalah tanaman yang rentan terhadap hama ulat dan pembusukan. Oleh karena itu dibutuhkan intensifikasi pemeliharaan untuk meminimalisir tanaman horenso yang mati atau terserang hama penyakit. Pemeliharaan yang intensif menjadikan petani perlu menambah penggunaan tenaga kerja untuk meningkatkan produksi horenso. Dari hasil analisis tersebut 69 dapat diketahui bahwa penggunaan tenaga kerja per satu satuan luas lahan dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil panen yang lebih tinggi.

4. Pupuk Organik

Pada Tabel 19 ditunjukkan bahwa variabel pupuk organik berpengaruh positif dan tidak nyata terhadap peningkatan produksi horenso pada Kelompok Tani Agro Segar. Nilai koefisien variabel pupuk organik pada model adalah sebesar 0,715. Angka tersebut menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan pupuk organik sebesar satu persen akan mengakibatkan peningkatan produksi horenso sebesar 0,715 persen, cateris paribus. Penambahan pupuk organik dapat menyebabkan peningkatan produksi horenso karena pupuk organik dapat membantu memulihkan kondisi tanah yang kurang subur dan mempengaruhi tingkat unsur hara dalam tanah yang berfungsi sebagai nutrisi bagi mikroorganisme tanah. Hal ini dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang baik bagi tanaman. Oleh karena itu, penambahan penggunaan pupuk organik akan berdampak baik bagi pertumbuhan tanaman. Rata-rata penggunaan pupuk organik di lokasi penelitian adalah 5490 kgha. Sedangkan penggunaan pupuk organik yang ideal untuk penanaman satu hektar adalah 7120 kgha. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik yang dilakukan petani responden masih kurang dari penggunaan pupuk organik yang ideal. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan pupuk organik per satu satuan luas lahan dapat terus ditingkatkan untuk memperoleh hasil panen yang lebih tinggi.

5. Pupuk Anorganik

Variabel pupuk anorganik berpengaruh positif dan nyata terhadap peningkatan produksi horenso pada Kelompok Tani Agro Segar pada taraf kepercayaan 95 persen. Nilai koefisien variabel pupuk organik pada model adalah sebesar 0,392. Angka tersebut menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan pupuk organik sebesar satu persen akan mengakibatkan peningkatan produksi horenso sebesar 0,392 persen, cateris paribus. Rata-rata penggunaan pupuk anorganik di lokasi penelitian adalah 1152 kgha. Sedangkan penggunaan pupuk anorganik yang ideal untuk penanaman satu 70 hektar adalah 293,9 kgha. Walaupun penggunaan pupuk anorganik di lokasi penelitian melebihi penggunaan ideal, namun penambahan penggunaan pupuk anorganik berpengaruh positif dan signifikan walaupun kecil. Pengaruh perubahan yang kecil sebesar 0,057 persen diduga karena penggunaan pupuk anorganik sudah mendekati jumlah maksimum dari kapasitas lahan.

6. Pestisida

Pada Tabel 19 ditunjukkan bahwa variabel pestisida berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap peningkatan produksi horenso pada Kelompok Tani Agro Segar. Nilai koefisien variabel pestisida pada model adalah sebesar -0,838. Angka tersebut menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan pestisida sebesar satu persen akan mengakibatkan penurunan produksi horenso sebesar 0,838 persen, cateris paribus. Rata-rata penggunaan pestisida di lokasi penelitian adalah 24,6 kgha. Sedangkan penggunaan pestisida yang ideal untuk penanaman satu hektar adalah 1,73 kgha. Penggunaan pestisida pada petani responden sudah melebihi penggunaan pestisida yang ideal. Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat merusak tanaman dan hewan-hewan kecil yang baik bagi tanaman. Oleh karena itu penggunaan pestisida yang berlebihan dapat mengakibatkan penurunan produksi horenso di lokasi penelitian.

7.2 Tingkat Efisiensi teknis dan Inefisiensi teknis