dalam tiga golongan: keterampilan teknologi, lembaga-lembaga
5
, dan kultur Duverger 2007
6
. Ciri umum struktur sosial dalam masyarakat nelayan umumnya adalah
dengan kuatnya ikatan patron-klien. Kuatnya ikatan patron-klien tersebut merupakan konsekuensi dari sifat kegiatan penangkapan ikan yang penuh dengan
resiko dan ketidakpastian. Bagi nelayan, menjalin ikatan dengan patron merupakan langkah yang penting untuk menjaga kelangsungan kegiatannya
karena patron-klien merupakan institusi jaminan sosial ekonomi. Hal ini terjadi karena hingga saat ini nelayan belum menemukan alternatif institusi yang mampu
menjamin kepentingan sosial ekonomi mereka Satria 2002. Karena masyarakat nelayan merupakan unsur sosial yang sangat penting dalam struktur masyarakat
pesisir, maka kebudayaan yang mereka miliki mewarnai karakteristik kebudayaan atau perilaku sosial budaya masyarakat nelayan adalah sebagai berikut: memiliki
struktur relasi patron-klien sangat kuat, etos kerja tinggi memanfaatkan kemampuan diri dan adaptasi optimal, kompetitif dan berorientasi prestasi,
apresiatif terhadap keahlian, kekayaan, dan kesuksesan hidup, terbuka dan ekspresif, solidaritas sosial tinggi, sistem pembagian kerja berbasis seks laut
menjadi ranah laki-laki dan darat adalah ranah kaum perempuan, dan berperilaku “konsumtif” Kusnadi 2009.
2.1.3.1 Patron-Klien
Struktur sosial dalam masyarakat nelayan umumnya dicirikan dengan kuatnya ikatan patron-klien. Kuatnya ikatan patron-klien tersebut merupakan
konsekuensi dari sifat kegiatan penangkapan ikan yang penuh resiko dan ketidakpastian. Menurut Rivers 1954 dalam Samsulbahri 1995, patronase
merupakan hubungan seorang yang memiliki status sosial, ekonomi dan politik yang lebih tinggi superior dengan seseorang atau pihak lain dalam hubungan
vertikal yang memiliki status sosial, politik dan ekonomi lebih rendah inferior.
5
Lembaga-lembaga adalah alat mempertahankan ketertiban hubungan sosial yang mapan stabil.
6
Dikutip dari buku Sosiologi Politik, Maurice Duverger 2007
Ikatan ini tidak simetris seperti persahabatan yang berat sebelah, masing-masing pihak saling mempercayai dan pengertian serta tidak ada sanksi formal.
Patron-klien merupakan basis relasi sosial masyarakat nelayan atau pesisir. Relasi sosial patron-klien sangat dominan dan terbentuk karena karakteristik
kondisi mata pencaharian, sistem ekonomi, dan lingkungan. Hubungan-hubungan demikian terpola dalam kegiatan organisasi produksi, aktivitas pemasaran, dan
kepemimpinan sosial. Pola-pola hubungan patron-klien dapat menghambat atau mendukung perubahan sosial ekonomi Kusnadi 2009.
Legg 1983 dalam Najib 1999 yang dikutip oleh Satria 2002, mengungkapkan bahwa hubungan patron-klien umumnya berkaitan dengan:
1. hubungan antarpelaku yang menguasai sumberdaya yang tidak sama,
2. hubungan yang bersifat kusus yang merupakan hubungan pribadi dan
mengandung keakraban, dan 3.
hubungan yang didasarkan pada asas saling menguntungkan. Scott 1977 dalam Samsulbahri 1995 menyebutkan ciri-ciri penting
dalam hubungan patron-klien yaitu: 1 adanya hubungan pertukaran yang bersifat timbal balik, 2 adanya ketidakseimbangan dalam pertukaran, 3 adanya
interaksi yang bersifat tatap muka antara pihak-pihak yang bersangkutan, dan 4 adanya ketergantungan yang bersifat luas dan lentur antara patron dan kliennya.
Scoot 1981 juga menyebutkan tipe-tipe hubungan patronase terkait dalam kegiatan produksi, kegiatan konsumsi, dan kegiatan tataniaga.
Bentuk-bentuk hubungan yang terjadi antara patron dan klien Scott 1981
adalah:
1 Penghidupan subsistensi dasar. Pada banyak daerah agraria, jasa utama
adat berupa pemberian pekerjaan tetap atau tanah untuk bercocok-tanam dan biasa juga mencakup penyediaan benih, peralatan, jasa pemasaran,
nasihat teknis dan seterusnya. 2
Jaminan krisis subsistensi. Umumnya, patron diharapkan memberikan pinjaman pada saat bencana ekonomi, membantu dalam keadaan sakit atau
kecelakaan, atau membantu pada waktu panen kecil atau saat panen gagal. Patron sering menjamin ” dasar” subsistensi bagi kliennya dengan
menyerap kerugian-kerugian dalam pertanian atau pendapatan yang akan merusak kehidupan klien jika tidak dilakukan oleh patron.
3 Perlindungan. Seperti di Eropa pada jaman feodal, perlindungan bisa
berarti memelihara sekelompok orang bersenjata atau janji untuk membakaskan dendam untuk klien. Ini berarti melindungi klien baik dari
bahaya pribadi bandit, musuh pribadi maupun dari bahaya umum tentara, pejabat luar, pengadilan, pemungut pajak.
4 Makelar dan pengaruh. Jika patron melindungi kliennya dari perusakan
yang berasal dari luar, ia juga menggunakan kekuatan dan pengaruhnya untuk menarik hadiah dari luar untuk kepentingan kliennya. Perlindungan
merupakan peran defensifnya dalam menghadapi dunia luar, kemakelaran adalah peran agresifnya.
5 Jasa patron kolektif. Secara internal, patron sebagai kelompok dapat
melakukan fungsi ekonomi secara kolektif. Mereka dapat mengelola dan mensubsidi sumbangan dan keringanan, menyumbanagkan tanah untuk
kegunaan kolektif, mendukung sarana umum setempat seperti sekolah, jalan kecil, bangunan masyarakat menjadi tuan rumah pejabat yang
berkunjung, dan mensponsori festival serta perayaan desa. Dalam berurusan dengan pihak luar, para patron dapat melakukan sesuatu yang
dilakukan oleh seorang patron tertentu untuk kliennya, secara bersama- sama untuk desanya. Artinya, mereka bisa saja melindungi masyarakat
dari kekuatan luar, baik dari negara atau bandit, dan mereka bisa memajukan kepentingan masyarakat dengan melakukan pekerjaan dan jasa
publik, keuntungan administratif, pinjaman masyarakat, bantuan pertanian, dan seterusnya.
Menurut Scott 1972, ikatan patron-klien adalah hubungan timbal-balik antara dua peran sebagai ikatan persahabatan instrumental antara dua orang di
mana patron mempergunakan pengaruh dan sumberdaya yang dimilikinya untuk memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi klien. Sebagai imbalannya,
klien memberikan dukungan dan bantuan, termasuk pelayanan pribadi, kepada patron. Dasar ikatan semacam ini adalah ketidaksetaraan dan fleksibilitas yang
longgar. Selanjutnya, Scott menyatakan bahwa bagi klien, rasio antara jasa atau
pelayanan yang klien terima dan yang klien berikan merupakan elemen evaluasi kunci dalam kontrak patron-klien. Semakin besar nilai dari apa yang klien terima
dari patronnya dibandingkan dengan apa yang harus klien berikan, semakin besar pula legitimasi ikatan tersebut. Klien menginginkan terpenuhinya jaminan sosial
dasar dari pekerjaan dan keamanan. Hubungan patron-klien memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada
masing-masing daerah
7
. Karakteristik hubungan patron-klien pada daerah tertentu dibagi menjadi dua yaitu: 1 masih kuat dengan tradisi patron-kliennya, dan 2
sudah luntur pola hubungan patron-klien pada masyarakat tersebut. Scott 1972 memaparkan bahwa erosi ikatan patron-klien terjadi karena
para penguasa sebagai patron tidak lagi memenuhi kewajibannya, yakni tidak memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada rakyat. Mereka melindungi
dan menyejahterakan diri mereka sendiri. Dengan demikian, masyarakat Jawa tidak lagi harmonis. Masyarakat Jawa merasakan bahwa apa yang diberikan oleh
para patron penguasa semakin kecil saja. Sebaliknya, mereka mengambil terlalu banyak untuk diri mereka sendiri.
Status dan peranan merupakan bagian dari hubungan patron-klien. Duverger 2007 dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Politik mengungkapkan
bahwa peran dan status menjelaskan masalah dasar dari posisi relatif individu di dalam lembaga-lembaga sosial. Suatu kenyataan bahwa peran dan status adalah
dalam diri institusi. Setiap posisi ini menampilkan kesempatan bagi suatu seri hubungan-hubungan sosial. Berbagai ragam status hanyalah menunjukkan begitu
banyak jenis hubungan. Bagi setiap status ada sejumlah pola tingkah laku yang diharapkan dari individu, yang memegang posisi, dan serentak atribut-atribut
tertentu yang seharusnya dia miliki. Peranan adalah atribut sebagai akibat dari status, dan perilaku yang diharapkan oleh anggota-anggota lain dari masyarakat
terhadap pemegang status. Peranan hanyalah sebuah aspek dari status atau suatu status mempelajari sejumlah peranan. Maksud dari konsep peranan adalah untuk
membuat garis batas antara masyarakat dan individu. Dalam batas peranan sosialnya, seorang mempunyai batas kebebasan tertentu. Aktor juga dapat
7
Dikutip dari buku Pesisir dan Laut, Arif Satria 2009. hlm 36
menyeleweng, dalam tingkat besar atau kecil, dari pola yang sudah menjadi stereotip dari peranan yang dimainkan. Status dan peranan juga adalah faktor-
faktor integratif dalam pembentukan kepribadian, yang membantu menciptakan dan memperkuatnya. Stoetzel 1936 dalam Duverger 2007 mengatakan bahwa
status adalah pola perilaku kolektif yang secara normal bisa diharapkan, sedangkan peranan adalah pola perilaku kolektif yang diharapkan oleh orang lain.
Status merupakan kumpulan dari hak dan kewajiban, sedangkan peranan terkait pada aspek dinamis dari status Sunarto 1993. Suatu rumusan status dan
peran yang terdapat dalam masyarakat nelayan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Status dan Peranan dalam Masyarakat Nelayan
Status Peran
Tauke atau Tengkulak
Patron - Memberikan kredit atau pinjaman untuk modal dan
kebutuhan sehari-hari nelayan Nelayan
Klien - Menjual hasil tangkapannya kepada Tauke atau
Tengkulak dengan harga lebih murah dari harga pasar Sumber: Silalahi 2006
2.1.3.2 Stratifikasi Sosial Masyarakat Nelayan