Pendapatan Usahatani Horenso Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis Usahatani Bayam Jepang (Horenso) Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat

61

6.3 Pendapatan Usahatani Horenso

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan pengeluaran usahatani. Komponen pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Analisis RC rasio digunakan untuk menunjukan perbandingan antara nilai output terhadap nilai inputnya sehingga dapat diketahui kelayakan usahatani yang diusahakan petani horenso pada Kelompok Tani Agro Segar. Penerimaan usahatani horenso di lokasi penelitian adalah sebesar Rp 5.061.916,67, sedangkan biaya tunai sebesar Rp 1.813.068,09 dan biaya total sebesar Rp 1.862.390,39. Pendapatan atas biaya tunai usahatani horenso pada Kelompok Tani Agro Segar adalah sebesar Rp 3.248.848,58 dan bernilai lebih besar dari nol. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani horenso di lokasi penelitian memberikan keuntungan sebesar Rp 3.248.848,58 bagi petani atas biaya tunai yang dikeluarkannya dalam memproduksi horenso seluas satu 1000 m 2 . Sedangkan pendapatan atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar Rp 3.199.526,27 dan bernilai lebih besar dari nol. Hal ini menunjukan bahwa usahatani horenso di lokasi penelitian memberikan keuntungan sebesar Rp 3.199.526,27 bagi petani atas total biaya yang dikeluarkannya untuk memproduksi horenso seluas 1000 m 2 . Namun hampir seluruh petani responden memiliki luas lahan yang kurang dari 1000 m 2 , sehingga pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani responden pun tidak sebesar angka tersebut . Nilai RC atas biaya tunai usahatani horenso pada Kelompok Tani Agro Segar adalah 2,79. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1.000,00 biaya tunai yang dikeluarkan petani dalam kegiatan produksi horenso akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2.790,00. Sedangkan nilai RC atas biaya total adalah 2,72. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1.000 biaya total yang dikeluarkan petani dalam kegiatan produksi horenso akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2.720. Penelitian lain terkait analisis pendapatan usahatani adalah penelitian yang dilakukan Haris 2007 dimana penelitian ini membahas tentang pendapatan usahatani komoditas kentang. Hasil analisis menunjukkan bahwa komoditas kentang memiliki nilai RC rasio atas biaya tunai sebesar 2,05 dan nilai RC rasio 62 atas biaya total sebesar 1,26. Sedangkan penelitian Sitepu 2010 membahas tentang pendapatan usahatani komoditas jamur tiram. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komoditas jamur tiram memiliki nilai RC rasio atas biaya tunai sebesar 1,57 dan nilai RC rasio atas biaya total sebesar 1,84. Jika melihat penelitian-penelitian lain yang membahas pendapatan usahatani, hasil analisis pendapatan usahatani horenso memiliki nilai RC rasio yang lebih tinggi dibanding hasil analisis pendapatan usahatani komoditas-komoditas lain. Berdasarkan hasil analisis tersebut, usahatani horenso pada Kelompok Tani Agro Segar lebih menguntungkan untuk diusahakan. Adapun hasil perhitungan pendapatan dan rasio penerimaan terhadap biaya RC usahatani horenso pada Kelompok Tani Agro Segar ditunjukkan pada Tabel 20. Tabel 20. Perhitungan Pendapatan dan Rasio Penerimaan Terhadap Biaya RC Usahatani Horenso per 1000 m 2 pada Kelompok Tani Agro Segar Periode April-Juni 2011 Komponen Nilai Rp A. Penerimaan Tunai 5.061.916,67 B. Penerimaan Diperhitungkan - C. Total Penerimaan A+B 5.061.916,67 D. Biaya Tunai 1.813.068,09 E. Biaya Diperhitungkan 49.322,31 F. Total Biaya D+E 1.862.390,39 Pendapatan Atas Biaya Tunai C-D 3.248.848,58 Pendapatan Atas Biaya Total C-F 3.199.526,27 RC atas Biaya Tunai 2,79 RC atas Biaya Total 2,72 Analisis BEP pada penelitian memberikan hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa BEP harga usahatani horenso pada Kelompok Tani Agro Segar dengan produksi rata-rata sebesar 888,05 kg1000 m 2 adalah pada harga jual Rp 2.097,16kg. Hal ini berarti petani responden akan mendapatkan keuntungan jika harga jual horenso berada di atas Rp 2.097,16kg. Harga jual rata-rata pada petani responden adalah Rp 5.700,00 dan bernilai lebih tinggi dari nilai BEP harga 63 pada jumlah produksi rata-rata. Hal tersebut menunjukan bahwa harga rata-rata pada lokasi penelitian memberikan keuntungan bagi petani horenso. Sedangkan BEP unit usahatani horenso pada Kelompok Tani Agro Segar dengan harga jual rata-rata sebesar Rp 5.700,00kg adalah pada tingkat produksi 326,74 kg1000 m 2 . Hal ini berarti petani responden akan mendapatkan keuntungan jika petani dapat memproduksi horenso dengan jumlah 326,74 kg1000 m 2 ketika harga jual horenso sebesar Rp 5.700,00kg. Jumlah rata-rata hasil panen horenso pada Kelompok Tani Agro Segar adalah 888,05 kg1000 m 2 dan bermilai lebih tinggi dari nilai BEP unit pada harga jual rata-rata. Hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani horenso pada Kelompok Tani Agro Segar memberikan keuntungan pada petani responden pada musim tanam April-Juni tahun 2011. Adapun perhitungan Break Even Point BEP usahatani horenso di lokasi penelitian dijelaskan pada Tabel 21. Tabel 21. Perhitungan Break Even Point BEP Usahatani Horenso per 1000m2 pada Kelompok Tani Agro Segar Periode April-Juni 2011 Keterangan Hasil Penelitian Real BEP = TCP = TCQ Kesimpulan Total Cost TC Rp 1.862.390,391000 m 2 Harga P Rp 5.700,00kg Rp 2.097,16kg Real BEP = profitable Unit Q 8.880,56 kg1000 m 2 3.267,35 kg1000 m 2 Real BEP = profitable Analisis pendapatan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis pendapatan, analisis RC dan analisis BEP usahatani horenso pada Kelompok Tani Agro Segar. Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa usahatani horenso memberikan keuntungan kepada petani responden. Begitu pun hasil analisis RC dan analisis BEP menunjukkan bahwa usahatani horenso menguntungkan petani. Oleh karena itu, dapat disimpulkan dari hasil analisis secara keseluruhan bahwa usahatani horenso pada Kelompok Tani Agro Segar menguntungkan untuk diusahakan. VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI Analisis fungsi produksi yang digunakan pada penelitian ini adalah model fungsi stochastic production frontier Cobb-Douglas dengan menggunakan parameter Maximum Likelihood Estimated MLE. Tujuan dilakukannya analisis fungsi produksi tersebut adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi produksi usahatani horenso pada Kelompok Tani Agro Segar. Sedangkan metode MLE digunakan untuk menggambarkan hubungan antara produksi maksimum yang dapat dicapai dengan faktor-faktor produksi yang digunakan. Adapun penelitian ini menggunakan enam variabel independen penduga dalam fungsi produksi, yaitu luas lahan X 1 , jumlah bibit X 2 , penggunaan tenaga kerja X 3 , jumlah pupuk organik X 4 , jumlah pupuk anorganik X 5 dan jumlah pestisida X 6 . Seluruh variabel independen pada fungsi produksi yang dibentuk memiliki nilai VIF di bawah 10. Hal ini menggambarkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada fungsi produksi tersebut. Pencarian fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas dilakukan dengan dua tahap. Pencarian awal fungsi produksi dilakukan dengan metode Ordinary Least Square OLS dan kemudian menggunakan metode Maximum Likelihood Estimates MLE pada tahap kedua. Pendugaan parameter fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS menunjukkan gambaran kinerja rata-rata best fit dari proses produksi petani pada tingkat teknologi yang ada. Sedangkan dengan metode MLE menggambarkan kinerja terbaik best practice dari prilaku petani dalam proses produksi. Pada penelitian ini ditemukan beberapa variabel yang memiliki nilai koefisien negatif pada tahap analisis menggunakan metode OLS. Keberadaan nilai koefisien yang negatif ini sebaiknya dihindari untuk dua alasan. Pertama, agar relevan dengan analisis ekonomi maka nilai koefisien fungsi produksi harus positif. Ini berlaku asumsi bahwa penggunaan fungsi Cobb-Douglas adalah dalam keadaan law of diminishing returns untuk setiap input sehingga informasi yang diperoleh dapat dipakai untuk melakukan upaya agar dapat setiap penambahan input dapat menghasilkan tambahan output yang lebih besar. Kedua, nilai koefisien yang negatif menyebabkan penurunan fungsi biaya dual tidak dapat 65 dilakukan. Sehingga dalam penentuan fungsi produksi dipilih fungsi produksi yang memiliki nilai koefisien keseluruhan yang positif Coelli 1998. Namun penelitian ini hanya membahas mengenai efisiensi teknis dan tidak berkaitan dengan analisis ekonomis maupun fungsi biaya dual. Oleh karena itu, koefisien yang bernilai negatif tidak perlu dihapus.

7.1 Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Horenso